Cerpen anak singkat | sepatu ayah

Post a Comment
cerpen anak berbakti kepada orang tua
Cerpen anak islami merupakan salah satu cerita yang dapat memberikan pembelajaran akhlak kepada anak agar menjadi insan yang mulia. Cerita anak biasanya bersifat imajinatif agar dapat menarik minat anak-anak dan mengembangkan imajinasi anak-anak. Dengan begitu anak tidak akan menjadi bosan dengan cerita tersebut. Berikut ini salah satu cerpen anak terbaru yang semoga dapat menjadi referensi bagi anda yang sedang mencari cerita untuk buah hati anda atau bahkan untuk kegiatan pembelajaran.

Sepatu Ayah
Di suatu desa terpencil, ada anak seorang penggembala domba yang selalu terharu melihat ayahnya merasa kesakitan kakinya bila pulang ke rumah. Ia pun bertanya kepada ayahnya kenapa bisa begitu. “kenapa ayah kaki ayah lecet dan berdarah” tanya anak tersebut. Sang ayah pun selalu tersenyum jika anaknya bertanya kepada dirinya. “iya sayang, ini karena Ayah selalu berjalan setiap hari tanpa banyak berhenti.”jawabnya. Ia pu memeluk ayahnya dengan erat-erat.
Malam harinya, anak tersebut melihat sepatu yang biasa dipakai Ayahnya untuk menggembala domba. Ia mencoba memakai sepatu itu, dan merasa kebesaran di pakai olehnya. Ia berjalan ke sana kemari dengan penuh antusias seperti pada saat di pakai ayahnya. Seorang anak tersebut, terkadang terpancal oleh kakinya sendiri dan terjatuh ke tanah. Rumahnya memang masih beralaskan tanah dan berdinding kayu. Saat terjatuh, ia tidak merasa kesakitan dan hanya tersenyum sendiri. Sesekali ia mengintip ayahnya yang sudah terlelap tidur di dipan karena merasa lelah setelah seharian menggembala domba. Ibunya sudah meninggal setelah ia baru berumur 1 tahun, dan kini sudah 7 tahun setelah kepergiannya. Ia terkadang teringat ibunya yang hanya bisa diceritakan oleh ayah sampai terkadang ia lupa dan tertidur pulas.
Esok pagi, Ayah biasa menjalankan rutinitas harian, sebagai kepala keluarga sekaligus sebagai Ibu bagi peri kecil ini. Terkadang ia memang sedih melihat anaknya yang telah kehilangan sesosok Ibu yang telah melahirkannya. Namun ia tetap semangat menjalani kehidupan ini. Anak ini terkadang selalu membantu pekerjaan rumah. Tiba-tiba ia mendapati kaos kaki entah punya siapa di dekat sepatu yang selalu ia kenakan. Tetapi ia tetap tidak memakai kaos kaki tersebut dan langsung menggunakan sepatunya. Seperti biasa Ayah pergi menggembala domba-dombanya.
“kenapa Ayah tidak memakai kaos kaki yang sudah Ian siapkan untuk Ayah. Apa Ayah tidak suka kaos kakinya?” tanya anak kepada Ayahnya. Ia pun memeluk anaknya.
“Ian, rasa sakit ini memang terasa di luarnya saja. Hati di dalam diri Ayah terasa lebih sakit dari ini semua.” Jawabnya sambil menatap bekas lukanya. “Ayah ingin melihat kamu ke sekolah menggunakan seragam seperti anak-anak lainnya. Jika kamu sudah besar, Ayah tidak ingin melihat kamu seperti Ayah sekarang. Suatu saat nanti, pasti kamu akan menyesal bila tidak sekolah.” tambahnya.
Pendaftaran murid baru sekolah dasar akan segera dibuka. Memang sekarang umur Ian sudah menginjak 8 tahun. Ia memang telat satu tahun untuk masuk sekolah dasar. Melihat Ayahnya yang berkata demikian, Ian mulai merasa bahwa yang dikatakan ayahnya ada benarnya juga. Ia memang sebelumnya tidak ingin sekolah karena ia berusaha membantu Ayahnya yang sendirian di rumah. Tapi ia sadar bahwa sekolah memang penting bagi dirinya.
Hari pertama masuk sekolah, ia merasa malu karena melihat teman-temannya yang sudah tidak seumuran dengannya. Sepulang sekolah, ia bercerita kepada Ayahnya tentang kejadian yang dialaminya. Memang, hari pertama selalu mendebarkan bila melakukan sesuatu hal yang baru. Ia pun ingin berhenti saja bersekolah karena merasa malu. Namun  Ayah berusaha untuk memberikan dorongan kepada Ian agar tidak putus semangat begitu saja.
Seminggu kemudian, Ian tetap masuk sekolah walaupun masih dengan perasaan yang kurang menyenangkan hatinya. Ia kembali ke sekolah seperti siswa lainnya, memakai seragam merah putih, sepatu hitam,dan memakai gesper. Terkadang gurunya menyemangati Ian agar tidak minder dengan teman sekelasnya yang umurnya lebih muda darinya. Guru kelasnya memang selalu menyenangkan hati Ian yang kadang selalu gundah.
 Satu bulan kemudian, Ian sudah mulai terbiasa di lingkungan sekolahnya. Kini ia tidak canggung lagi. Kini ia dapat belajar dengan baik seperti yang lainnya. Memang ia bukanlah murid yang terpandai di kelasnya. Namun Ian tetap semangat belajar. Nilai ulangannya terkadang hanya mendapat nilai pas-pasan. Karena dengan semangat, semua akan menghasilkan yang terbaik. Walaupun mendapat nilai pas-pasan, ia sudah berusaha dengan sebaik mungkin.
Ujian kenaikan kelas seminggu lagi akan dilaksanakan. Kini Ian di rumah selalu belajar dan belajar. Sang Ayah hanya bisa menemaninya, karena ia tidak sekolah pada waktu kecil sehingga ia tidak dapat mengajari anaknya tersebut. Tetapi Ian tidak mempermasalahkan tersebut. Karena ayah telah menyadarkan betapa pentingnya sekolah. Saat-saat ujian memang dilalui Ian dengan percaya diri. Ia dapat mengerjakan soal-soal dengan kemampuannya sendiri.
Hasil pengambilan raport pun tiba. Ayah mencoba mengambil raport Ian ke sekolah. Dengan berjalan kaki memakai sandal jepit menuju ke sekolah. Sesampainya di sekolah, Ayah bertemu dengan guru kelas Ian. Ayah menerima raport dengan sedIkit gugup, karena takut anaknya akan tinggal kelas. Setelah membuka raport ternyata buah hatinya naik kelas dan yang tak disangka oleh dirinya adalah Ian mendapat ranking 3 dari 22 siswa. Ayah pun merasa gembira sekali. Ayah pulang bersama Ian dengan perasaan suka cita.
Di rumah, Ayah selalu menyiapkan makanan untuk dirinya dan Ian. Terkadang ia menggembala domba pada sore hari, dan paginya ia pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Pada masa liburan sekolah ini, Ian hanya menghabiskan waktu di rumah saja. Sekarang ayah pergi menggembala domba menggunakan sepatu usangnya yang lengkap dengan kaos kakinya agar tidak terluka lagi. Sepatu usang itu memberikan memori tersendiri bagi Ayah. Kini Ian dapat bersekolah dengan giat.

Demikianlah cerita atau cerpen anak singkat yang semoga dapat bermanfaat bagi Anda. J

Postingan Terkait

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter