Setiap
tahun para ahli bahasa Indonesia dari seluruh dunia berkumpul guna untuk membicarakan
perkembangan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu. Pada tahun 2016 ini, Simposium
Internasional Bahasa Indonesia dan Melayu (ISMIL) diadakan di Melbourne, tepatnya
pada tanggal 14-16 Juli yang dihadiri oleh 47 peserta. ISMIL sendiri mengadakan
pertemuan tahunan, dan di tahun 2016 ini sudah merupakan pertemuan yang ke-20.
Tahun depan, mereka berencana akan bertemu lagi di Langkawi Malaysia, dan di
tahun 2014 silam pertemuan diadakan di Jambi (Indonesia). Para peserta yang
hadir dari berbagai berbagai negara, antara lain Amerika Serikat, Australia,
Italia, Belanda, Inggris, Taiwan, Malaysia, Singapura dan juga dari Indonesia.
Perkembangan
bahasa Indonesia dan bahasa Melayu tampaknya menjadi bahan penelitian yang
menarik bagi mereka yang berkecimpung di bidang tersebut. "Di Indonesia
ada sekitar 800 bahasa, dan bahasa Indonesia adalah salah satunya, ini adalah
negara paling banyak yang memiliki bahasa, setelah Papua Nugini." kata
David Gill dari Max Plank Institute, yang sudah lama menjadi salah seorang
penyelenggara ISMIL tersebut. "Selain itu juga, mereka yang menggunakan
bahasa Indonesia pun tidak sama antar berbagai daerah di Indonesia, ada
perkembangannya, sehingga kadang di satu daerah dengan daerah lain bahasa
Indonesia yang mereka pakai tidak sama. Jadi ini bukan bahasa daerah, namun
bahasa Indonesia yang berbeda." katanya lagi dalam percakapan dengan
wartawan ABC Australia Plus Indonesia, L. Sastra Wijaya hari Jumat (15/7/2016)
di KJRI Melbourne. Sebagian peserta Simposium Internasional ini diundang oleh
KJRI untuk mengadakan ramah tamah.
Sumber: tribunnews.com
Post a Comment
Post a Comment