Pendidikan Dimulai dari Keluarga

Post a Comment
Pendidikan Dimulai dari Keluarga
Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Setiap manusia membutuhkan pendidikan. Maksudnya adalah setiap insan manusia harus melalui proses pendidikan, baik pendidikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, mau pun masyarakat. Lalu pendidikan seperti apakah yang harus didapatkan oleh manusia (dalam hal ini anak)? Yang paling mendasar adalah pendidikan agama. Agama adalah pondasi bagi setiap manusia dalam menjalani kehidupan. Tanpa adanya agama, manusia tidak akan tahu untuk apa dirinya hidup. Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan agama wajib diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Selain itu, ada pendidikan formal. Pendidikan formal didapatkan oleh anak setelah mereka beranjak di usia 7 tahun.

Mengapa pendidikan itu penting? Belum lama ini banyak beredar berita tentang tindak kekerasan siswa kepada gurunya. Bahkan ada seorang siswa yang menganiaya gurunya sampai meninggal dunia, seperti dalam beberapa kutipan berikut berikut ini:
“Nuzul harus dirawat lantaran ia mendapat perlakuan yang tak mengenakan dan tak seharusnya dipukul dengan kursi plastik dan dilempar hp oleh muridnya NF yang tengah duduk di kelas VII SMP Darussalam, Jalan Tani Pontianak Timur.”
“Dari hasil sidang, terdakwa MH terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana penganiayaan hingga tewas terhadap almarhum Budi Cahyanto,” tegas Purnama.
Itulah beberapa kisah pilu dalam dunia pendidikan yang terjadi sekarang. Mengapa dapat terjadi demikian? Apa memang benar hasil pendidikan hanya dibebankan kepada sekolah saja? Sekolah memang menjadi salah satu wadah pendidikan bagi anak untuk mendapatkan ilmu, baik itu ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama. Namun, sekolah bukanlah satu-satunya wadah bagi pendidikan seorang anak. Di sekolah tidak dapat membentuk karakter seseorang dengan baik tanpa adanya bantuan pihak mana pun. Di sini, sekolah membutuhkan mereka-mereka yang ingin bekerja bersama untuk mendidik anak-anak agar menjadi generasi muda yang berkarakter dan beradab, salah satunya adalah keluarga.
Keluarga sebagai wadah pendidikan terkecil dalam lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga mempunyai andil yang cukup besar dalam mengarahkan anak. Anak bagaikan lembaran kertas putih polos tanpa goresan tinta. Orang tualah yang pertama kali memberikan goresan warna bagi kehidupan anak. Goresan tersebut pastinya merupakan goresan atas perilaku-perilaku yang positif dan beradab. Setiap orang tua yang menginginkan anaknya menjadi hebat, pasti mendidiknya pun membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Dia harus memberikan teladan yang baik untuk anak-anaknya di rumah karena anak selalu melihat dan mendengar setiap peran dan tingkah laku orang tuanya. Anak akan belajar dari hal-hal yang dilakukan oleh orang tuanya.
Bukanlah hal yang mudah dalam mendidik anak agar menjadi seseorang yang hebat dan berkarakter. Apalagi zaman sekarang yang semua serba modern dan mengedepankan teknologi. Ibarat pepatah “Bayi baru lahir saja sudah dapat memainkan gawai”. Hal tersebut cukup memprihatinkan bagi orang tua sekarang yang memberikan kebebasan kepada anaknya untuk melek teknologi sejak dini. Ini bukanlah pilihan yang tepat bagi orang tua untuk memberikan kebebasan seperti itu. Anak-anak akan mempunyai waktunya sendiri untuk menggunakan alat tersebut. Jika hal tersebut sudah dilakukan, orang tua terkadang akan merasa dirinya lebih gaptek (gagap teknologi) daripada anaknya sendiri karena memang anaknya sudah mempunyai gawai sejak lahir. Inilah yang menjadi salah satu ancaman serius bagi orang tua. Hal tersebut dapat mengakibatkan kurang terkontrolnya kondisi fisik dan psikis seorang anak dalam menggunakan fasilitas teknologi oleh orang tuanya. Anak-anak  dapat berselancar ria menjelajahi dunia maya yang cukup membahayakan bagi diri mereka sendiri.
Ada beberapa dampak yang dapat diakibatkan dari penggunaan gawai yang terlalu cepat bagi anak. Dampak tersebut diantaranya dapat memberikan candu yang berlebihan dan mengurangi perkembangan psikomotorik bagi anak. Penggunaan gawai yang berlebihan pada anak akan memberikan rasa candu. Perangkat tersebut akan menciptakan ketergantungan yang cukup bagi para pemakainya. Apalagi anak-anak yang memang belum dapat mengontrol dirinya terhadap hal-hal yang bersifat baru. Seolah-olah gawai ini tidak dapat dipisahkan dari anak-anak yang sedang berkembang dalam pola disiplin. Mereka bisa saja tumbuh menjadi besar, tetapi tidak dapat berkembang secara mental. Hal tersebut juga berkaitan dengan aspek psikomotorik pada anak. Mereka akan kehilangan waktunya untuk belajar dari lingkungan sekitar dan teman sebayanya. Seharusnya mereka lebih aktif untuk bergerak dalam belajar, bukan untuk diam di depan gawai masing-masing. Gawai telah merenggut masa mereka untuk bermain dan bersosialiasi dengan teman-temannya.
Peran orang tua sangatlah penting dalam pembentukan karakter bagi anak-anaknya. Lalu, bagaimana jika hal di atas sudah terjadi dalam lingkungan keluarga? Hal yang pertama dilakukan oleh orang tua adalah mengawasi anak dengan bijak agar anak dapat berkembang dan tumbuh kedewasaannya sesuai dengan usianya, baik secara fisik mau pun mental. Anak-anak hanya membutuhkan pengarahan dari orang tuanya agar dapat membedakan mana yang baik atau buruk bagi mereka. Kedua, orang tua senantiasa memberikan pendidikan dasar agama kepada anak. Seperti yang tertuang dalam salah satu tujuan dari pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan yang pertama adalah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut berkaitan dengan nilai-nilai agama yang memang menjadi roh bagi setiap manusia. Ketiga, adanya kegiatan parenting yang dilaksanakan oleh wali murid atau orang tua siswa dengan bantuan dari pihak sekolah. Di dalam kegiatan parenting tersebut dibahas mengenai topik permasalahan yang terjadi pada anak di rumah. Setiap orang tua pasti mempunyai kendala dalam mendidik anaknya. Kegiatan ini dihadiri oleh praktisi atau pakar dari bidang tertentu untuk membantu permasalahan yang terjadi pada orang tua.
Dari permasalahan yang di atas perlu direnungkan secara seksama. Jika tidak diatasi dengan benar, akan menghambat tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional bukanlah tujuan jangka pendek pada setiap negara. Hal tersebut membutuhkan kerja keras seluruh rakyat Indonesia. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut perlu adanya kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Perlu adanya kerja sama dari ketiga lingkungan tersebut. Jika hanya satu lingkungan saja yang menjalankannya, tujuan pendidikan nasional hanyalah isapan jempol belaka. Karena pendidikan bukanlah sebuah hal untuk dipermainkan atau sebuah negara adalah taruhannya. Seperti kata pepatah Nelson Mandela ‘Pendidikan adalah senjata paling kuat yang bisa kamu gunakan untuk merubah dunia’. Marilah kita ubah pendidikan di Indonesia mulai dari sekarang untuk Indonesia hebat, beradab, dan berkarakter. Hal tersebut tidak lepas dari peran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui daring Sahabat Keluarga yang senantiasa menjembatani peran orang tua, kepala sekolah, guru, komite sekolah, dewan pendidikan, pegiat pendidikan dan masyarakat keseluruhan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang cerdas dan berkarakter. #sahabatkeluarga

Postingan Terkait

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter