Aspek-Aspek Kritik Sastra (Bagian 3)

Post a Comment
aspek kritik sastra

Penghakiman itu sebenarnya boleh dipandang sebagai titik kulminasi kritik, hasil-hasil usaha itu bukannya tertunda sampai fungsi-fungsi historis dan rekreatif itu bisa diselesaikan secara lengkap. Sebenarnya sudah mengadakan pengkajian terhadap obyek perenungan artistik itu sejak pada awal permulaan. Manusia, di dalam sekalian tindak dan pikirannya, tidak pernah bisa lepas dari sifat-sifatnya yang normatif. Begitu orang dihadapkan pada apa yang disebutnya karya sastra pastilah secara serta merta orang mengadakan penilaian. Entah bagaimanapun juga bentuk penilaian itu pada tingkat permulaan toh sudah termasuk tindak penghakiman juga, meskipun kemudian penghakiman itu masih harus diperbaharui dan diubah berulang kali, karena adanya kesaksian-kesaksian dan penemuan-penemuan historis dan rekreatif yang baru. Sifat normatif ini bukan hanya merupakan hal yang tidak dapat dielakkan tetapi merupakan suatu sifat hakiki daripada setiap penyelidikan historis yang berfaedah dan bagi rekreasi artistik yang kaya. Setiap orang sudah maklum bahwasanya setiap penyelidikan yang tidak dibimbing oleh pengertian tentang nilai dan ukuran-ukuran, yakni penyelidikan yang sama sekali mengabaikan perspektif normatif tentulah akan menjelma menjadi ramuan tetek-bengek yang tidak berarti. Penyelidikan historis yang penting, di dalam bidang sastra dan seni lainnya, haruslah dibimbing oleh ketentuan-ketentuan normatif bila benar-benar mau mencari hasil yang berarti. Sebaliknya suatu usaha rekreasi artistik tidak akan lebih daripada suatu permainan iseng bila kadar artistik, kebenaran dan arti kepentingannya sama sekali tidak diketahuinya.

Karenanya kritikus yang ideal dan cakap, adalah seorang kritikus yang tajam baik dalam orientasi historis maupun dalam melakukan rekreasinya serta pengkajian terhadapnya. Dan secara tegas bahwa tidak ada seorang kritikus pun yang bisa bekerja tanpa mengetahui salah satu aspek dari wawasan tersebut. Tetapi harus diakui pula bahwa dalam melakukan tugasnya itu tak ada seorang kritikus pun yang mampu bertindak secara harmonis mengenai ketiga aspek tersebut. Kecenderungan untuk memberatkan salah satu aspeknya memang harus diakui sebagai suatu kenyataan. Dan kecenderungan ini disebabkan oleh temperamen dan latihan-latihannya. Itu berarti bahwa di dalam menjalankan tugasnya sering minat dan pikirannya tertaut terlalu keras pada beberapa media saja. Minat dan kecakapan yang terlalu menyibukinya dan menunjukkan adanya pengaruh daripada aliran-aliran besar yang berpengaruh di dalam bidang kebudayaan. Jadi aliran-aliran besar itu timbul hanya disebabkan oleh adanya perbedaan aspek yang dipentingkan dalam pendekatan kearah karya. Dan ini merupakan suatu gejala sejarah. Memang harus diakui bahwa ada aliran-aliran besar yang bisa bertahan sampai lama, bahkan berabad-abad, tetapi pastilah aliran itu pada suatu jaman pernah memainkan peranan yang luar biasa pentingnya di dalam sejarah.

Wawasan aliran neo-klasik di dalam kebudayaan Eropa, misalnya, sangat mengutamakan penghakiman dan bersifat khas karena adanya kesetiaan yang besar pada prinsip-prinsip Aristoteles sebagaimana dicantumkan di dalam Poetics (Poelica). Aliran ini berkembang dan memainkan peranan utama pada abad XVII dan XVIII. Sebaliknya wawasan aliran romantik sangat mengutamakan segi rekreatif. Aliran ini ditandai oleh minat yang besar terhadap kegeniusan yang asli-orisinal, oleh adanya suatu sikap tentang kadar artistik yang tidak bisa dipaparkan secara konseptual dan oleh sikap dan kepercayaan terhadap tangkapan artistik yang bersifat intuitif. Aliran ini merupakan aliran utama yang melanda paruhan pertama abad XIX. Dan akhirnya tokoh-tokoh kenamaan dalam bidang historis sastra dan seni semakin besar pengaruhnya sejak paruhan kedua abad XIX. Dan sampai sekarang wawasan aliran historis ini merupakan pendekatan yang kuat dalam kritik sastra modern. Aliran-aliran besar ini timbulnya hanya karena perbedaan tekanan yang diutamakan. Maka dengan sendirinya tokoh masing-masing aliran itu berbeda-beda di dalam praktek penerapan ketiga aspek tersebut. Betapa pun besarnya tokoh kritikus dalam suatu aliran dan suatu jaman, pastilah sedikit banyak ditandai oleh suatu pencerminan iklim intelektual dari suatu jaman dan kebudayaan dan menunjukkan juga adanya hubungan tertentu dengan salah satu aliran kritik yang terbesar.

Di dalam suatu wawasan tidak perlulah orang secara eksplisit mengadakan suatu pembagian tentang adanya ketiga aspek wawasan sesuai dengan aspek karya sastra itu. Yang perlu dipegang teguh hanyalah kesadaran adanya satu hubungan yang jalin-menjalin di antara ketiga aspek itu, hingga setiap wawasan sastra yang bersifat utuh dan menyeluruh dan tidak terpenggal-penggal mestilah merupakan paduan daripada ketiga aspek tersebut.

"Bagaimana" proses terjadinya suatu kritik itu?. Ada suatu perbedaan urutan di dalam proses itu, sebab urutan logisnya berbeda dengan urutan secara psikologis. Urutan logis mengatakan bahwa setiap penyelidikan historis haruslah mendahului kegiatan rekreatif (ini merupakan satu syarat meski belum merupakan seluruh syarat-syaratnya), sebab setiap karya terutama sekali kalau karya itu berasal dari jaman dan kebudayaan lain, sama sekali tidak akan mungkin ditangkap artinya tanpa suatu orientasi historis.


Tetapi, sebaliknya, rekreasi merupakan syarat penting, meskipun bukan syarat satu-satunya yang sudah menyeluruh, bagi suatu pengkajian karya; yang bisa dipertimbangkan secara berarti itu hanyalah karya yang hakekatnya sudah bisa ditangkap secara rekreatif. Tetapi bidang psikologis kiranya akan membalik urutan tersebut, sebab biasanya orang mendapat kesukaran untuk mengadakan suatu rekreasi terhadap apa yang secara sepintas kilas telah membangkitkan minat dan dorongan artistiknya - yaitu mengadakan pengkajian dalam taraf permulaan, senang atau tidaknya. Dan penyelidikan historis tentang realitas itu biasanya justru karena didorong oleh suatu keinginan untuk menangkap secara memadai apa yang sebenarnya sudah diciptakannya kembali sudah dinikmatinya tetapi hanya secara sebagian saja (belum menyeluruh dan teliti). 

Postingan Terkait

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter