PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda
yang lincah yang tua-tua keras,
bermata
tajam
Mimpinya
kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di
sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka
pada mereka yang berani hidup
Aku suka
pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang
berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ! (1948)
MALAM
Mulai
kelam
belum
buntu malam
kami masih
berjaga
--Thermopylae?-
- jagal
tidak dikenal ? -
tapi nanti
sebelum
siang membentang
kami sudah
tenggelam hilang
KRAWANG-BEKASI
Kami yang
kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa
teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi
siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang
kami maju dan mendegap hati ?
Kami
bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada
rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati
muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang,
kenanglah kami.
Kami sudah
coba apa yang kami bisa
Tapi kerja
belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma
tulang-tulang berserakan
Tapi
adalah kepunyaanmu
Kaulah
lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa
kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak
untuk apa-apa,
Kami tidak
tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah
sekarang yang berkata
Kami
bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada
rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang,
kenanglah kami
Teruskan,
teruskan jiwa kami
Menjaga
Bung Karno
menjaga
Bung Hatta
menjaga
Bung Sjahrir
Kami
sekarang mayat
Berikan
kami arti
Berjagalah
terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang,
kenanglah kami
yang
tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu
kami terbaring antara Krawang-Bekasi (1948)
Post a Comment
Post a Comment