Saya
adalah seorang kutu buku. Saya memiliki sahabat pena yang bernama Indah. Ia
menjadi bunga desa di desanya. Namun, julukan tersebut membuat ia menjadi
seorang yang besar kepala. Indah memiliki seorang ayah yang berprofesi sebagai
lintah darat. Dalam menjalani profesinya, ayah Indah tebal muka dan tidak
peduli terhadap keadaan orang lain. Akibatnya ia menjadi buah bibir di desanya
padahal buah hatinya sering mengingatkan bahwa tindakannya itu tidak benar. Indah
juga menyarankan agar mencari pekerjaan lain yang halal, tetapi ia tidak
menghiraukan dan justru bersikap ringan tangan terhadap putrinya. Meskipun
sering dikasari oleh ayahnya, Indah tetap menyikapinya dengan kepala dingin.
Ayah Indah juga mempunyai hobi bermain judi, ia sering menjadi kuda hitam dalam
permainan tersebut. Dan pada suatu hari ia dirazia oleh kepolisian, akibatnya
ia diadili di meja hijau. Kaki tangan Ayah Indah tidak terima dengan keputusan
yang dijatuhkan oleh hakim. Akhirnya, beberapa ada menerimanya dengan lapang
dada dan ada juga yang berat hati.
Sementara
itu, ketika ayah Indah di penjara, tak ada lagi yang mencarikan nafkah. Terpaksa
ibu Indah harus banting tulang. Ibu Indah membuka usaha warung makan, tetapi
tak lama kemudian usahanya itu gulung Indah disebabkan karena modal yang
terbatas dan sepinya pelanggan. Akhirnya Indah harus bekerja keras agar bisa
mencukupi kebutuhannya. Beruntung Indah memiliki bakat sebagai penulis. Ia
mengandalkan bakatnya untuk mendapatkan uang. Ia juga sering mengikuti
kompetisi menulis, berkat tulisannya yang memukau banyak orang, ia mendadak
menjadi seorang yang naik daun. Meski terkenal, ia tetap rendah hati. Bahkan ia
tidak malu mengakui ayahnya yang memiliki catatan hitam. Dan sayangnya,
walaupun ayah Indah pernah mendekam di penjara, ia tidak kapok dan sering
mengulangi kesalahannya. Dan meskipun sering diingatkan oleh Indah, ayahnya
masih saja kepala batu. Walau begitu, Indah sangat menyayangi ayahnya.
Post a Comment
Post a Comment