Tips Merumuskan Mosi dan Menyimpulkan Pendapat Dalam Debat

Post a Comment

Pada artikel sebelumnya yang membahas tentang debat (klik di sini untuk melihat materi) adalah sebuah kegiatan untuk mempertahankan pendapat dengan disertai argumen yang mendukung pendapat. Mosi dalam debat sama dengan topik dalam sebuah teks. Mosi menjadi dasar bagi pihak-pihak yang terlibat debat untuk menentukan sikap apakah mendukung atau menolak mosi. Berdasarkan mosi, semua pihak dapat menyiapkan argumen untuk mendukung pendapatnya tentang mosi. Pada saat membuka debat, moderator bisa menyampaikan mosi yang didebatkan. Perhatikan contoh kutipan bagian pembuka debat berikut ini.

Siang ini kita akan mengikuti kegiatan debat antara Tim Afirmasi dari SMA Pembangunan Jaya, Tim Oposisi dari SMK Nusantara, serta Tim Netral dari MA Al-Ikhlas.
Pagi ini kedua tim akan berdebat tentang “Bahasa Indonesia Tergantung pada Bahasa Asing.” Sebelum melaksanakan debat, saya akan membacakan tata tertib debat sebagai berikut.

Mosi dalam kutipan debat di atas adalah bahasa Indonesia tergantung pada bahasa asing.

Selain disampaikan oleh moderator, tak jarang anggota tim yang berdebat juga secara tersirat menyatakan opsi yang didebatkan. Perhatikan contoh kutipan teks debat berikut ini.

Saya tidak setuju jika kosakata bahasa asing yang masuk ke dalam penggunaan bahasa Indonesia terjadi karena ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antarbahasa. Kosakata bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia hanya digunakan sebagai persamaan kata yang bagi sebagian orang lebih mudah dipahami. Namun, pada intinya dalam bahasa Indonesia itu sendiri, telah ada kosakata yang berkaitan dengan kosakata asing tersebut.

Dari kalimat pertama kutipan teks debat di atas  dapat  diketahui  bahwa isu atau masalah yang didebatkan (mosi) adalah penerapan kosa kata bahasa asing ke dalam penggunaan bahasa Indonesia disebabkan ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antarbahasa.

Menyusun Pendapat Disertai Argumen Baik untuk Mendukung Maupun Menolak Mosi

Sebelum mempertahankan pendapat tentang suatu isu atau permasalahan, hal pertama yang harus dimiliki seseorang adalah memahami isu atau permasalahan dengan baik. Untuk itu, pihak-pihak yang akan melakukan debat harus banyak mencari informasi dari berbagai sumber Misalnya, dengan membaca berita, menyimak berita dari radio  dan televisi, atau menggali informasi dari narasumber yang memahami isu atau permasalahan dengan baik. Dalam pembelajaran ini akan dibahas mengenai cara menyusun pendapat disertai dengan argument, baik untuk menerima maupun menolak mosi. Kamu  harus berusaha untuk menyertakan argumen yang baik dan kuat untuk mempertahankan pendapat.
Perhatikan contoh pendapat dan argumen dalam kutipan debat berikut ini.
Menurut saya, tawuran antarpelajar terjadi tidak saja karena karakter anak- anak yang cenderung brutal. Lebih dari itu, tawuran terjadi  karena  anak- anak mendapat teladan yang kurang baik dari para pemimpin bangsa yang sibuk saling berebut kekuasaan dan saling menghujat. Televisi dan internet pun dengan bebas menyajikan berbagai aksi brutal yang membuat anak-anak tergoda untuk meniru.

Dalam kutipan tersebut pembicara menyampaikan pendapatnya bahwa tawuran antarpelajarterjadi tidak saja karena karakter anak-anak yang cenderung brutal. Alasan atau argumen yang disampaikan adalah sebagai berikut.
1.Lebih dari itu, tawuran terjadi karena anak-anak mendapat teladan yang kurang baik dari para pemimpin bangsa yang sibuk saling berebut kekuasaan dan saling menghujat.
2.Televisi dan internet pun dengan bebas menyajikan berbagai aksi brutal yang membuat anak-anak tergoda untuk meniru.

Menyimpulkan Hasil Debat

Tahapan terakhir yang harus dilakukan oleh pihak  yang  berdebat,  baik tim afirmasi maupun tim oposisi adalah menyampaikan simpulan. Simpulan tersebut dirumuskan berdasarkan pendapat dan argumen yang telah disampaikan sebelumnya. Simpulan dapat juga disebut sebagai hasil dari pembicaraan.
Karena simpulan dalam debat disusun berdasarkan pendapat dan argumen yang telah disampaikan sebelumnya, penalaran yang digunakan dalam menyusun simpulan debat termasuk dalam penalaran induktif. Ada tiga cara untuk menarik kesimpulan dengan penalaran induktif yaitu (a) generalisasi, (b) analogi, dan (c) sebab akibat.
1.Generalisasi
Penarikan kesimpulan dengan cara generalisasi berpangkal pada pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus, fenomena-fenomena khusus kemudian ditarik pernyataan yang bersifat general (umum). Perhatikan contoh berikut ini.


2.Analogi
Analogi merupakan proses penarikan simpulan yang didasarkan atas perbandingan dua hal yang berbeda. Akan tetapi, karena mempunyai kesamaan segi, fungsi, atau ciri, kemudian keduanya dibandingkan (disamakan). Kesamaan keduanya inilah yang menjadi dasar penarikan simpulan.
Perhatikan contoh berikut ini.
Pembanding 1:
Orangtua mendidik kita di rumah dengan penuh kasih sayang. Mereka mengajari kita banyak hal. Tak jarang kita dimarahi ketika kita nakal dan tidak mematuhi nasihat mereka.
Hal yang dibandingkan 2:
Di sekolah, para guru juga mendidik kita dengan penuh kasih sayang. Guru- guru mengajari kita berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, bahkan juga memberikan teladan akhlak yang baik. Demi menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab, para guru pun acapkali memberi hukuman pada kita.
Simpulan :
Jadi, dapat dikatakan bahwa para guru adalah orangtua kita di sekolah.

3.Sebab-Akibat
Penarikan simpulan secara induktif berikutnya adalah sebab-akibat. Dalam pola penalaran ini, sebab bisa menjadi gagasan utamanya, sedangkan akibat menjadi gagasan penjelasnya. Namun, dapat juga terjadi sebaliknya. Beberapa sebab dapat menjadi gagasan penjelas sedangkan akibat menjadi gagasan utamanya. Dalam debat, penarikan simpulan dilakukan setelah pernyataan pendapat dan argumen disampaikan lebih dulu maka  pola  yang kedua lebih tepat. Oleh karena itu, akibat menjadi gagasan utama, sedangkan sebab-sebabnya menjadi gagasan penjelas yang disampaikan lebih dulu.

Perhatikan contoh berikut ini.
Sebab-sebab :
1.Konsep drainase saat ini dimaksudkan untuk mencegah yang diterapkan di seluruh pelosok tanah air saat ini untuk mencegah banjir.
2.Konsep yang dipakai adalah konsep drainase konvensional, yaitu drainase “pengaturan kawasan”.
3.Drainase konvensional adalah upaya membuang atau mengalirkan  air kelebihan secepat-cepatnya ke sungai terdekat.
4.Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh ke atau di suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut.
5.Orang sama sekali tidak berpikir apa yang akan terjadi di bagian hilir, jika semua air hujan dialirkan secepat-cepatnya ke sungai tanpa diupayakan agar air mempunyai waktu cukup untuk meresap ke dalam tanah.
6.Konsep mengalirkan air secepatnya berarti pengatusan kawasan atau menurunkan kesempatan bagi air untuk meresap ke dalam tanah.
Akibat:
Akibatnya, banyak terjadi kekeringan di mana-mana sebab air tidak diberi kesempatan meresap ke dalam tanah.

Postingan Terkait

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter