PENGANTAR
Lakon ini ditulis, disutradari dan dipentaskan pertama kali oleh
arifin c noer, di bawah bendera teater muslim. Pada tahun 1971, lakon ini kembali
disutradarai dan dipentaskan arifin c. Noer, di tim jakarta, di bawah bendera
teater ketjil.
Keberhasilan pementasan lakon ini,
disusul oleh sejumlah pementasan lakon lainnya, baik karyanya sendiri maupun
karya-karya terjemahan, misalnya kapai-kapai, zorro, orkes madun, atau macbeth
(eugene ionesco) faust (goethe) dan flies (sartre), mengundang reaksi para
pengamat teater. Reaksi itu kemudian menempatkan sosok arifin c. Noer sebagai
salah seorang penulis lakon terkemuka negeri ini, sekaligus sebagai penyair,
sutradara dan kemudian penulis scenario film ternama.
Sebagai lakon yang
eksperimentalistik “sumur tanpa dasar” uniknya sama sekali tidak berciri
absurditas murni – hal yang menggejala dalam karya-karya sastra modern
indonesia era 70’an – tetapi justru memperlihatkan upaya persenyawaan kreatif
antara tradisi teater modern barat pasca realisme dengan teater tradisional
kita; teater rakyat, khususnya lenong betawi dan tarling cirebon. Hasil
persenyawaan ini, melalui peralatan simbolisme, diekspresikan arifin c. Noer ke
dalam lakonnya ini, sehingga kita akan beroleh peristiwa yang bersuasana
kontemplatif tentang konflik kejiwaan
tokoh utamanya, jumena wartawangsa – konflik mengenai persoalan iman dan
eksistensi diri
Hidup jumena
ibarat sumur tanpa dasar; gelap dan tak berujung, menggapai-gapai
Jakarta, Agustus 1989
DRAMATIC PERSONAE
JUMENA WARTAWANGSA Lelaki Tua
EUIS Istrinya
PEREMPUAN TUA Pembantunya
MARJUKI
KARTADILAGA Adik
angkatnya
SABARUDDIN
NATAPRAWIRA Guru Agama
WARYA Pegawainya
EMOD Pegawainya
KAMIL Si
Sinting
LELAKI Pelukis
Sinting
MARKABA Tokoh
Jahat
LODOD Tokoh
Idiot
PEMBURU Alias
SANGKAKALA
KABUT-KABUT,
ORANG-ORANG
Dan LAIN-LAIN
WAKTU Kapan
Saja
TEMPAT Di
rumah, dalam pikiran Jumena Martawangsa atau di mana saja
BAGIAN PERTAMA
1
SANDIWARA INI
KITA MULAI DENGAN SUARA DETAK-DETIK LONCENG YANG MENGGEMA MEMENUHI RUANG. SUARA DETAK-DETIK INI BERJATUHAN
SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA MENIMBULKAN BERMACAM-MACAM ASOSIASI. SESEKALI DI
SELA-SELA SUARA INI MENYAYUP PANJANG LOLONG ANJING ATAU SRIGALA YANG SEDANG
‘MERAIH’ BULAN.
2
LONCENG ITU
ANTIC, TUA, AGUNG DAN KUKUH PENUH RAHASIA. DARI RONGGA LONCENG MUNCUL
KABUT-KABUT ATAU PARA PEMAIN YANG MELUKISKAN KABUT-KABUT. MEREKA MELANGKAH
MENGENDAP-ENDAP UNTUK SELANJUTNYA SECARA PENUH RAHASIA MENYEBAR KE SEGENAP ARAH
DAN SEGERA GAIB SIRNA.
3
PIGURA ITU TANPA
GAMBAR TANPA POTO, KOSONG, TERGANTUNG SUNYI DAN PENUH RAHASIA
4
DI ATAS KURSI
GOYANG JUMENA MARTAWANGSA BERGOYANG-GOYANG SUNYI. TAMPAK SESAK PERNAFASANNYA.
SEKALI PUN BEGITU, KEDUA MATANYA MASIH MENYOROTKAN PANDANGAN YANG TAJAM. AMAT
TAJAM. DAN DALAM KEADAAN SEPERTI ITU JUMENA KELIHATAN SEPERTI SEDANG MENGHITUNG
DETAK-DETIK LONCENG.
SEJAK TADI,
SEONGGOK KABUT BERDIRI DI SAMPINGNYA MEMAINKAN SEHELAI TALI YANG SIAP UNTUK
MENGGANTUNG LEHER. AGAK BEBERAPA SAAT JUMENA MENIMBANG-NIMBANG TALI ITU.
KEMUDIAN KABUT ITU MENDEKATKAN TALI GANTUNGAN ITU DAN JUMENA MENCOBA MEMASANG
PADA LEHERNYA. DIA TERTAWA.
JUMENA
Kalau saya bunuh diri, sandiwara ini tidak
akan pernah ada
Sambil tertawa ia memberikan isyarat agar
kabut pembawa tali pergi. Dan pada saat itu detak-detik lonceng semakin
lantang. Dari rongga lonceng muncul Sang Kala alias Pemburu yang siap dengan
senapannya. Ketika senapan itu meletus, terkumpullah seluruh amarah dan
kekagetan Jumena
JUMENA
Bangsat!
TATKALA SANG
KALA GAIB BERDENTANGANLAH LONCENG ITU. KEMUDIAN BERDENTANG JUGALAH BERJUTA
LONCENG-LONCENG DAN WEKER. SEDEMIKIAN
RUPA SUARA ITU MENEROR SEHINGGA MENYEBABKAN JUMENA BANGKIT. DAN PADA SAAT
JUMENA BERDIRI, HENING MENGGANTIKAN SUASANA. LALU JUMENA DUDUK KEMBALI.
PEREMPUAN TUA
MUNCUL MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH DI KAKI KURSI GOYANG DENGAN TEMPOLONG YANG
LAIN.
P. TUA
(Sambil pergi)
Terlalu bernafsu. Pucat sekali wajahnya
5
ENTAH DARI
SEBELAH MANA EUIS MUNCUL
JUMENA
Kalau saya bisa percaya, saya tenang. Kalau
saya bisa tidak percaya, saya tenang. Kalau saya percaya dan bisa tidak
percaya, saya tenang. Tapi saya tidak percaya dan tidak bisa tidak percaya,
jadi saya tidak tenang. Tapi juga kalau saya tenang, tak akan pernah ada
sandiwara ini
EUIS
Akang
JUMENA
Euis
EUIS
Apa yang akang lihat?
JUMENA
Kau
EUIS
Kenapa?
JUMENA
Ingin tahu apa kau betul-betul cantik
EUIS MERANGKUL
DAN MENCIUMI JUMENA, TELINGA JUMENA DAN LAIN-LAIN SEHINGGA MEMBUAT JUMENA
KEGELIAN. KEDUANYA TERTAWA-TAWA. SEKONYONG-KONYONG JUMENA MEMATUNG, MURUNG
EUIS
Kenapa, Akang?
(Jumena Memainkan Bulu Matanya Sendiri)
Kenapa tiba-tiba muram, Akang?
JUMENA (Manja-tua)
Umur Euis berapa?
EUIS
Dua enam
JUMENA
Itulah sebabnya!
EUIS
Percayalah akang. Euis akan tetap mencintai
akang sekalipun umur akang delapan puluh tiga tahun
JUMENA
Betul?
EUIS
sumpah
JUMENA
Kalau delapan lima?
EUIS
Cinta
JUMENA
Seratus tahun?
EUIS
Euis akan tetap menciumi leher akang
KEMBALI EUIS
MERANGKUL DAN MENCIUMI LEHER JUMENA DAN LAIN-LAIN. KEDUA-DUANYA TERTAWA
JUMENA
Kalau saja saya tahu kau betul-betul
mencintai saya
EUIS
Euis sangat cinta pada akang
JUMENA
Menyenangkan sekali kalau itu benar
EUIS
Betul Euis mencintai akang
JUMENA
Mungkin, sayang akang tidak tahu persis
EUIS
Tidak perlu
JUMENA
Perlu. Bahkan akang juga ingin tahu apa
betul akang bahagia
(Terus mereka berciuman dan tertawa-tawa)
Sesekali enak juga berhibur seperti ini
TERUS MEREKA
BERCIUMAN DAN TERTAWA
6
ENTAH DARI MANA
MARJUKI KARTADILAGA MUNCUL. IA TERSENYUM SAMBIL MENYEDOT PIPA ROKOKNYA
JUMENA (Kesal-sedih)
Kenapa kau rusak sendiri? Kenapa kau
berubah? Lenyapkan itu
(Begitu melihat Marjuki, perhatian Euis
beralih dan langsung merangkulnya)
Bangsat. Kau rusak sendiri. Semuanya kau
rusak sendiri
(Dalam sunyi Jumena menimbang-nimbang
sendiri apa yang baru diucapkannya)
Siapa bilang aneh? Semua ini mungkin saja
terjadi. Tuhan, kenapa justru saya merasakan sesuatu semacam kenikmatan dengan
segala pikiran-pikiran ini? Kau jebak saya, Tuhan. Kau jebak saya. Tega. Kau!
(lalu mulai dengan pikirannya) saya kira mula-mula istri saya…. (Agak lama) Ya,
mula-mula istri saya akan berlaku seperti bidadari
(Euis menutup wajahnya seperti seorang
gadis kecil)
Mungkin saja….
EUIS (Gemetar)
Tidak mungkin Juki
JUKI
Mungkin saja
EUIS (Gemetar)
Tidak mungkin. Saya tidak bisa meninggalkan
dia
JUKI
Segalanya mungkin. Tidak ada tidak mungkin
EUIS
Hati saya mulai bersuara lagi
JUKI
Kalau begitu kau sedang membunuh dirimu
sendiri. Apa kamu merasa sedang dihukum? Apa ayahmu sedang melecutmu?
EUIS
Dada saya bergetar sangat kencangnya
JUMENA
Kalimat-kalimat ini berasal dari syahwat
Lolong anjing di kejauhan
EUIS
Kau dengar anjing yang melolong itu?
JUKI
Bukankah suara itu suara kita sendiri?
Anjing yang melolong dan menggonggong? Bulan yang kuning
JUMENA
….suara-suara kesepian yang baka dan purba…
JUKI
Euis
EUIS
(Sangat takut)
Juki, dia suami saya
JUKI
Dan saya?
EUIS
(Bertubi-tubi menciumi Jumena)
Saya mencintai suami saya seperti saya
mencintai ayah saya sendiri
JUMENA
Setiap kali dia berlebihan menciumi saya,
terasa ciuman itu sebagai niat pembunuhan
JUKI
(Melangkah akan pergi)
Baiklah!
JUMENA
Apa yang akan ia lakukan?
EUIS
(Mengejar)
Marjuki!
JUMENA
Saya kira begitu
JUKI
Euis, musuh kita
selama ini adalah perasaan. Kita harus memusnahkannya. Membunuhnya sama sekali.
Kedua orang tua saya mati karena perasaan mereka sendiri. Mereka bangkrut
karena mereka terlalu mencintai paman saya. Dan akhirnya mereka mati sebelum
mati. karena saya tahu betul kejadian itu, tentu saja saya tidak mau bernasib
sama seperti mereka. Saya harus menang terhadap
perasaan saya dan kau pun harus menang terhadap perasaanmu
EUIS
Tapi bagaimana pun dia suami saya
JUKI
Dan saya?
EUIS MENGGIGIT IBU JARINYA SENDIRI YANG
KIRI
JUMENA
Apa yang diharapkan perempuan sebenarnya?
EUIS
Seorang suami yang mencintainya…
JUMENA
Saya sangsi…
JUKI
Dan sekalipun dia seorang perempuan atau
banci? Tidak, sayang. Seorang perempuan selamanya hanyalah mengharapkan seorang
laki-laki. Kalau tidak, pasti bukan perempuan. (Mendekat) lihatlah saya.
Seorang laki-laki. Seluruhnya seratus persen
JUMENA
Kenapa membersit pikiran-pikiran seperti
ini? Enyah! Enyah!
JUKI
Saya yakin ketika kau sendirian dalam
kamar, kau sering duduk-duduk di muka cermin, dan kau tentu sangat suka
berbicara pada dirimu dalam cermin
EUIS
(Dalam cermin)
Saya seorang perempuan. Saya kesepian. Saya
harus menerima apa adanya. Dia suara saya. Bagaimanapun!
JUKI
Kau tahu siapa yang membantah itu?
JUMENA (Melanjutkan)
Itulah musuhmu selama ini
JUKI
Perasaanmu!
EUIS
Tapi kalau itu kita kerjakan berbahaya.
Lagi, kenapa kita harus…
JUKI
Bahaya harus berani kita tempuh kalau kita
sungguh-sungguh menghendaki kepuasan dalam hidup kita
EUIS
Saya kira saya sudah cukup puas. Saya kira
cukup itu…
JUKI
Euis, kau bisa gila karena kelemahanmu. Kau
jangan cepat puas. Apa yang kita kecap dalam beberapa hari ini hanya sebagian
kecil saja dari sukses. Kita belum mendapatkan semuanya. Jangan takut pada diri
sendiri. Persetan itu hati nurani. Diri sendiri adalah milik kita sendiri. Kita
harus bebas. Bebas seperti malam-malam dahulu ketika suamimu pergi ke Tasikmalaya. Malam-malam ketika alam yang
murni mempertontonkan dirinya, di mana kita menjadi putra-puteri alam sejati,
terbuka dan merdeka
Suara kecapi di kejauhan, sayup dibawa
angin sesekali. Jumena memejamkan mata
JUKI
(makin rapat merangkul Euis)
Masih ingat pada Abu nawas?
Euis menggaguk kecil. Manja
JUKI
Di tepi sebuah parit, raja berjongkok akan
melaksanakan hajat besarnya. Tapi baru saja berjongkok, baginda marah-marah
dengan dahsyat, sebab baginda melihat seonggok najis kampul-kampul lewat di
bawah anusnya
JUMENA
Apa dia juga berdongeng seperti saya?
JUKI
Maka tatkala dilaporkan bahwa najis yang
terombang-ambing itu adalah najis Abunawas, dipanggilnya Abunawas, “Abunawas!”
JUMENA
“Hamba, Tuanku”
JUKI
“Bukankah kau bersalah?”
JUMENA
Bahkan sebaliknya tuanku”
JUKI
“Ha?” Mata raja melotot
JUMENA
“Bahkan sebaliknya tuanku”
JUKI
“Hamba ingin menang sebagai pemuja nomor
wahid paduka” Kata Abu Nawas “Saksikanlah kini, tuanku raja, sekarang
terbuktilah bahwa Abunawas si warga Baghdad yang paling takjim hormatnya. Tidak
saja orangnya suka mengiring ke mana baginda pergi, bahkan najisnya pun
mengiring najis rajanya”
(Jumena cemberut, sedangkan Euis
terpingkal-pingkal)
Sekalian pengawalnya tersenyum seraya
manggut-manggut “Abunawas, kaulah permadani terbaik di kota Baghdad”
(Euis Semakin Terpingkal-Pingkal Sambil
Menahan Perutnya)
Lucu?
EUIS
Sangat amat lucu
JUKI
Tidakkah Abunawas seorang yang cerdik?
EUIS
Cerdik sekali. Raja kecerdikan
JUKI
Ya, dan kecerdikan bukan berasal dari
perasaan, tetapi dihasilkan oleh kepala dan pikiran. Kau mengerti?
JUMENA
Kejadian seperti ini adalah mungkin dan
tidak mungkin. Bagaimana saya harus menaruh kepercayaan kepada orang? Ah, lebih
baik duduk-duduk di teras
EUIS
Saya mengerti
JUKI
Kau ahrus betul-betul berani. Berani
seperti malam-malam itu
EUIS
Saya betul-betul berani sekarang. Saya kira
Abunawas adalah guru kita
JUKI
Masih kau merasa bersalah?
EUIS
Tidak. Saya yakin suami sayalah yang
bersalah
JUMENA
Kalau saja dia berani nyerocos seperti itu
JUKI
Kenapa kau bilang begitu?
EUIS
Dia perakus. Mata duitan
(Jumena mengambil sesuatu dan melemparkannya
ke pintu)
Pagi-pagi ia sudah pergi mengurus
dagangannya, mengurusio pabrik-pabriknya. Pulang-pulang jam dua, jam tiga, lalu
selama beberapa jam menghitung-hitung hartanya dan memandangi lemari hitamnya.
Setelah maghrib ia menulis atau membaca, lalu pergi. Pulang-pulang jam sembilan,
sebentar duduk-duduk minum teh atau kopi lalu akhirnya kembali
menghitung-hitung harta dan memandangi lemari hitamnya. Itulah semuanya yang
dikerjakannya secara rutin seperti mesin, selama hampir lima tahun saya jadi
istrinya.
JUMENA
Lalu apa yang diharapkan dari saya?
Duduk-duduk menghabiskan waktu di bawah bulan seperti dalam film-film itu? Saya
sudah Bosan!. Apa dia pikir semuanya akan bisa diselesaikan hanya dengan senyum-senyum dan tiduran
berbaring-baring di atas ranjang?
Sekiranya saja dia dapat membuktikan bahwa
dengan cara seperti itu dapat digapai kebahagiaan hidup. Tidak! Saya sudah
kecap semuanya, saya sudah jalani semuanya! Kosong. Dan cara mengisi hidup
seperti itu terlalu mahal ongkosnya dan tidak produktif, apalagi kreatif.
Selain bergurau di atas ranjang lama-lama menjemukan juga. Capek, linu-linu
apalagi pada pinggang – ah, lebih baik duduk-duduk di teras -
EUIS
Tidak,. Kalau saya serong dengan lelaki
lain, bukan salah saya
JUMENA
Mungkin. Tapi pasti bukan juga salah saya
EUIS
Benar, bukan?
JUKI
Bagi saya tak ada yang benar dan yang
salah. Dan kenapa mesti ada yang salah dan benar?
JUMENA
Saya kira begitu. Bajingan
JUKI
Keduanya sama tidak penting
EUIS
Jadi?
JUKI
Tidak perlu kita mempertimbangkan keduanya.
Kita hanya harus cepat mempergunakan
setiap kesempatan kalau kita ingin berhasil dalam hidup. Dan saya selalu
begitu
(Euis memandangi lelaki itu demikian
lama dan tampak bergetaran bulu-bulu matanya. Kemudian Jumena pura-pura batuk.
Dan duduk. Terkejut mendengar suara batuk)
Suamimu?
EUIS
(Panik)
Aku masuk?
JUKI
Saya akan masuk ke WC
KEDUANYA KELUAR
7
PEREMPUAN TUA MUNCUL MEMBAWA MAKANAN
P. TUA
Lebih baik makan malam dulu, gan
JUMENA
(Masih melayang pikirannya)
Saya kira….
P. TUA
Di sini atau di ruang makan, gan? Di sana
banyak angin, lebih baik di sini saja
JUMENA
Saya kira….
P. TUA
Tadi pak Warya ke sini
JUMENA (Segera)
Ada apa?
P. TUA
Sengaja menengok agan
JUMENA
Sekarang di mana dia?
P. TUA
Sudah pulang satu jam yang lalu
JUMENA
Kenapa dia tidak di suruh masuk? Ikut mogok
seperti yang lain?
P. TUA
Saya kira tidak begitu. Pak Warya hanya
tidak mau mengganggu agan tidur. Nyai bilang sejak sore, agan tidur nyenyak
setelah hampir tiga hari sukar tidur. Nyai juga bilang agan mulai lega
napasnya. Setelah tidur banyak harus makan banyak, gan, biar lekas sembuh
DETAK-DETIK
LONCENG LANTANG MENGGEMA MEMENUHI RUANGAN, KEDUA MATA JUMENA MELOTOT DAN LEHER
JUMENA KAKU, SEMENTARA PEREMPUAN TUA ITU TERUS BERBICARA TANPA SUARA
8
MUNCUL WARYA DAN
EMOD. KEDUANYA MENGUTARAKAN SESUATU YANG SANGAT MENDESAK KEPADA JUMENA DENGAN
KERAS TANPA SUARA. SETELAH BEBERAPA LAMA, PEREMPUAN TUA ITU MENINGGALKAN
RUANGAN ITU. TETAPI IA KEMBALI MENDEKATI JUMENA , KETIKA JUMENA TIBA-TIBA
BERBICARA KERAS SEKALI DAN MARAH. PEREMPUAN TUA DENGAN RASA KEIBUANNYA
MEMIJAT-MIJAT BAHU JUMENA
JUMENA
Mau diapakan lagi? Saya tidak akan merobah
keputusan saya. Saya tidak mau. Saya tetap tidak akan memberikan biar segopeng
pun. Berapa kali sudah saya bilang sejak kalian jadi pengawas kedua bahwa
standar gaji yang ada sekarang cukup baik, adil untuk semua pihak. Prinsip saya
cukup realistis karena berdasarkan kebutuhan riil tiap-tiap keluarga. Lagipula
saya sudah menghitung dengan cermat berapa setiap keluarga menghabiskan biaya
setiap bulan dan berapa sisa yang bisa ditabung
EMOD
Maaf gan, tapi saya kira kebisaaan orang
lain. Juga sifat orang. Maksud saya mungkin saja gaji yang diterima seseorang
cukup besar tapi bukan tidak mungkin ada saja orang yang menganggapnya masih
kurang.
JUMENA
Itu karena umumnya semua orang boros. Saya
yakin itu. Cobalah kamu Tanya istri saya berapa ongkos rumah ini. Barangkali
kamu tidak percaya kalau saya bilang ongkos bulanan rumah ini kurang dari gaji
yang kamu terima setiap bulan
EMOD
Tapi ini keadaan istimewa, gan. Maksud saya
tidak setiap kali orang mengadakan pesta perkawinan
JUMENA
Dengarkan. Kalau orang mau hemat dan rajin
menabung, niscaya tidak akan mengalami kekurangan biar segobang pun. Bisa
kalian buktikan bahwa standard dan peraturan-peraturan yang saya buat
merugikan? Kamu lupa gaji rata-rata di sini setengah kali lebih besar dibanding
tempat-tempat lain? Coba kalian mampir ke pabrik tenun Mustopa atau pabrik
minyak kacang Haji Bakri dan Tanya berapa orang-orang di sana terima gaji?
Sekali lagi War, Mod. Kalau orang mau hemat, insaAllah tidak akan menemui
kesulitan apa-apa. Dengan gaji yang
mereka terima, mereka akan dapat membiayai ongkos pengobatan dan apa saja. Dan
lagi, tidak masuk akal kalau saya pun harus menanggung biaya pemborosan kalian.
Coba saja, kalian boros dan saya harus menanggung keborosan kalian, sinting
namanya. Apalagi untuk pesta kawin, lebih sinting lagi.
SEMENTARA JUMENA
BERBICARA, SEPANJANG ITU SEORANG DEMI SEORANG PARA PEKERJA. PADA WAJAH MEREKA
HANYA TAMPAK TUNTUTAN-TUNTUTAN MEREKA. MAKA BEGITU SELESAI JUMENA BICARA
SERENTAK MEREKA SEMUA BICARA, SANGAT KERAS DAN SANGAT KERAS. BAHKAN KETIKA
MEREKA SUDAH MENINGGALKAN RUANG ITU MASIH TERDENGAR HIRUK PIKUK ITU.
DI TENGAH SUARA
GADUH ITU JUMENA BERTERIAK “Pemboros semua! Pemalas! Kerbau! Kambing!” SAMBIL
MENGHALAU MEREKA DAN MEREKA KELUAR
9
LAMPU PENTAS
MENYUSUT DAN BERUBAH WARNA. MUNCUL SANG PEMBURU DARI RONGGA TUA ITU. TOKOH
AGUNG INI SEMAKIN MEMBESAR DAN MEMBESAR, SEMENTARA ITU JUMENA TERKAPAR DI
LANTAI. WAJAHNYA MENDONGAK TEGAK KE LANGIT-LANGIT
JUMENA
Datang juga kau
PEMBURU
Kapan pun datang
juga
JUMENA
Datang juga kau
PEMBURU
Kapan pun datang
juga
JUMENA
Kenapa kau datang?
PEMBURU
Kenapa kau datang?
JUMENA
Kenapa kau datang?
PEMBURU
Kenapa kau datang?
JUMENA
Kau permainkan
saya
PEMBURU
Kau permainkan
saya
SETELAH AGAK
LAMA
JUMENA
Saya kira saya
akan mati dua puluh tahun yang lalu
PEMBURU
Kau telah mati
sejak kau mengira kau akan mati
JUMENA
Kau permainkan
saya
PEMBURU
Kau permainkan
saya
JUMENA
Dari siapa kau
tahu saya akan mati?
PEMBURU
Kau sendiri yang
mengatakannya
SETELAH AGAK
LAMA
JUMENA
Jadi bagaimana?
PEMBURU
Apa?
JUMENA
Kapan saya mati?
PEMBURU
Tempo hari kau
bilang kapan?
JUMENA
Dalam waktu
dekat ini
SETELAH AGAK
LAMA
Dalam waktu
dekat ini?
PEMBURU
Kapan kau bilang
tadi?
JUMENA
Dalam waktu
dekat ini
PEMBURU
Kau percaya?
JUMENA
Ada yang
membisikannya pada saya
PEMBURU
Siapa?
JUMENA
Saya sendiri
PEMBURU
Kau permainkan
kau
KEMUDIAN
SEGEROMBOLAN KABUT MENYEKAP JUMENA. TENTU SAJA KEADAAN ITU MEMBUTA JUMENA SUKAR
BERNAFAS. MEGAP-MEGAP.
10
SETELAH
KABUT-KABUT PERGI, SEMUA LAMPU MENYALA KECUALI PADA LONCENG. EUIS MUNCUL DAN
TERKEJUT MELIHAT SUAMINYA SEDANG BATUK-BATUK PARAH BERJONGKOK DEKAT JENDELA.
EUIS
Akang (Menghampiri
suaminya)
JUMENA (Segera bangkit)
Tidak apa-apa.
Tidak apa-apa
EUIS
Sebaiknya akang
makan. Euis tadi ngaji. Ini kan malam Jum’atan
(Jumena duduk
dan tampak sesak sekali pernafasannya)
Euis suapi,
akang?
JUMENA (Pada penonton)
Pasti ada
apa-apa. Pasti ada apa-apa (Pada Euis) jangan berlebihan. Saya masih
kuat mengangkat meja, apalagi sendok. Saya bisa menyuap sendiri (Mulai akan
makan. Lama hanya melihat saja pada makanan) tak ada nafsu saya
EUIS
Dipaksa, akang
JUMENA
Siapa yang akan
memaksa saya?
EUIS
Akang sendiri
JUMENA
Saya tidak mau.
Saya juga tidak mau memaksa diri saya sendiri hanya agar saya makan. Sudah,
berhenti kau bicara. Saya sedang kesesakan
EUIS
Euis gosok
dengan….
JUMENA
Berhenti kau
bermain sandiwara dan diam (Pergi duduk)
11
DETAK-DETIK
LONCENG LANTANG. BERATUS LELAKI DAN PEREMPUAN MUNCUL DARIMANA-MANA. DI PENTAS
TERJADI HIRUK PIKUK. DI ANTARA MEREKA KELIHATAN WARYA DAN EMOD DENGAN WAJAH
BERANG DAN MENGHUNUS GOLOK BESAR. KEMUDIAN TIBA-TIBA DI SELA-SELA HIRUK-PIKUK
TERDENGAR JERITAN SEORANG PEREMPUAN DAN BEBERAPA SUARA MENERIAKKAN “PEMBUNUHAN!
PEMBUNUHAN!” KETIKA KUMPULAN ORANG ITU BUBAR, TERTINGGAL DUA LELAKI. KEDUANYA
PENUH RAHASIA. MEREKA MARKABA DAN LODOD
JUMENA
Siapa mereka?
LODOD
Dia menanyakan
kita (Tertawa)
MARKABA TERTAWA
JUMENA
Siapa? (Mengingat
keras)
MARKABA
Saya Jumena
LODOD
Saya juga Jumena
12
SAMBIL
TERTAWA-TAWA, KEDUANYA PERGI ENTAH KEMANA. KEMUDIAN JUMENA BERKELUH PANJANG
SEKALI. SETELAH AGAK LAMA, DIA MULAI MERASA ENAKAN SEDIKIT. LEGA.
JUMENA
Omong-omong
berapa belanja kita hari ini?
EUIS
Akang lagi
sakit, kenapa mesti urus juga tetek bengek semacam itu?
JUMENA
Bukan tetek
bengek, tapi uang. Dan saya tidak pernah sakit untuk urusan uang. Ini
satu-satunya hiburan saya, gila kalau saya tidak memeliharanya. Sekarang katakan
berapa belanja kita hari ini?
EUIS
Sama seperti
kemarin
JUMENA
Kalau begitu
masih ada sisa buat besok
EUIS
Masih
JUMENA
Sebetulnya masih
bisa juga untuk belanja dua hari lagi, tapi kau belum tahu seninya. Tidak apa.
Kelak kau pasti bisa. Tapi sekali lagi saya nasihatkan jangan sekali-kali kau
suruh orang lain berbelanja. Juga jangan Nyai kau itu, belanjalah sendiri.
Semua orang sama saja. Tukang catut! Jangan salah paham, ini bukan sikap kikir,
tapi sikap cermat, dan kau tahu berkesenian dengan uang selain menghargai jerih
payah
SUNYI
EUIS
Sepi sekali
rasanya, padahal baru beberapa hari saja pekerja-pekerja mogok. Pabrik apalagi,
sepi.
JUMENA
Persetan
EUIS
Betapa kaget
kalau Juki nanti datang
JUMENA
Kenapa dia
tiba-tiba bicara tentang Juki? Pasti ada apa-apa. (Pada Euis) Juki akan
sepaham dengan saya. Tapi kalau dia mau main solider-solideran, boleh saja.
Saya bisa kerjakan semuanya sendiri, kalau saya mau. Saya kawal sendiri
barang-barang saya ke Jakarta. Kalau saya mau
(Sunyi)
JUMENA
Hati-hati, Euis
EUIS
Hati-hati apa
kang?
JUMENA
Juki
EUIS
Kenapa?
JUMENA
Dia tampan kan?
(Euis Cuma
diam saja. Kesal sudah tentu, tetapi semuanya dia tahan saja dalam hati)
Dia tampan kan?
Bilang terus terang
EUIS (dingin)
Biasa
JUMENA
Dia tampan,
lebih tampan dari saya. Bahkan lebih muda
EUIS
Lalu?
JUMENA
Tidak apa-apa.
Saya hanya bilang hati-hati. (Tiba-tiba gugup) jangan lupa, dulu dia
hidup diantara pencoleng-pencoleng Senen, kau tahu Senen?
EUIS
Ya, lalu kenapa?
JUMENA
Nah, lebih dari
soal-soal mesum adalah pisau permainan orang macam dia
EUIS
Saya pun tidak
mengerti kenapa bahkan akang pun tidak mempercayai Juki yang boleh dibilang
saudara akang sendiri
JUMENA
Saya tidak
curiga,. Saya hanya bersikap hati-hati
EUIS
Barangkali akang
terlalu hati-hati sehingga membuat akang sendiri tidak bisa tentram
JUMENA
Hanya orang
bodoh yang bisa tentram. Lagipula kalau kau bilang saya terlalu hati-hati,
sebaliknya kau kurang hati-hati. Terus terang saya katakan, saya tidak senang
kalau kau keluar dari kamar mandi tanpa BH
EUIS
Tapi Euis selalu
pakai baju
JUMENA
Ya, tapi tidak
pakai BH. Itu kurang baik. Dan mata Juki bukan mata kelereng. Pokoknya saya
tidak suka. Punt! Atau kau memang sengaja ingin menarik perhatiannya?
EUIS
Akang, sudah empat
tahun kita berumah tangga dengan….
JUMENA
Itu bukan
jaminan. Pernah juga saya pergoki kau dan Juki sedang sayik omong-omong di
dapur. Apa perlunya kau suruh dia menemani kau di dapur?
EUIS
Saya tidak
pernah menyuruh dia. Dia datang sendiri
JUMENA
Dan kau ladeni?
EUIS
Lalu apa harus
saya usir?
JUMENA
Itu terserah
bagaimana cara kau, tapi pemandangan serupa itu tidak enak di mata, apalagi di
hati
EUIS (Gembira)
Akang cemburu?
JUMENA
Cemburu!
Minderwaardig! Buat apa? Saya hanya tidak suka milik saya diganggu orang
(keduanya
diam. Masing-masing terpaku oleh pikiran dan perasaannya sendiri-sendiri)
Saya betu-betul
tahu sekarang, saya sudah mulai tua. (Lirih hampir mendesah, seperti
bercampur tangis tua) Tidak ada orang yang mencintai saya. Tidak siapapun
dan apapun yang mencintai saya
EUIS
Akang yang tidak
pernah mau mencintai saya. Selama empat tahun Euis mencoba meyakinkan akang
betapa Euis mencintai akang, betapa…..
JUMENA
Berhenti kau
bicara. Saya tidak mau kalau…. Ah, lupakan semuanya (Menuju makanan yang
tersaji) Tak ada nafsu saya. Saya lapar, tapi tak ada nafsu
EUIS
Lebih baik akang
tidur
JUMENA
Bawa lagi ke
dapur
EUIS
Biar saja di
meja ini. Siapa tahu akang ingin makan tengah malam nanti
JUMENA
Menantang dia!
(Kasar) masuk ke dapur!
EUIS MEMBAWA
MAKANAN MASUK KE DALAM
13
DETAK-DETIK
LONCENG LANTANG, JUMENA KEMBALI DISIKSA PIKIRANNYA SENDIRI
JUMENA
Jangan
terus-terusan kau siksa aku seperti ini, Tuhan. Selalu kau bilang sebaliknya.
Tak henti-henti. Kau selalu bilang sebaliknya
LAMPU PENTAS
BERUBAH. ANGIN DAN HUJAN DERAS SEKALI. KILAT PETIR, HALILINTAR. MUNCUL PEMBURU
DAN KABUT-KABUT, MEREKA, BEBERAPA SAAT HANYA MEMATUNG, LALU MELINTASI
PEKERJA-PEKERJA PIMPINAN WARYA DAN EMOD
JUMENA
Pergi kalian!
LODOD
Dia mengusir
kita
MARKABA TERTAWA,
LODOD TERTAWA
JUMENA
Mau apa kalian!?
Pergi! Pergi!
PEMBURU
Jangan hiraukan,
tidurlah
JUMENA
Saya tidak mau
tidur, mereka akan membunuhku!
PEMBURU
Bodoh, kalau
sampai mereka bisa membunuh kau. Tidurlah. Buat apa kau pusingkan, toh kau akan
mati juga sekalipun bukan mereka yang membunuh kau.
JUMENA
Saya ingin
tentram
PEMBURU
Tidurlah
JUMENA
Saya tidak bisa
LODOD
Dia ingin
tentram tapi dia tidak mau tentram (Tertawa)
MARKABA TERTAWA
PEMBURU
Diam semua!
KECUALI LONCENG,
SEMUA DIAM, JUGA HUJAN DAN LAIN-LAIN. MUNCUL EUIS DAN JUKI. MEREKA BERCUMBU
MARKABA
Jangan di sini
LODOD
Di bawah ranjang
saja
MARKABA
Jangan. Nanti
ketahuan. Di gudang saja
LODOD
Tapi di sana
banyak tikus
SEMUA
Ssstt.
MARKABA
Di bawah ranjang
saja
JUKI DAN EUIS
MASUK KE BAWAH RANJANG DAN KEMUDIAN BERSETUBUH DI SANA. SEMENTARA ITU, WARYA
DAN EMOD MENGENDAP-ENDAP MEMBAWA SESUATU SEMACAM GONI PADAT BERISI; CUMA LEWAT.
PEREMPUAN TUA MUNCUL MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH DI KAKI KURSI GOYANG. MARKABA
DAN LODOD MENCABUT PIGURA KOSONG ITU DAN MEMBAWANYA KE JUMENA. SETELAH CUKUP
LAMA JUMENA MEMANDANGI PIGURA ITU, KEDUA LELAKI ITU KEMBALI MEMASANG PIGURA
SEPERTI SEMULA SAMBIL TERTAWA-TAWA. PADA SAAT ITU DOKTER LEWAT.
MARKABA DAN
LODOD SECARA RAHASIA MEMPERCAKAPKAN SESUATU. TIDAK LAMA KEMUDIAN MUNCUL JUKI
MENEMANI MEREKA. LALU MERUNDINGKAN SESUATU. DENGAN HATI-HATI MEREKA MASUK KE
DALAM KAMAR, DAN BERGANTI-GANTI MENYETUBUHI EUIS. PADA SAAAT ITU MUNCUL
SABARUDDIN DAN BERBICARA PADA JUMENA TANPA SUARA. LELAKI INI BEBERAPA TAHUN
LEBIH MUDA DARIPADA JUMENA.
DOKTER DAN EUIS
MUNCUL DARI DALAM
DOKTER
Ada baiknya
bapak di bawa ke rumah sakit
EUIS
Bapak keras
kepala
DOKTER
Itulah sebabnya
EUIS
Tapi bapak tidak
mau
SAMBIL
MELANJUTKAN PEMBICARAAN, KEDUANYA KELUAR
14
SABARUDDIN
Jum, kau sebenarnya
hanya capek, terlalu capek. Rupanya kau tidak pernah istirahat. Rupanya selama
ini kau hanya bekerja dan bekerja, berpikir dan berpikir. Dua puluh tahun lalu
ketika pertama kali saya kenal kau.ketika untuk pertama kalinya kau membuka
sawah dan ladang di sini, bahkan sampai saat kau mulai usaha di bidang
pertenunan, saya selalu melihat kau sebagai lelaki yang paling bersemangat dan
paling bergembira di kota ini. Waktu itu, bahkan kau sendiri mengatakan bahwa
hidup di sini cocok untuk kau sebab kota ini tidak terlalu besar dan tidak
terlalu kecil.
Sejak dulu saya
cemburu melihat bagaimana kau seolah menjadi satu dengan usaha-usaha kau. Terus
terang waktu itu saya membayangkan betapa bahagianya kau. Tapi hanya satu yang
saya sangsikan, yaitu sempatkah kau mengecap hidup ini?
JUMENA
Tidak. Tidak
pernah dapat. Banyak kesempatan untuk itu, tapi memang hidup saya tidak dapat
mengecap hidup ini
SABARUDDIN
Masuk akal,
sebab seluruh waktu hanya kau isi dengan kerja dan berpikir, maksud saya
memecahkan persoalan perusahaan-perusahaan kau. Kau memiliki sawah tapi tidak
pernah menikmati sawah, kau hanya menikmati uangnya. Bahkan saya sangsi kau bisa
menikmati uang. Saya kira kau hanya sempat menghitung-hitung uang seperti juru
hitung. Beberapa tahun terakhir malah saya, berani memastikan kau tidak bahagia
JUMENA
Saya kira bukan
maksud kau membicarakan hal-hal semacam itu maka saya harapkan kedatangan kau.
Memang saya memerlukan teman berbicara, tapi saya kira ada persoalan yang
mungkin lebih penting daripada itu
SABARUDDIN
Tapi tak ada
salahnya kau mendengarkan nasihat saya. Sebelumnya saya perlu katakan bahwa apa
yang saya ingin lakukan untuk kau tak lebih hanya atas nama persahabatan. Saya
tetap sebagai sahabat dan bukan sebagai seseorang yang ingin mengislamkan kau.
Saya berbicara di sini karena saya selalu merasa berteman. Jum, percayalah
saya. Kau perlu istirahat.
JUMENA
Bagaimana?
SABARUDDIN
Ada baiknya kau
melancong ke tempat lain
JUMENA (Tertawa)
Kalau kau tahu
SABARUDDIN
Kenapa kau
tertawa? Ini sungguh-sungguh
JUMENA
Kalau kau tahu
kenapa saya dua puluh tahun yang lalu memutuskan untuk tinggal di sini,
barangkali kau tidak akan menyarankan seperti itu. Dua puluh tahun lalu saya
pun menasehati diri saya sendiri agar saya melancong ke tempat lain, minggat
dari Jakarta, minggat dari politik-politikan dan lain-lain pekerjaan yang
memang bukan bidang saya.
Barangkali saya bisa
sedikit lebih tenang kalau bisa jadi pengarang. Terlalu banyak yang saya bisa
kandung, tapi saya tidak mampu melahirkannya. Tidak, saya tidak punya bakat
untuk itu. (Tertawa) dua puluh tahun lalu saya benamkan seluruh diri
saya dalam kegiatan perusahaan saya, dengan harapan bisa tentram. Saya tutup
mata saya, telinga dan hati saya, bahkan seluruh mimpi saya.
Sekarang setelah
dua puluh tahun, kau menyarankan agar saya melancong ke tempat lain untuk
istirahat. Saya jadi merasa geli, apa mungkin hidup hanya bisa diatasi dengan
pelancongan seperti itu!? Kau tahu benar apa sebenarnya yang sangat merisaukan
saya terutama akhir-akhir ini?
SABARUDDIN
Saya kira…
JUMENA
Kau tidak tahu!
Terus terang saya takut mati
SABARUDDIN
Saya kira setiap
orang…
JUMENA
Belum tentu.
Selain itu sampai sekarang saya belum punya seorang anak. Empat kali saya
beristri
SABARUDDIN
Banyak orang
yang…
JUMENA
Lalu untuk apa
semua yang selama berpuluh tahun saya kerjakan?
SABARUDDIN
Apa tidak lebih
baik kau memungut anak angkat?
JUMENA
Kau simpan saja
saran itu. Sudah terlalu sering orang menyampaikannya pada saya. Dan saya tidak
memerlukan itu
(Pause)
sekarang saya
sedang rencanakan sesuatu. Gagasan ini pasti kau sambut dengan gembira karena
akan menyangkut pekerjaan kau (Tersenyum lebar) Saya akan membangun
kembali masjid kota ini
(Sabaruddin
cuma diam tidak yakin)
Kenapa? Kau
tidak percaya?
SABARUDDIN MASIH
DIAM
JUMENA
Kau kira saya
bergurau?
SABARUDDIN
Saya gembira
sekali. Alhamdulillah. Sepuluh tahun saya menunggu ada orang yang mengucapkan
itu
JUMENA
Tapi jangan
salah paham. Saya akan mengerjakan semua itu bukan dengan tujuan muluk, apalagi
tujuan keagamaan. Saya tidak punya tujuan seperti itu. Saya hanya merencanakan
hal itu lantaran saya rasa, mungkin saya bisa ikut bahagia bersama kau
SABARUDDIN
Kalau begitu,
boleh saya bertanya, kenapa bukan gereja saja yang kau bangun?
JUMENA
Saya kenal
seorang perempuan tua yang telah memelihara saya sampai saya agak besaran
(Sabaruddin
tersenyum tidak percaya)
Perempuan tua
itu bukan ibu saya. Tapi dia memelihara saya. Setiap kali ia menidurkan saya,
perempuan tua itu selalu bersenandung. Kemudian saya tahu apa yang
disenandungkan, persis seperti lagu-lagu pujian yang bisaa dinyanyikan
anak-anak di mesjid
Saya kira inilah
satu-satunya kenangan masa kanak-kanak saya.
SABARUDDIN (Setelah agak lama)
Baiklah. Kapan
kau akan mulai rencana itu?
JUMENA
Selekasnya. Setelah
kau menyusun suatu panitia
SABARUDDIN
Itu tidak
terlalu sukar
JUMENA
Selain itu, saya
akan membangun rumah gelandangan
SABARUDDIN
Diam-diam, kau
sedang mengakui bahwa ada cara lain selain cara yang pernah kau tempuh dalam
mengisi hidup ini (Dengan gembira meluap-luap) sekarang Jum, jalanilah
apa yang telah saya sarankan
JUMENA
Melancong?
