Penokohan (Analitik dan Dramatik) dalam Cerpen

Post a Comment
penokohan dalam cerpen
Penokohan adalah cara pengarang dalam memberikan sifat-sifat yang ada pada diri tokoh dalam sebuah cerita. Teknik atau cara penokohan melalui 2 cara, yaitu secara analitik (langsung) dan dramatik (tidak langsung). Penokohan ini merupakan salah satu unsur yang ada dalam sebuah cerpen atau termasuk dalam unsur intrinsik. Unsur intrinsik cerpen merupakan salah satu unsur pembangun cerpen yang berasal dari dalam cerpen, seperti tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Pada kesempatan ini hanya akan dibahas mengenai satu poin saja yaitu penokohan yang terdapat dalam sebuah cerpen. Berikut penjelasannya.

A. Pendeskripsian secara langsung
Penggambaran tokoh secara langsung adalah penggambaran tokoh secara tersurat yang ada di dalam sebuah cerita. Pengarang langsung menjelaskan sifat atau karakter tokoh-tokohnya, misal rajin, pemalas, sombong, dermawan dan lain sebagainya. Teknik secara langsung dapat dipahami oleh pembaca dalam memahami isi cerpen tersebut. Biasanya penulis akan memberikan sifat-sifat para tokoh secara detail atau jelas di dalam alur ceritanya.

B.  Pendeskripsian secara  tidak langsung
Penggambaran tokoh secara tidak langsung atau sering disebut juga dengan teknik dramatik. Teknik dramatik disebut juga penggambaran tokoh secara tersirat yang ada dalam sebuah cerita. Ada beberapa cara pengarang dalam memberikan sifat-sifat para tokoh di dalam cerita melalui teknik ini, diantaranya:
1.    Melalui bentuk fisik secara lahir.
2.    Melalui jalan pikiran tokoh.
3.    Melalui tindakan tokoh.
4.    Melalui lingkungan tokoh.
5.    Melalui dialog antartokoh.

Berikut ini beberapa teknik penokohan dalam cerita

Teks 1
Eka memang sangat menarik. Dia cantik dengan rambut ikalnya yang panjang. Hidungnya kecil dan lancip, matanya yang lebar dilengkapi dengan bulu mata yang lebat dan lentik. Wajahnya disempurnakan dengan bibirnya yang merah, meski tak memakai lipstik. Dia sangat supel sehingga disukai teman-temannya. Teman-temannya pun beragam mulai dari kalangan ekonomi lemah sampai dengan ekonomi atas. Eka sendiri berasal dari keluarga yang kaya, tetapi sangat mengedepankan kesederhanaan. Tak heran kalau Eka terbiasa rajin dan rapi untuk urusan pribadinya.

Teks 2
Deni sedang tiduran di kamarnya yang luas. Ukurannya tak kurang dari 4 X 4 m. Ranjangnya yang berukuran no. 1 terlihat acak-acakan. Spreinya sangat kusut. Diatas tempat tidurnya tedapat buku-buku berserakan yang bercampur dengan baju seragam yang baru dilepasnya. Sepatunya terlihat di ranjang tapi hanya yang sebelah kanan, sedangkan sepatu yang sebelah kiri terlihat di sudut kamar di belakang pintu. Di belakang pintu kamar itu terlihat terdapat kapstok yang dipenuhi pakain kotor. Di lantai kamar terlihat berpasang-pasang kaos kaki dan pakaian yang entah sudah berapa hari tidak dicuci. Televisi di kamar Deni juga tertutupi debu yang tebal. Di sana Dina telentang dengan kaos kaki yang masih melekat di kakinya.

Teks 3
Rina   : “Sin, bagaimana sebenarnya Lita ya ?
Sinta  : “Ya bagaimana lagi ! Dia itu memang judes sich !
               Tapi sebenarnya dia baik juga lho …..”
Rina   : “Ya emang. Kemarin aku juga diajarin dia waktu aku kesulitan mengerjakan PR matematika.”
Sinta  : “Itulah, biar saja dia sekarang marah. Sebentar lagi juga dia akan baik. Dia itu nggak bakalan tahan kalau marah lama-lama. Lagian, kalau kamu nggak nyinggung dia duluan, dia juga ndak mungkin semarah itu.”
Rina   : “Aku emang salah. Tapi tadi aku sudah minta maaf. Cuma Lita emang marah banget, jadi pas aku minta maaf dia malah pergi.”

Teks 4
Dina menatap wajah ibunya. “Ibuku memang cantik batinnya. Meski sudah lanjut usia, kecantikan ibu masih terlihat jelas di wajahnya. Aku sangat menyayangi wanita ini. Sikapnya yang tegas telah ikut membentuk karakterku. Kasih sayangnya padaku tak pernah habis. Perhatiannya padaku juga sangat luar biasa. Meski sejak usiaku 10 tahun ayah sudah meninggal, tapi ibuku sampai kini tak menikah lagi. Ibu sangat kuat dan tabah dalam menapaki hari-hari bersamaku, mendidikku, mengajariku, membimbingku sendirian. Aku ingin sekali bisa sekuat dia,” begitu pikir Dina.

Teks 5
Pulang sekolah tanpa mengetuk pintu, Tono langsung masuk rumah dan dibantingnya pintu rumahnya dengan keras. Ibunya yang sedang berada di dapur sampai terkejut. Begitu masuk, Tono langsung menuju meja makan, segera dibukanya tudung saji. Ketika dilihatnya lauknya hanya itu-itu saja, dibantingnya tudung saji sampai gelas yang ada di meja makan jatuh dan hancur berkeping-keping. Dengan muka masam ia menuju ke kamarnya. Ditendangnya pintu kamarnya sampai terbuka, lalu masuk. Dibantingnya pintu itu untuk menutup. Kemudian ia membantingkan badannya di tempat tidur tanpa mencopot sepatu. Tangannya meraih tape recorder, lalu dia menyetel lagu-lagu rock dengan volume maksimal.

Teks 6
Ayu adalah gadis hitam manis yang lembut dan ramah juga memiliki ukuran tubuh yang lebih mungil dari teman-teman sebayanya ini, memiliki banyak teman dan salah satunya adalah Lisa, yang merasa sangat nyaman berteman dengan Ayu karena menurutnya, Ayu adalah teman yang baik untuknya.

Teks 7
Vani sangat heran mendengar pernyataan teman-temannya yang mengatakan bahwa anak baru yang bernama Alex adalah laki-laki yang paling perfect di sekolahnya. Memang, Alex memiliki wajah tampan dengan rahang yang tegas, kulit putih, bertubuh atletis dan juga mata yang indah. Ia tidak mau saling bertegur sapa kepada siapa saja yang lewat dihadapannya membuat Vani membenci Alex.

Teks 8
Lisa dan Ayu mendapatkan nilai 10 besar, sehingga mereka berdua masuk dalam kelas 10A. Kelas 10A merupakan kelas yang dihuni oleh siswa-siswi yang berprestasi dan mendapatkan nilai ujian 40 terbaik, kelas 10B diduduki oleh siswa-siswi 41-80 terbaik dan kelas 10C diisi oleh siswa siswi yang menempati peringkat 80-120.

Teks 9
Haji Marhaban Hamim bin Muktamar Aminudin nama lengkapnya, sama sekali bukan guru ngaji yang kejam, bukan sama sekali bukan, tapi ia tak lain manusia terpilih penyebar syiar islam, ulama penting penyelamat anak-anak Melayu dari rayuan Iblis. Ia memiliki sifat penyayang kepada murid-muridnya.

Teks 10
Sering aku menyamar memakai mukena sepupuku, menyelinap dalam saf putri dan membuat onar. Pada saat bulan puasa, aku melubangi buku-buku dengan menggunakan linggis. Bambu di dekat jendela kuisi air dan karbit. Lalu kuarahkan ke jendela masjid saat seisi kampung tarawih. Ini merupakan pengalaman buruk bagiku dan tidak akan aku ulangi lagi perbuatan itu.

Teks 11
Tubuhnya kurus kering. Matanya kecil seperti biji sawo. Rambutnya panjang dan bercabang, terikat sekenanya di belakang tengkuknya. Gadis itu pucat, bibirnya berkomat-kamit sambil memeluk buku-buku usang.

Teks 12
     ”Aku tidak peduli! Pokoknya hari ini, malam ini, detik ini juga kalian angkat kaki dari rumah ini!” Sang juragan menatap Adi dan ibunya dengan mata penuh api.
    ”Juragan, kasihanilah kami. Beri waktu seminggu lagi, kami akan segera lunasi uang kontrakan,”  ibu memandang sang juragan dengan air mata berlinang.

Teks 13
Aku memang tak senang dengan dia. Dia tak bisa menyimpan rahasia. Mulutnya ember, bocor, tak ada remnya. Aku sudah bilang, tolong jangan cerita pada orang lain. Eh, baru sehari udah banyak orang yang tahu. Dia bukanlah orang yang dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia. Aku sudah tidak mau lagi berbicara masalah yang sedang dihadapi kepada dia.

Teks 14
Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan. Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Al Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka,melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra.

Teks 15
Sampai jauh malam Isna masih terjaga. Ia terus menguatkan hati. Ia tak boleh merasa lemah oleh masalah dan kesulitan. Ia harus terus melangkah maju. Kehidupan serba sulit yang saat ini ditanggungkan keluarganya harus ia ubah. Isna yakin, dengan cara sekolah setinggi-tingginya kemiskinan yang membalut keluarganya bisa ia lawan.

Postingan Terkait

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter