1.
GEJALA HIPERKOREK
Merupakan
gejala yang sudah betul tetapi dibetul-betulkan lagi akhirnya menjadi salah.
/s/
dijadikan /sy/ atau sebaliknya
a.
syarat
– sarat
Kata sarat berarti ‘penuh’; sedangkan
kata syarat berarti ‘ketentuan yang harus dipenuhi
Contoh :
Salah satu syarat menjadi seorang
tentara adalah sehat jasmani dan rohani.
Gerobak yang didorong Pak Tani sarat hasil
panen.
b.
syah
– sah
Kata syah dan sah merupakan
pasangan yang terancukan. Makna kedua kata ini sudah jelas berbeda. Sah berarti
‘sudah sesuai dengan ‘hukum’; sedangakan syah berarti ‘raja’
Contoh :
Syah Iran sudah pernah berkunjung ke Unnes.
Afgan sudah sah menjadi suami saya.
c.
sair
– syair
Kata sair bermakna ‘api
neraka’; sedangkan kata syair berarti ‘bentuk puisi lama’.
Contoh:
Pramudya sedang asyik membaca syair
Seharusnya
para pejabat yang korupsi selalu ingat sair.
/p/
dijadikan /f/ atau sebaliknya
a.
polio
– folio
kata polio memiliki makna ‘penyakit
pada tulang’; sedangkan kata folio berarti ‘ukuran kertas’.
Contoh:
Adiknya menderita polio
Andi sedang memebeli kertasi folio di
toko.
b.
kapan
– kafan
Kata kafan berarti ‘kain (putih)
pembungkus mayat; sedangkan kapan bermakna ‘kata tanya untuk
menanyakan waktu’
Contoh:
Mayat itu sudah dibungkus kain kafan.
Kapan kamu lulus?
c.
pakta
– fakta
Kata pakta berarti ‘perjanjian’ dan
kata fakta berati ‘suatu peristiwa yang benar-benar ada’
Contoh:
Berdasarkan fakta yang ada, Mali
ditetapkan menjadi etrsangka dalam kasus itu.
Kamulah
yang harus bertanggung jawab atas peristiwa itu berdasarkan pakta yang
ada.
2.
GEJALA PLEONASME
Penggunaan unsur bahasa yang berlebihan.
Contoh:
Sudah sejak dari tadi temanmu menunggu.
Seharusnya :
Sudah dari tadi temanmu menunggu.
Aduh, dia sangat manis sekali!
Seharusnya :
Aduh, dia manis sekali!
Pada zaman dahulu kala banyak orang-orang
menyembah berhala.
Seharusnya :
Pada zaman dahulu kala banyak orang menyembah
berhala.
3.
PILIHAN KATA ATAU DIKSI
Contoh:
Pertandingan lari itu disaksikan presiden.
Seharusnya:
Perlombaan lari itu disaksikan presiden.
Mereka bukan naik kendaraan umum itu.
Seharusnya:
Mereka tidak naik kendaraan umum itu.
Adanya sikap saling mencurigai
antarmanusia yang satu dengan yang lain cukup memprihatinkan.
Seharusnya:
Adanya sikap mencurigai antarmanusia
yang satu dengan yang lain cukup memprihatinkan.
Anak itu jalannya pincang karena kakinya pernah putus.
Seharusnya:
Anak itu jalannya pincang karena kakinya pernah patah.
4. AMBIGUITAS
Kemungkinan
adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat.
Contoh:
a. Tipe afiks
beruang
(ber+uang : mempunyai uang ; ber+ruang :
mempunyai ruang)
beribu
(ber+ribu : Banyak ribu ; ber+ibu : mempunyai ibu)
berangka
(ber+angka : mempunyai angka ; ber+rangka : memiliki
rangka)
mengukur
(me+ukur
: melakukan pengukuran ; me+kukur: melakukan tindakan “kukur”)
b. Tipe idiomatik
angkat topi;
artinya, salut
gulung tikar; artinya, bangkrut
angkat tangan; artinya, menyerah
membuka
lembaran baru; artinya memulai hidup baru dan melupakan masa lalu
c. Tipe referensi dan substitusi
Ali bersahabat karib dengan Badu, dia sangat mencintai
istrinya.
(dia
tidak jelas ditujukan pada Ali atau Badu)
d. Tipe atribut dalam kalimat
Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
(tidak jelas uang yang diterima berupa
uang dua puluh lima ribu atau uang lima ribuan yang berjumlah dua puluh)
Rumah ketua RT yang baru dicat biru.
(tidak
jelas siapa dan apa yang baru, rumah ketua RT atau jabatan ketua RT)
Post a Comment
Post a Comment