Sekolah
musik kami ada di jalan Lima Anjing no. 13. Barangkali itu yang membikin hidup
saya sial karena tinggal di rumah nomer 13. lagipula semua anak perempuan saya
lahir pada tanggal 13, dan rumah kami punya 13 jendela. …..tapi, ya untuk apa
diributkan semua ini?. Istri saya selalu dirumah, setiap waktu bisa terima
kunjungan pembicaraan, dan prospektus sekolah bisa di dapat dari portir. Tiga
ketipan satunya. (MENGAMBIL BEBERAPA CONTOH PROSPEKTUS DARI SAKUNYA). Dan kalau
perlu, bisa dapat dari saya juga. Tiga ketip sehelai, siapa mau?. (HENING)
tidak ada yang mau? Sudahlah dua ketip? (HENING). Sayang sekali. Nomer rumah
kami jalan Anjing nomer 13. saya memang gagal dalam segala hal, saya sudah tua
dan lagi bodoh. Sekarang saya sedang ceramah, dan kelihatannya riang saja, tapi
sesungguhnya saya ingin berteriak setinggi langit, atau lari keujung dunia….dan
kepada siapa saya bisa mengadu. Saya malah ingin menangis….. kita mungkin bisa
bilang “ kaukan punya anak perempuan”.. ya… tapi anak perempuan itu apa?. Saya
ngobrol dengan mereka, mereka cekikikan melulu….. istri saya punya 7 anak
perempuan, eh bukan, maaf, kalau tidak salah 6…(RUSUH) ya tentu saja 6, yang
sulung umurnya 27 tahun dan yang bungsu sudah umur 17. Tuan-tuan..(MELIHAT
SEKELILING) aku sengsara, aku sudah jadi dungu, tidak berarti, tapi tetap di
depan sini berdiri seorang ayah yang paling bahagia. Bagaimanapun, begitulah
mestinya dan aku tidak berani mengatakan bahwa tidak begitu. Tapi kalau kalian
tahu, aku sudah bersama biniku selama 33 tahun, dan aku bisa saja katakan bahwa
itu tahun-tahun yang paling subur, maksudku bukan terbaik, tapi secara umumlah.
Telah lalu semua dalam satu kata, seperti satu detik kebahagiaan, tapi terus
terang persetan segalanya. (MELIHAT
SEKELILING) aku kira dia belum datang.
Biniku belum disini, jadi aku bisa bicara sesukaku. …aku sangat penakut… aku
takut kalau dia pandang aku. Nah, seperti sudah aku katakan, anak perempuanku
belum pada kawin. Kemungkin besar karena mereka pemalu, dan juga karena
jejaka-jejaka tidak diberi kesempatan melihat mereka. Biniku paling tidak seka
bikin pesta, dia tidak pernah undang siapapun makan, dia klewat judes, adatnya
jelek, perempuan tukang cekcok, sehingga tidak ada yang mau bertemu, tapi…… ini
aku kasih tahu karena aku percaya pada saudara-saudara. (MAJU KE UJUNG
PANGGUNG) pada hari raya petang anak perempuan biniku bisa dijumpai di rumah
bibi mereka Natalia Semirzovna, itu nyonya yang menderita sakit reumatik dan
selalu memakai gaun kuning ordo-ordo hitam. Seperti itu. Disana makanannya
betul-betul enak. Dan kalau kebetulan biniku tidak ikut, kita bisa…(MENGANGKAT
SATU TANGAN SEBAGAI ISYARAT MINUM) maklum, aku bisa saja mabok dari saatu gelas
anggur, dan disaat demikian aku mampu merasakan bahagia sekaligus sedih yang
aku tidak bisa gambarkan kepada hadirin. Aku teringat lagi masa muda. Dan ada
sesuatu yang membikin aku ingin lari, ingin minggat segera…. Oh.. jikalau
saudara-saudara bisa merasakan bagaimana aku ingin melakukan itu. (SEMANGAT)
lari, meninggalkan semua ini, lari tanpa menengok lagi ke belakang……kemana?
Tidak peduli kemana…. Asalkan bisa minggat dari kehidupan yang hina, kejam.
Marah ini yang sudah menjadikan aku tua bangka bobrok, galak, dengki, yang
jiwanya sempit serta menjengkekan itu. Biniku itu….. yang sudah menyiksa aku
selama 33 tahun lamanya. Minggat dari kemunafikan, dari dapur, dari urusan
duit, dari persoalan-persoalan seperti vulgar… lari untuk berhenti disuatu
tempat yang jauh, jauh sekali. Disuatu padang, untuk berhenti, berdiri
menjulang seperti sebuah pohon, seperti tiang, seperti hantu pengusir burung,
dibawah langit yang lebar, dan terus memandang bulan sunyi diatas kepala, lalu
melupakan, melupakan… Oh betapa aku rindukan, kemampuan tidak meningkat….
Betapa aku tidak sabaran lagi untuk menjambret jas tua ini yang 33 tahun yang
lalu kupakai pada hari pernikahanku. …(DENGAN KASAR MEMBUKA JAS) yang selalu
mesti aku pakai buat ceramah-ceramah pada kesempatan amal……rasain lu!!… (MENGINJAK-INJAK)
rasain! Aku tua, melarat, sengsara seperti jas tua ini, dengan punggungnya
tambal-tambal. (MEMPERLIHATKAN PUNGGUNG JAS ITU) aku tidak mau apa-apa! Aku
lebih baik dan lebih bersih dari itu. Aku pernah muda, aku pernah belajar di
universitas, aku pernah bercita-cita, aku pernah menganggap diriku seorang
lelaki…… sekarang aku tidak mau apa-apa! Tidak apa-apa selain istirahat. (
MELIHAT KE BELAKANG, LALU CEPAT MEMAKAI JAS LAGI) istri saya sudah ada
dibelakang panggung…. Ia sudah datang menunggu saya disana….. (MELIHAT ARLOJI)
waktunya sudah habis… kalau ditanya istri saya, saya mohon dengan sangat
jawablah pemberi ceramahnya….. bahwa Begong, eh maksud saya, saya sendiri telah
melakukan tugasnya dengan sopan. (MELIHAT KE PINGGIR, BATUK-BATUK) istri saya
sedang memandang saya. (SUARA DIPERKERAS) Setelah kita bertitik belok dari pola
bahwa tembakau mengandung racun yang jahat, seperti tadi saya uraikan, maka
hendaknya kebiasaan merokok, harus dihapus. Dan omong-omong saya mengharapkan
sekali bahwa ceramah saya mengenai “ bahaya dari tembakaju” ada manfaatnya bagi
hadirin sekalian. Sekian, selamat malam (MENGHORMAT, MENGUNDURKAN DIRI DENGAN
AGUNG).
Selesai………
Post a Comment
Post a Comment