Jenis-Jenis Kurikulum yang Perlu Anda Tahu

Post a Comment
jenis-jenis kurikulum
   Dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 butir 9 disebutkan bahwa Kurikulum adalah: (1) seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan (2) bahan pelajaran, serta (3) cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar.
    Butir (1) yang berbunyi “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi”, pada Kurikulum 1994 diwujudkan dalam Buku Landasan, Program, dan Pengembangan Kurikulum. Butir (2) yang berbunyi “bahan pelajaran”, pada Kurikulum 1994 diwujudkan dalam Buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Sedangkan butir (3) yang berbunyi “cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar”, pada Kurikulum 1994 diwujudkan dalam Buku-buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum. Kemudian dipertegas lagi pada pasal 37 bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Terdapat tiga jenis organisasi kurikulum yaitu:
1.  Kurikulum Terpisah ( Separated Subject Curriculum)
Kurikulum menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran (subject) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain, juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain. Jadi, bahan-bahan disajikan terpisah dan seolah-olah terdapat pembatas antara bidang yang satu dengan yang lain.
Separated subject curriculum memiliki hal-hal positif dalam praktik pendidikan di solah, yaitu:
a.   Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis.
b. Organisasi kurikulum ini sederhana: mudah disusun, mudah ditambah atau dikurangi jumlah pelajaran yang diperlukan (mudah diorganisasi).
c. Penilaian lebih mudah karena biasanya bahan pelajaran ditentukan berdasarkan buku-buku pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan ujian umum atau tes hasil-hasil belajar yang seragam (uniform) diseluruh negara.
d. Kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan pelajaran karena bersifat subject contered, guru-guru yang sudah berpengalaman dan menguasai seluruh bahan pelajaran dari buku, maka pekerjaannya menjadi rutin, setiap tahun hanya mengulang yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.
e. Kebanyakan orang beranggapan bahwa sekolah adalah persiapan masuk perguruan tinggi, di perguruan tinggi biasanya organisasi kurikulum sesuai dengan prinsip terpisah-pisah. Jadi, organisasi kurikulum di sekolah dasar dan menengah dengan begitu sesuai dengan organisasi di perguruan tinggi.
Selain itu separated subject curriculum mendapat kritik, yaitu:
a.  Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain, hal ini tidak sesuai dengan kenyataan kehidupan yang sebenarnya.
b.    Tidak atau kurang memprihatinkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
c.  Dari sudut psikologi kurikulum demikian mengandung kelemahan, banyak terjadi verbalistis dan menghafal, serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman.

2. Kurikulum Berhubungan ( Correlated Curriculum)
merupakan kurikulum yang menunjukan adanya hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain. Seperti IPS (gabungan dari mata pelajaran Sejarah Geografi, Ekonomi, Sosiologi ), IPA (gabungan dari Fisika, Biologi, Kimia). Prinsip berhubungan satu sma lain ini dapat dilaksanakan dengan cara:
a.    Antara dua mata pelajaran diadakan hubungan secara insidental.
b.    Memperbincangkan masalah-masalah tertentu dalam berbagai macam pelajaran.
c.     Mempersatukan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas masing-masing.
Kebaikan Correlated Curriculum antara lain:
a.    Dengan korelasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu)
b. Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah.
c. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut.
d.  Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid.
Adapun keberatan yang diajukan pada Correlated Curriculum, yaitu:
a.  Sulit untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari sebab dasarnya subject contered.
b.  Broad fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.
3. Kurikulum terpadu (Integrated Curriculum)
merupakan kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai bidang dan didalam mata pelajaran tersebut terdapat keterpaduan mata pelajaran. 
Manfaat kurikulum ini yaitu:
a. Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan inti yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas dari satu sama lain.
b.  Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
c.  Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
d. Aktivitas anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan bekerja sendiri, atau bekerja dengan kelompok.
e.    Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan, dan kematangan murid.
Keberatan-keberatan yang dilontarkan orang pada kurikulum yang integrated ini adalah:
a.  Guru-guru kita belum disiapkan untuk melaksanakan kurikulum ini.
b.  Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sistematis.
c. Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum sebab tidak ada uniformitas di sekolah-sekolah satu sama lain.
d.  Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum.
e. Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk bisa diajak melaksanakan kurikulum.

Postingan Terkait

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter