Pada suatu hari, ada seorang lelaki tua yang
sangat pelit kepada orang-orang yang disekitarnya. Lelaki ini menimbun harta
yang dimilikinya yaitu berupa emas secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya
di tamannya. Setiap hari lelaki tersebut pergi ke tempat dimana ia mengubur
emasnya tersebut. Ia menggalinya dan menghitungnya berulang kali satu-persatu
untuk memastikan jumlah emas yang ia taman tidak ada yang hilang satu pun. Dia melakukan
perbuatan tersebut hampir setiap hari sehingga seorang yang curiga dan
mengawasinya. Seseorang tersebut dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si
Pelit itu di taman yang sering dikunjunginya. Hingga pada suatu malam, dengan
diam-diam seseorang tersebut itu menggali harta tersebut dan membawanya pergi.
Keesokan paginya, ketika si Pelit pergi
ke taman dimana ia menimbun hartanya. Ia tidak ada sesuatu yang aneh ditempat
ia menimbun harta emasnya itu. Lalu kemudian ia tersadar bahwa ia telah
kehilangan hartanya. Ia tidak menemukan emas yang ditimbunnya. Ia menjadi
sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Ia tidak tahu harus berbuat apa agar dirinya menjadi lebih tenang.
Beberapa saat kemudian, seorang
pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya ia
apa saja yang terjadi kepada si pelit tersebut.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si
Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu?
Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di
dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli
sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si
Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya
bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas
itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah
batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong
itu.
"Kalau begitu," katanya lagi,
"tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah
hilang!" sambil pergi menjauh dari si pelit itu.
Hei kawan, kita dapat mengambil
pelajaran dari cerita di atas. Marilah mensyukuri segala nikmat yang telah
diberikan oleh Tuhan kepada kita. Setiap harta atau rezeki yang kita peroleh,
gunakanlah dengan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kita. Di samping
itu, ada sebagian harta milik kita yang menjadi hak orang-orang yang tidak
mampu. Seseorang yang hebat berlomba-lomba untuk berbagi dengan sesama, bukan
untuk berlomba-lomba untuk menimbun kekayaan. Semoga cerita ini bermanfaat.
Post a Comment
Post a Comment