SABARUDDIN
Bukan. Yang
sebelumnya. Ah, mungkin tadi kau kurang memperhatikan. Begini. Kau pernah
menyaksikan riwayat sekuntum bunga?
JUMENA
Belum
SABARUDDIN
Sama sekali?
JUMENA
Saya tidak
begitu tertarik lagi justru setelah saya tinggal di tempat ini
SABARUDDIN
Menyesal sekali.
Jum, bangunlah pagi-pagi dan amati secara teliti betapa indahnya kehidupan yang
berlangsung di pekarangan rumah kau. Ada baiknya juga kau memelihara ikan hias.
Sekedar hanya sebagai hiburan saja. Saya kira di sana kau dapat juga merasa
ikut bahagia bersama-sama bunga dan ikan-ikan dalam akuarium
JUMENA
Apa ku juga
merasa begitu pasti seperti halnya dokter saya?
SABARUDDIN
Paling sedikit
tekanan darahmu akan meluncur turun dalam tempo kurang dari sebulan
JUMENA
Saya harus coba
lagi. Saya harap pelancongan saya kali ini yang terakhir dan saya bisa tentram
SABARUDDIN
Dengan semua
itu, Jum, kau akan menikmati buahnya. Mesjid itu akan semakin semarak dan penuh
cahaya. Jemaahnya yang berbahagia akan semakin semarak, anak-anak yang
terlantar itu….
JUMENA (Melayang)
Ya, ya…
SABARUDDIN
Akan semakin
besar dan besar, sehat dan berpendidikan, dan semakin tumbuh dan tumbuh seperti
halnya kuntum-kuntum bunga dan ikan-ikan dalam akuarium, betapa indahnya hidup
JUMENA
Ya, ya…
PEREMPUAN TUA
MUNCUL MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH DENGAN TEMPOLONG YANG LAIN
SABARUDDIN
Tidak lama lagi
kau akan dapat menghisap udara pagi kau kembali. Tidak lama lagi kau akan kembali
mengetahui berapa harga sinar surya kala pagi
JUMENA
Saya akan
kembali merasakan betapa sejuknya air yang membasahi badan kalau saya sedang
mandi
SABARUDDIN
Suatu pagi,
jalan-jalanlah telanjang kaki, nanti kau akan dapat juga merasakan betapa nikmatnya
kaki kita menginjak basah rerumputan dan batu-batu kerikil sementara angin
tipis mengusap-usap lembut hidung dan telinga
PEMBURU
MENEMBAKKAN SENAPANNYA. DAHSYAT LETUSANNYA
JUMENA
Suara apa itu?
SABARUDDIN
Seperti
lumrahnya, sehelai daun gugur
JUMENA
Saya kira suatu
bom
LAMPU TIBA-TIBA
PADAM
BAGIAN KEDUA
ADEGAN KEDUA
DIMULAI KETIKA JUKI DAN KAMIL TERTAWA TERBAHAK-BAHAK. TENTU SAJA KARENA ULAH
LELAKI TUA GILA YANG BIASA DIPANGGIL KAMIL, YANG SELALU BERPAKAIAN ALAM KAUM
TERPELAJAR ANGKATAN ’08. TUBUHNYA SANGAT KURUS SEPERTI HABIS DIHISAP OLEH
MIMPI-MIMPINYA SENDIRI. SEMENTARA ITU DENGAN GANAS MUNCUL PEREMPUAN TUA
P. TUA
Huss, jangan
terlalu keras. Agan sedang tidur (Keluar)
KAMIL
Kenapa saya suka
meramal? Sebab saya suka ilmu kebatinan, alias mistik dan ilmu kejiwaan? Sebab
dunia sekarang sudah berat sebelah
Nah, sekarang
inilah peradaban sekarang, kepala terus diisi sementara dada dibiarkan masuk
angina, maka kepala terlampau berat tak
dapat lagi ditopang oleh dada. Seperti ondel-ondel terkena angin puyuh. Maka
terhuyung-huyunglah manusia zaman sekarang seperti pemabuk! Padahal sumber
kekuatan hidup sebenarnya ada di sini. Nih (Menunjuk ulu hati) bukan di
kepala seperti kata Jumena. Karena dia sinting!
P. TUA (Di pintu belakang)
Sudah! Sudah!
Berhenti pidato!
KAMIL
Naaah! Pidato!
Saya ingat lagi sekarang.
Pidato.
Zaman-zaman sebelum filsafat Sokrates, atau professor Raden Hidayat menyebutnya
dengan istilah “Zaman Kata-kata Bunga Berduri”. Boleh, boleh saja disebut Zaman
Retorika, tapi saya cenderung menyebutnya dengan istilah sendiri sesuai
semangat kemandirian Professor Djojodiguno. Sumber kekuatan pada kata! Kata
Mereka! Padahal sumber kekuatan hidup ada di sini! Di jantung!
JUKI
Bukan di kaki,
den Kamil?
KAMIL
Kaki itu
sebenarnya tidak perlu lagi kalau orang sudah tinggi ilmunya. Kau percaya bahwa
saya setiap malam pergi ke Mekah? Sukar saya jelaskan. Kau masih kotor. Ini
ilmu-ilmu zaman dulu. Mau bukti? Saya bisa membelah meja ini! (Siap dengan
pukulan karate)
JUKI
Jangan den, sayang
mejanya
KAMIL
Memang tidak
perlu. Sifat ilmu itu tidak merusak. Tapi kalau yang memiliki tidak kuat
jiwanya, bisa jadi sinting. Hati-hati memilih kiayi
JUKI
Merokok dulu den
Kamil
KAMIL
Tolong menolong
itu sifat nabi Nuh!
JUKI
Kata orang, den
Kamil dulu…
KAMIL
Orang kaya?
JUKI
Ya
KAMIL
Tidak salah!
Saya ini masih keturunan Sunan Gunung Jati tapi lebih cenderung kepada Syekh
Lemah Abang. Kata sementara orang saya ini orang kaya, jadi saya orang kaya.
Apa kata orang sebenranya tidak ada yang salah. Semuanya benar, sebab semuanya
berasal dari jiwa. – Sukma! Sukma! Sukma! – tidak percaya saya ini orang kaya?
Bapak saya dulu suka menggambar, jadi saya masih keturunan pujangga. Kau tahu
bahwa saya punya pabrik minyak kacang? Sawah? Saya punya. Ladang? Saya punya.
Tambak ikan? Punya. Rumah saya berderet sepanjang jalan terbesar di kota
Cirebon. Took? Tiga buah
JUKI
Istri, den
Kamil?
KAMIL
Istri saya?
Istri saya lebih cantik daripada Siti Zulaikha yang memperkosa Nabi Yusuf.
Cobalah angkat gudang yang terbesar di pelabuhan Cirebon dan bawa kemari untuk
menyimpan harta saya, tidak akan cukup. Saya ini sangat kaya. Jangan sembrono.
Orang kaya itu galak. Dan empat puluh, saudara, empat puluh kamar dalam rumah
saya
P. TUA
Husss… jangan
terlalu bising
EUIS
Makan dulu, Mil.
Di dapur
KAMIL (Melihat Euis lalu melihat Juki lalu tertawa)
Jejak-jejaknya
mulai tercium (Pada Juki) Nanti saya ramal telapak tangan saudara!
EUIS
Sudah, sudah!
Masuk!
KAMIL (Sambil pergi)
Siapa bilang
buah Khuldi itu apel?
2
P. TUA
Sudah waktu
makan. Tidak perlu juragan dibangunkan?
EUIS
Jangan. Biarkan.
Beberapa hari belakang ini akang mulai kelihatan sakit lagi
P. TUA
Nyai kira juga
begitu (Keluar)
3
EUIS
Anda harus
menasehati
JUKI
Saya kira memang
begitu. Tapi kau juga jangan diam saja
EUIS
Sudah terlalu
sering. Tidak pernah mau dengar. Hampir lima tahun saya jadi istri dan hampir
selama itu pula ia tidak pernah mau dengar saya bicara. Saya selalu dituduh
yang tidak-tidak, dikira bersandiwara. Terhadap anda tentu sikap akang lain, setidak-tidaknya
dulu akang pernah tinggal di rumah anda. Saya kira akang merasa bersaudara
dengan anda.
JUKI
Kalau saja
begitu, tentunya tidak akan sejelek ini. Dia tidak pernah mau percaya sama
orang lain. Itu susahnya. Semua diurusnya sendiri dan semua yang bekerja dia
pukul rata sebagai kuli atau mandor. Dan saya tidak lebih dari mandornya
seperti yang lain!
Memang saya
boleh dibilang sebagai adiknya tapi saya kira dia lebih percaya kepada kau
daripada kepada saya.
EUIS
Mestinya begitu (Diam)
empat tahun sudah. Dia tidak pernah berubah. Dia tidak pernah percaya bahwa ada
orang yang mencintainya sementara dia sendiri tidak pernah bisa mencintai
JUKI
Percaya kepada
saya. Dia diam-diam mencintai kau, tapi dia tidak percaya kalau kau
mencintainya. Dari kelima perempuan yang pernah dia kawini Cuma dua orang yang sungguh-sungguh dia
cintai. Kau dan istrinya yang pertama.
Sampai sekarang
saya masih bertanya-tanya kenapa dia menceraikan istrinya yang pertama, padahal
sangat dia cintai lagi seorang perempuan yang berpendidikan tinggi. Beberapa
kawan menduga mungkin karena mertuanya yang mata duitan.
Percayalah Euis,
akangmu hanya sangat kesepian. Sampai setua ini keinginannya untuk punya anak
belum terwujud. Saya kira gampang kita maklumi
EUIS
Tapi saya sekarang
sedang mengandung, dan saya yakin….
JUKI
Betul, Euis?
Kalau begitu selesailah masalahnya. Percayalah, semua akan selesai dengan
sendirinya hanya karena anak dalam kandunganmu itu. Syukurlah Euis saya harap
kau lebih hati-hati
EUIS
Tapi dia tetap
tidak mau percaya
JUKI
Kau harus sabar.
Tunggu sampai dia sendiri melihat bagaimana anak dalam kandungan itu semakin
membesar dan membesar. Dan kalau dia tetap tidak percaya kau sedang mengandung,
pandangan matanya yang salah atau dia memang tidak pernah percaya pada matanya
sendiri.
Syukurlah Euis.
Ah, sebentar nanti saya kira saya pun mulai membicarakan hal itu dengan dia.
Seperti dongeng
saja. Justru setelah hampir seluruh rambutnya putih tiba-tiba akang Jumena akan
punya (Tertawa) akang akan punya anak. Jangan lupa Euis kau harus,
harus… lebih baik kau tanyakan kepada Nyai.
EUIS
Tapi saya pikir
JUKI
Kenapa kau
begitu cemas tiba-tiba?
EUIS
Maksud saya….
Apakah…. Apakah…. Ada perlunya…. Apakah tidak lebih baik anda tidak usah
menyinggung soal kandungan saya ini dalam pembicaraan kapan pun dengan akang!?
Maksud saya sebelum saya berhasil meyakinkannya sendiri? Sebab…..
JUKI
Saya tidak
mengerti maksud kau dan saya sangat heran kenapa…. Atau kau telah berbohong?
EUIS
Berbohong?
JUKI
Kau telah
membohongi saya. Kau sebenarnya tidak mengandung?
EUIS
Saya yakin kalau
saya sedang mengandung. Untuk apa saya berbohong?
JUKI
Kalau begitu tak
ada yang perlu dicemaskan. Percayalah, Euis. Semuanya akan berubah seketika
hanya karena berita gembira ini. Lihatlah nanti. Saya tahu bagaimana caranya
menyampaikan berita ini ke telinga tebalnya itu.
EUIS
Hati-hati….
Jantungnya.
JUKI
Kau memang
istrinya, tapi saya jauh lebih mengenalnya daripada kau
4
PADA SAAT
BARIS-BARIS TERAKHIR DIUCAPKAN, JUMENA MARTAWANGSA SUDAH BERADA DALAM RUANGAN
ITU. TENTU SAJA MEREKA KAGET
JUKI
Syukurlah, akang
bisa tidur nyenyak
JUMENA DIAM SAJA
EUIS
Tidak lebih baik
akang makan dulu?
JUKI
Ya, saya sudah
mendahului
JUMENA DIAM
SAJA. SETELAH BEBERAPA LAMA EUIS KELUAR
5
JUKI
Saya senang akang
bisa tidur
JUMENA
Saya Cuma
berguling-guling, merem-merem ayam. Sebegitu lama saya berpejam saya masih
belum memastikan bagaimana rasanya mati. Saya hanya merasa bagian punggung dan
dada saya menjadi panas, kemudian semutan. Sesaat saya merasa sedang terbang,
merasa ringan seperti buih sabun. Kemudian segera saya buka kembali mata
apabila saya merasa akan betul-betul terbang atau menguap. Akhirnya saya merasa
kesesakan karena jantung saya melipatkan kecepatannya. Tapi setelah saya merasa
kembali tenang, saya ulangi lagi berjam-jam dan begitu seterusnya sampai saya
jadi diam.
JUKI
Cukup sampai di
situ aja akang menderita. Sebentar lagi akang melonjak seperti anak kecil
setelah mendengar berita gembira dari saya. Akang tidak perlu lagi
terus-terusan mati, tapi akang akan terus-terusan bersiul setelah akang mau
mendengar betapa sebenarnya akang orang yang paling bahagia di dunia
JUMENA
Kau mau
memberitakan kepada saya bahwa Euis sedang mengandung?
JUKI
Akang sudah
tahu?
JUMENA
Setiap awal
bulan saya bisa memastikan Euis akan mengatakan hal yang sama pada saya
JUKI
Dan akang tetap
tidak percaya?
JUMENA
Tiga kali yang
pertama saya percaya, tapi setelah itu saya bentak setiap kali dia mengatakan
kemungkinan itu
JUKI
Sekarang pun
akang masih tetap tidak mempercayainya?
JUMENA
Saya suaminya,
Juki, saya lebih tahu. Bahkan saya lebih tahu kesehatan paru-parunya.
6
P. TUA (Muncul di pintu depan)
Pak Emod minta
ketemu, gan. Beliau ada di serambi
JUMENA (gugup)
Beri saya rokok,
Juki
JUKI
Saya kira tidak
baik untuk….
JUMENA
Cuma dua hisap (Setelah
menghisap rokok) tidak menolong (Dimatikannya) Saya kira sudah
waktunya saya menghisap madat kalau saya sudah sembuh betul
P. TUA
Boleh pak Emod
saya persilahkan kemari, gan?
JUMENA
Bilang saya
sedang sibuk merencanakan penutupan pabrik
PEREMPUAN TUA
KELUAR
7
JUKI
Kalau memang
sama sekali tidak ada harapan, kenapa akang bersikeras tidak mau mengambil anak
angkat? Saya kira yang akang perlukan adalah seorang anak yang diharapkan kelak
akan melanjutkan usaha-usaha akang. Sudah banyak contoh yang kita saksikan,
bagaimana bahagianya antara keluarga yang memungut anak angkat dan keluarga
yang mempunyai anak kandung sendiri.
JUMENA
Berhenti bicara
tentang itu Juki
JUKI
Maaf. Saya
hanya….
JUMENA
Saya mengerti,
saya laki-laki!
JUKI
Mengenai
pabrik….
JUMENA
Kenapa?
JUKI
Kalau terus
mereka dibiarkan mogok dan akang tetap diam saja, saya takut perusahaan akang
lama-lama hancur
JUMENA
Saya tidak takut
(Diam) saya bisa saja meluluskan permintaan mereka dengan memberikan tunjangan
kesejahteraan kepada mereka. Kemudian, dalam tempo paling lama setengah tahun
perusahaan saya pun segera bangkrut?
JUKI
Kenapa?
JUMENA
Kamu lupa gaji
di perusahaan kita rata-rata setengah kali lebih besar dibanding dengan
perusahaan lainnya?
JUKI
Saya kira tidak
begitu
JUMENA
Orang-orang di
sini rupanya hanya terdiri dari usus dan kantung sperma saja, sehingga tidak bisa
berpikir. Sengaja saya kasih mereka gaji lebih besar, dengan harapan mereka
punya kebisaaan menabung sendiri. Tapi yang terjadi mereka justru makin lapar.
Dan lagi dengan system upah semacam itu saya kira bisa sedikit menyederhanakan
administrasi kita
JUKI
Beri saja 10
atau 20 % dari gaji mereka sekarang
JUMENA
Lebih baik kamu
berhitung lebih dulu, baru memberi saran. Kalkulasikan dulu semuanya yang
betul. Ini bukan sekedar masalah emosional, ini masalah angka. Sebab itu secara
dingin juga saya suruh mereka pilih; gaji tetap atau gaji diturunkan, kemudian
baru saya beri mereka tunjangan. Dengan perbandingan sesuai dengan kebutuhan
sekunder mereka
JUKI
Saya Cuma
mengajukan jalan tengah. Saya hanya kuatir, lama-lama perusahaan akang ambruk
JUMENA
Lebih dulu
mereka yang ambruk. Saya masih cukup uang simpanan sampai usia saya berlipat
dua
8
EMOD, WARYA,
MARKABA, LODOD DAN BEBERAPA LELAKI LAIN MUNCUL. SEMUANYA MEMBAWA GOLOK BESAR
JUMENA
Mereka sendiri
yang akan lumpuh
ORANG-ORANG ITU
BERSABAR MEMASUKI RUANG-RUANG DALAM RUMAH JUMENA. KELUAR
9
SUNYI
JUMENA
Juki
(Juki melihat
pada jumena)
Untuk apa kau
hidup?
JUKI (Tersenyum)
Saya tidak
pernah pikirkan itu. Buat apa?
JUMENA (Setelah agak lama)
Kenapa kau tidak
kawin?
JUKI
Sekarang saya
sedang pikir-pikir
JUMENA
Gila. Berapa
umur kau?
JUKI
Empat puluh….
JUMENA
Hampir lima
puluh kau!
JUKI
Ya. Barangkali
begitulah tepatnya
JUMENA
Kenapa tiba-tiba
kau ingin kawin?
JUKI
Mulai capek
badan saya. Saya ingin melihat ranjang saya penuh bertumpuk pakaian perempuan
JUMENA
Lalu?
JUKI
Saya kira memang
sudah waktunya, setelah lama saya bertualang. Dan terus terang, saya begitu ingin
berumah tangga, setelah ikut kerja pada akang. Akang tahu dulu saya sangat
bergajul, lontang lantung tanpa tujuan apa-apa. Sekarang saya ingin bekerja
keras, rajin dan cermat menabung. Saya ingin punya anak. Selain itu saya kira
umur saya masih cukup panjang. Siapa tahu? Bukan tidak mungkin saya masih
sempat melihat anak saya jadi arsitek
JUMENA
Sekarang umur
saya sudah lewat jauh setengah abad, sementara tubuh saya merasa belum
dilahirkan. Saya sungguh tidak tahu bagaimana seharusnya saya hidup. Saya tidak
pernah merasa bahagia. Tapi kalau memang kebahagiaan hanya suatu keadaan senang
yang sesaat mampir dalam hidup, terus terang saya pernah merasakannya.
Adakalanya saya senang setiap kali melihat tumpukan uang saya, terutama
belakangan ini. Seolah-olah saya menyaksikan harga saya dalam tumpukan uang
itu. Tapi bagaimanapun saya tidak bisa menghindari bahwa saya akan mati juga.
Kalau begitu rasanya segala apa yang telah saya kerjakan selama ini tidak lebih
hanya mengisi kekosongan lain. Kau mengerti sekarang, kenapa tadi saya katakan
bahwa sebenarnya bisa saja saya luluskan permintaan pekerja-pekerja itu, toh
sama saja bagi saya.
JUKI
Kenapa tidak
akang luluskan kalau bagi akang sama saja?
JUMENA
Ada sedikit
bedanya, kalau permintaan mereka saya luluskan, mereka yang akan terhibur.
Kalau tidak, saya yang terhibur. Saya pilih hiburan untuk saya. Cuma inilah
yang saya dapat dari hidup. Kadang-kadang ingin saya bakar saja semuanya,
(Tiba-tiba)
tidak begitu,
saya akan kembangkan lagi usaha-usaha saya setelah saya benar-benar sehat dan
mereka memahami keputusan saya. Sekedar mengisi waktu sebelum segalanya
berakhir. Dan saya kira saya harus cari hiburan yang lain, karena hidup memang
harus begitu kata semua orang, baik ulama maupun pemabok.
Tidak, saya
tidak akan poya-poya seperti dulu, Juki. Bosan! Ah, nanti saya akan cari cara
yang lain. Yang penting sekarang, saya harus menyelamatkan dan mempertahankan
seluruh milik saya.
10
MUNCUL PEREMPUAN
TUA
P. TUA
Pak guru, gan
SEGERA SAJA
JUMENA MERASA SESAK LAGI. DAN SEPERTI BIASA JUKI TIDAK TAHU MESTI BERBUAT APA
KECUALI MEMAINKAN JARI TANGANNYA SENDIRI. LALU JUMENA MENDENGUS
JUMENA
Suruh saja
masuk. Tapi Nyai tidak usah bikin minuman dulu! Lihat keadaan nanti.
PEREMPUAN TUA
KELUAR
JUKI
Lebih baik
saya….
JUMENA
Jangan pergi. Di
sini saja. Tak ada yang penting. Tidak lama. Kalau perlu saya usir dia.
SETELAH ITU
PEREMPUAN TUA MUNCUL LAGI. TIDAK LAMA KEMUDIAN MUNCUL SABARUDDIN NATA PRAWIRA
DENGAN UCAPAN ASSALAMU’ALAIKUM. YANG MENJAWAB HANYA JUKI
SABARUDDIN
Saya harap
kedatangan saya tidak mengganggu.
JUMENA
Tidak. Saya agak
sehat sekarang, setelah beberapa hari kemarin saya mulai pusing-pusing seperti bisaanya
SABARUDDIN
Boleh saya
langsung ke persoalan?
JUMENA
Saya kira kalau
kau sudah membaca surat saya tak perlu ada pembicaraan ini lagi
SABARUDDIN
Tapi ini bukan
sekedar permasalah kau, Jum. Masalah hampir seluruh pemuka-pemuka kota ini.
Saya telah menyusun panitia dan mendatangi beberapa orang penting seperti yang
kita rencanakan. Sungguh tidak bijaksana kau batalkan begitu saja.
JUMENA
Saya bilang,
sejak awal bahwa semua rencana itu saya kira mungkin akan menyenangkan saya,
tapi kemudian setelah saya mengeluarkan uang untuk ini dan itu, saya tersadar
dan segera saya pastikan bahwa semua itu tidak menyenangkan saya.
Saya lihat kau
memang bahagia, tapi saya tidak dapat hidup bahagia bersama kau. Dengan
demikian tentu saja tidak ada gunanya sedikit pun buat saya
SABARUDDIN
Lalu saya akan
letakkan di mana muka saya?
JUMENA
Saya kira kau bisa
minta tolong atau menghubungi orang-orang macam haji Bakri
SABARUDDIN
Hasilnya akan
sama saja
JUMENA
Memang begitu
saya kira, sebab mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan, sehingga
mereka tidak perlu hiburan lain. Saya tidak.
(Setelah
diam)
selain itu, ternyata
di balik rencana-rencana itu ada pikiran-pikiran dasar yang keliru. Coba
paparkan lagi rencana-rencana itu dan mari kita diskusikan
SABARUDDIN
Rencana-rencana
itu mulia sekali, Jum. Kita akan membangung rumah penampungan social dan kita
akan mengadakan pembaharuan mesjid. Maksud kita, kita akan memperluasnya,
mencat pintu dan jendela-jendelanya, mengganti lantai semen dengan ubin-ubin
dan juga kalau mungkin kita berhajat ingin memasang beberapa batang lampu neon
di sana.
JUMENA
Dua buah rencana
hebat luar bisaa. Ckk. Ck. Ck….. dari siapa rencana rumah penampungan itu
mula-mula?
SABARUDDIN
Saya sendiri
JUMENA
Jelas, jelas
suatu pikiran yang keliru. Sangat. Rumah penampungan? Indah sekali! Terbayang
dalam kepala setiap orang yang mendengarnya sebagai suatu surga impian, dimana
orang boleh makan-tidur Cuma-Cuma, dan kemudian orang percaya bahwa yang
bernama manusia hanyalah mahluk yang terdiri dari mulut dan perut semata.
Pikiran keliru,
sangat keliru. Saya tahu maksudmu baik tapi keliru, dan karena itu sangat
berbahaya. Sabar, karena begitu besar cintamu pada sesama manusia barangkali,
secara diam-diam dan mungkin tanpa kau sadari kau sedang merencanakan suatu
tindakan yang akan mencelakakan manusia-manusia itu sendiri, terutama generasi
yang akan datang.
Kau diam-diam
akan mengajar mereka bermanja-manja dan malas! Tidak! Tidak! Kita harus
mengajar mereka berdiri sendiri dengan kedua kaki mereka sendiri umtuk
mengembangkan budi daya mereka sebagai mahluk termulia di bumi Tuhan ini. Juki,
ada baiknya kau berdiskusi di sini.
JUKI TERSENYUM
TIDAK ENAK
JUMENA
Perkenalkan
dulu, ini Marzuki Kartadilaga, anggap saja adik saya sendiri, pedagang dari
Jakarta (Kepada Juki) dan perkenalkan ini Sabaruddin Nata Prawira, kepala
sekolah agama di sini.
KEDUANYA BERSALAMAN
SABARUDDIN
Enak di Jakarta?
JUKI
Di mana-mana
sama saja, asal ada uang (Tersenyum)
SABARUDDIN (Tersenyum)
Dagang hasil
bumi juga?
JUKI
Macam-macam
JUMENA
Nah, sabar,
sekarang kau boleh bertanya pada Juki bagaimana saya dulu hidup. Barangkali kau
tidak percaya dulu saya juga anak gelandangan alias pengemis
(Sabaruddin
dan Juki tersenyum)
Saya sudah duga
itu, kau tentu akan tersenyum tidak percaya. Tapi apalagi yang harus saya
bilang: Saya, Jumena Martawangsa yang dilahirkan tanpa tahu bapak ibunya, sebab
bapak saya meninggal sebelum saya lahir dan ibu saya meninggal untuk melahirkan
saya. Kira-kira begitulah cerita orang. Apakah mereka ada atau tidak ada, saya
tidak dapat memastikan. Satu-satunya yang pasti, saya dilahirkan dan pasti oleh
seorang perempuan.
Pikirkanlah,
saya dilahirkan di dunia yang kaya raya ini betul-betul telanjang bulat, tanpa
popok dan gurita, nol dalam arti yang sejati.
(Diantara
sunyi terdengar lolong seekor anjing. Perempuan Tua muncul membawa tempolong
ludah dan mengganti tempolong di kaki kursi goyang)
Tidak masuk
akal.
SABARUDDIN
Seperti dongeng
saja
JUMENA
Ya, karena
sekarang, saya kaya raya, tapi coba kalau saya tetap pengemis, tidak akan
seperti dongeng, tapi seperti pemandangan buruk atau bahkan mimpi buruk.
Suatu malam di
teras sebuah toko di kota Cirebon, tempat biasa saya tidur, seorang kawan
bercerita bagaimana cina pemilik restoran yang gedungnya besar di seberang
jalan, setindak demi setindak menjadi kaya. Ia bercerita bagaimana cina itu
pada mulanya hidup miskin.
Sebelum punya
warung, cina itu bekerja sebagai kacung, katanya di sebuah restoran. Dan sejak
itu dia sangat rajin dan cermat menabung, sehingga pada suatu saat uang
tabungannya cukup untuk modal berjualan rokok. Semakin lama semakin cermat ia,
sampai pada suatu hari ia membeli sebuah warung kecil. Seterusnya ia membuka
warung nasi Lengko sambil tetap berjualan rokok.
Dan jadilah ia
taukeh restoran terbesar di kota itu. Kalian tahu apa yang saya pikirkan malam
itu?
LAGI LOLONG
ANJING
JUMENA
Di balik sarung
kumal, malam itu, saya memutuskan saya harus keras bekerja dan harus cermat dan
rajin. Harus! Dan seperti kau tahu, Juki. Saya kemudian tinggal di rumahmu
sebagai kacung. Mujur untuk saya karena ayah Juki seorang guru yang baik, saya
disekolahkan (diam)
Tapi setahun
setelah saya menginjak lantai sekolah guru, Ayah Juki meninggal dan peristiwa
itu memaksa saya harus magang di kantor sekolah saya sendiri, jelasnya
membantu-bantu.
JUKI
Beberapa tahun
kemudian ibu pun meninggal, juga karena sakit paru-paru.
JUMENA
Ya, saya dengar
juga hal itu. Setelah itu kau ke Jakarta
JUKI
Lontang-lantung
JUMENA
Saya heran kau bisa
jadi pedagang
JUKI
Lalu jadi apa?
JUMENA
Tapi ya kau
mungkin meniru kebisaaan ibu
SABARUDDIN
Umumnya
perempuan berbakat dagang
JUKI
Mungkin
JUMENA
Paling tidak
sifat itu tidak berasal dari ayah
JUKI
Ya
SABARUDDIN
Kembali ke soal
tadi
JUMENA
Nah, jelas
barangkali dulu saya membayangkan manusia itu hanya mahluk yang terdiri dari
mulut dan perut belaka. Tapi sejak memahami cina tadi, kemudian saya menyadari
hal itu tidak benar. Dan sekarang saya yakin manusia adalah mahluk paling
hebat! Di samping punya mulut dan perut dan mata, juga punya kepala dengan
otaknya, punya tangan dan kaki
Kalau kau juga
mau percaya, saya pernah juga berjualan balon keliling kota. Pendek kata hidup
saya penuh dengan kerja dan kerja. Berpikir dan berpikir, dan sampai sekarang,
begitu kekayaan telah dapat saya kumpulkan, toh saya masih cinta pada kerja.
insyaAllah sebelum saya masuk liang lahat tak hendak saya berhenti bekerja dan
berpikir. Lihatlah ke dalam, ke kamar kerja saya dengan rak-rak bukunya; bahkan
saya pun tak hendak berhenti belajar. Ini hanya satu missal saja dan coba apa jadinya kalau….
SABARUDDIN
Justru itu
maksud saya, Jum. Kita akan memberi penerangan dan pendidikan pada
gelandangan-gelandangan agar mereka cinta pada kerja
JUMENA
Gampang sekali
itu. Undang dan kumpulkan saja mereka di mesjid dan berikan mereka penerangan
dan pendidikan. Kalau perlu saya yang bicara di mimbar
SABARUDDIN
Satu hal Anda
lupakan; bukankah anak-anak kecil belum mampu dan belum kuasa menggerakan daya
upayanya?
JUMENA
Di bawah enam
tahun, ya. Selebihnya adalah kemalasan. Dan kemalasan adalah kesalahan mereka
sendiri. Kenapa mereka malas? Guratlah tangan saya dan tangan mereka, niscaya
kau akan melihat darah yang warnanya sama; merah!
Sabar, bagi anak
di bawah usia enam tahun rumah penampungan itu mungkin ada gunanya tapi
merupakan racun mujarab belaka bagi anak-anak selebihnya. Bahkan merupakan tali
gantungan bagi mereka yang sudah akil baligh. Sabar, untuk hari depan mereka ,
mereka harus hidup sebagaimana yang telah saya alami.
Dengarkanlah
musik yang paling merdu dalam hidup ini; bekerja dan berpikir. Irama lagu kerja
dan pikiran manusia akan mampu membelah gunung Ciremai menjadi tujuh bukit
kecil.
Sabar, kita
harus tega terhadap ujian-ujian yang sedang mereka hadapi. Jelas sekarang? Ini
betul-betul masalah prinsip yang harus betul-betul dikaji. Jangan gegabah.
Sabar. Niat membantu itu memang kelihatan gampang , tapi pelaksanaannya?
Sepuluh dua puluh ribu memang apalah artinya
bagi saya? Tapi karena prinsip kita bertentangan, tidak mungkin saya
ikut menyokong pembangunan itu. Saya tidak mau terlibat dalam kekhilafan yang
besar ini. Demi Tuhan, tidak. (Pause)
Bukti bahwa
cinta itu sukar dimaknakan. (Senyum)
SEBENTAR SUNYI
Tentang mesjid
sekarang. Biarkan saya bertanya dulu. Yang dimaksud dengan pembaharuan apakah
pembongkaran dan pembangunan kembali?
SABARUDDIN
Ya, dalam arti
yang luas kita akan memperluas mesjid itu dan memperindahnya….
JUMENA
Ha? Memperindah? Materialistis! Materialistis! (Menghisap nafas
berat) ya Allah, ampunilah hamba (Menggeleng-geleng) saya yakin,
biarkan saya bertanya lagi. Rencana siapa itu?
SABARUDDIN (Menahan diri)
Sebagian besar
kaum ulama. Juga umumnya para penduduk di sini
JUMENA
Kalau begitu
gampang saja; sebagian besar penduduk di sini sinting dan rusak iman! Ya Allah,
ampunilah hamba. Sebagian ulama, sebagian besar? Allahu Akbar! Saya yakin, saya
yakin. Sabar. Kau sedang terbawa arus megah-megahan dan kau tidak sadar. Kau
sedang menghadapi godaaan besar. Sabar. Dan saya yakin sebenarnya kau mengerti
sebab kau telah khatam AlQuran berkali-kali.
Allah tidak
mengharapkan pintu-pintu dan jendela-jendela yang bercat meriah; Allah tidak
mengharap lantai dari ubin; Allah tidak mengharap permadani dari Turki; Allah
tidak mengharap lampu neon yang
berbatang-batang. Tidak! Allah tidak menghendaki semua itu. Allah terutama
menghendaki hati dan pikiran manusia yang jernih bersemangat lagu kerja. Ya
Allah, ampunilah hamba.
Sabaruddin (Sesak)
Materialistis!
Dengarkan;
Materialistis! Janganlah mendahulukan badan daripada hati dan pikiran.
Sejelek-jelek wajah rupa orang yang penting hatinya juga. Seburuk-buruk langgar
atau mesjid yang penting umatnya juga
SABARUDDIN
Tapi bukankah
lebih baik hati baik, badan pun baik?
JUMENA
subhanaAllah!
Kesempurnaan tidak terletak di sana. Kau mengerti (Berpaling ke Juki)
Juki? (Kembali ke Sabaruddin) tidak! Tidak. Kesempurnaan terletak pada
apa yang ada di dalam. Di dalam! Atau kualitas!!
SEMENTARA ITU
MUNCUL EUIS MENGHIDANGKAN TIGA CANGKIR KOPI PANAS
JUMENA
Saya yakin kau
tidak bisa membantah pikiran saya. Sebab pikiran yang saya anut juga terdapat
dalam kepala orang-orang yang baik di seluruh dunia. Termasuk seorang guru yang
bernama Sabaruddin Nataprawira (Menghela napas sambil duduk)
Nah, marilah
kita minum
EUIS
Mangga di leueut
(Keluar)
JUMENA
Silakan (pada
Juki) Kopi, Juki (setelah Juki mengangkat cangkirnya) Kopi di sini
tidak kalah dengan kopi Ambarawa atau bahkan dengan kopi Arabica – kau merokok,
Sabar?
SABARUDDIN
Merokok. kretek
JUMENA (Tersenyum)
Kau juga
merokok, Juki?
JUKI
Commodore
JUMENA
Sama saja. Oleh
karena itu kopi dan rokok sangat jodoh sekali dengan kita. Kafein bisa memperlemah
nikotin, kata orang. Saya kira benar. Kita sama-sama tahu dari surat kabar,
bahwa rokok bisa mengakibatkan kanker, sementara kopi pantangan untuk si
penyakit jantung.
Tapi kalau
keduanya bertemu akan menyebabkan keadaan netral (Tersenyum) Saya sangat
terhibur oleh keganjilan-keganjilan ini.
JUKI DAN SABAR
CUMA TERSENYUM
SABARUDDIN
Sedemikian lebar
mang Jumena berbicara, sebenarnya hanya untuk mengatakan tidak akan menyokong
pembangunan itu. Saya heran mengapa mang Jumena tidak berterus terang saja bahwa
mang Jumena berkeberatan atas perluasan mesjid, karena akan menyangkut tanah
hak mang Jumena.
JUMENA (Geram)
Saya juga heran
kenapa Anda tidak segera menjelaskan bahwa rencana pembangunan mesjid akan
menyangkut saya punya tanah
SABARUDDIN
Say kira Anda
sudah mengerti sendiri tentang hal itu
JUMENA
Kalau Anda
beranggapan begitu, sebaliknya saya menganggap perlu menjelaskan panjang lebar
kenapa saya menolak rencana-rencana itu
SABARUDDIN
Tapi,
bagaimanapun, sekarang mang Jumena tahu , saya bukan orang yang cepat putus asa
untuk meyakinkan seseorang. Memang sejak lama saya mendengar orang mengatakan
bahwa mang Jumena adalah seorang a-sosial, sementara semua orang tahu di daerah
ini hanya Bapak Jumenalah yang paling kaya
JUMENA
Dan bagaimanapun
sekarang, kau betul-betul tahu bahwa
saya bukan seperti apa yang dibayangkan orang. Saya punya prinsip
SABARUDDIN
Tapi setidaknya
mang Jumena bisa lebih berperasaan
tentang segala rencana yang mulia itu. Sama sekali saya tidak
menduga bahwa mang Jumena sampai hati
mencerca sedemikian rupa semua rencana itu.
JUMENA (Meluap)
Apakah orang
akan mengharap….
JUKI (Kikuk)
Saya kira
sebaliknya…..
JUMENA
Tidak, Juki.
Saya perlu saksi. Saya minta kau mendengarkan semua ini dengan obyektif.
(Juki duduk
lagi. jumena tegang menahan amarah)
saya percaya saudara
Sabar pun mengerti bahwa berbicara atau menuduh tanpa fakta adalah sangat
berbahaya. Saya a-sosial? Saya sungguh tidak tahu cara kau berpikir. Dengarlah,
apa kekurangan saya sebagai seorang muslim? Atau seseorang yang hidup di suatu
masyarakat? Setiap Jumat saya memberi sedekah kepada orang-orang miskin yang
berbondong-bondong datang kemari. Dan setiap hari raya Idul Fitri saya tidak
lupa mengirimkan zakat fitrah. Begitu pun saya tidak pernah lalai menunaikan
zakat dan kurban pada setiap hari raya Idul Adha. Saya buka sawah, perkebunan,
pabrik untuk menggerakan masyarakat, agar suka berkerja dan meningkatkan daya
pikir mereka.
Saya melepaskan
mereka dari dongeng-dongeng tetek bengek. Dan saya kira, dalam ukuran saya,
juga merupakan suatu kebanggaan bahwa saya rela menunjang seseorang yang tidak
waras dalam rumah ini yang sebenarnya bukan tanggung jawab saya; hanya karena
dulu dia pemilik rumah ini yang tidak punya lagi keluarga
Apalagi yang
Anda harapkan dari saya? Dan lagi sudah saya bilang persoalannya tidak terletak
di sana. Persoalannya terletak pada prinsip. Terus terang saya katakan saya
tidak melihat manfaat dari semua rencana itu kecuali mudoratnya karena hasilnya
akan sia-sia
SABARUDDIN
Maaf, mang
Jumena bisa membuktikan semua itu?
JUMENA
Apa harus saya
ulangi lagi bahwa saya dilahirkan di dunia yang kaya raya ini hanya dengan
bekal nol? Bangun dan berdiri dengan kaki sendiri? Sesudah enam tahun usia
saya, tak satu tangan pun yang menunjang hidup saya kecuali tangan Jumena
Martawangsa sendiri. Maka saya yakin apa yang telah dapat saya kerjakan dapat
juga dikerjakan oleh siapa saja
SABARUDDIN
Saya kira hal
itu kebetulan….
JUMENA
Kebetulan?
subhanaAllah! Kita orang beragama tidak mengenal istilah kebetulan! Semua, apa
saja, hanyalah karena asma Allah.
Dan apakah saya
dibedakan Allah dari yang lain? Tidak! Apakah saya Nabi!? Bukan! Saya Jumena
Martawangsa, tak kurang dan tak lebih manusia normal, sama dan sebangun dengan
Miska si tukang air yang biasa mengisi kolam air mandimu.
Barangkali juga
kau ingin tahu kenapa saya katakan rencana itu hanya akan menghasilkan
kesia-siaan? Jelas, rencana yang kau anggap mulia itu hanya mulia dalam
pikiranmu. Dapatkah kau menjelaskan secara terperinci rencana-rencana itu? Kau
hanya punya rencana global. Coba jawab, darimana akan kau dapat secara kontinyu
dana untuk kelangsungan penampungan itu? Sudah kau pikirkan itu? Saya yakin
belum. Nah, apa artinya? Yang jelas rumah penampungan itu dalam masa dua tahun
akan berubah menjadi rumah hantu yang penuh sawang debu. Dan sekarang akui saja
bahwa Anda termasuk orang yang hanya ingin menang dalam sejarah, yang hanya
ingin mengatakan bahwa manusia mesti mencintai sesamanya.
Tapi saya ingin
membuktikan bahwa yang dibutuhkan orang-orang di sini, bangsa kamu adalah
semangat kerja dan berpikir dan bukan rasa kasihan. Maaf, kalau saya terlalu
kasar, tapi saya selalu tidak bisa menahan diri setiap kali membayangkan bangsa
kamu.
SEJENAK SEPI.
TIBA-TIBA MUNCUL DARI PINTU LUAR KAMIL. DIA MENYALAMI SEORANG DEMI SEORANG
SAMBIL TERTAWA. LALU KELUAR
KAMIL
Jee, ada tamu
SABARUDDIN
Saya kira sudah
waktunya untuk mohon diri. Saya minta maaf karena saya bertemu sampai larut
malam
JUMENA
Tidak apa. saya
suka berdiskusi. Sekali lagi Anda harus pikirkan seratus kali lagi semuanya.
dan camkan bahwa pikiran….
SABARUDDIN
Ya,ya, ya.
SETELAH PAMIT,
SABARUDDIN KELUAR
11
JUMENA
Jelas bukan? ini
persoalan prinsip. Kau tahu, Juki Begitu sampai di rumah ia akan ikut mengusilkan bahwa Si Jumena makin medit,
si kikir yang pelit, akik, bakhil, cetil…..
Boleh! boleh
saja semua orang di sini meneriakkan
dengan lantang semua sebutan dan sindiran itu. Apa yang bisa kita lakukan untuk
menghadapi orang-orang bodoh dan malas itu?
Bangsat semua.
apa yang mau diandalkan mereka? Gotong Royong? Saya tidak pernah membayangkan
apa-apa tentang orang-orang di sini. Kecuali seperti arisan perempuan-perempuan
yang bergotong royong mencari kutu. Katakan….
(Tiba-tiba
kejang. Segera juki menolong)
Tidak apa-apa….
tidak….
12
KETUKAN PADA
PINTU
JUMENA (Dalam kesakitannya)
Masuk!
JUKI
Masuk!
TIDAK ADA
SAHUTAN. TIDAK ADA YANG MUNCUL. LALU KETUKAN LAGI
JUMENA &
JUKI (Hampir bersamaan)
Masuk!
JUGA TAK ADA
SAHUTAN. JUGA TAK ADA YANG MUNCUL. LAGI KETUKAN ITU SEHINGGA MENYEBABKAN JUMENA
KETAKUTAN. SEGERA JUKI PERGI KELUAR. KELIHATAN JUMENA SEMAKIN KETAKUTAN DI
RUANG TENGAH YANG LENGANG ITU. JUKI JUGA TAK HABIS PIKIR KETIKA KEMBALI MASUK
JUMENA
Siapa?
JUKI
Tidak ada
siapa-siapa
JUMENA (Bangkit gemetar)
Barangkali kau
lihat seorang lelaki yang….Tidak, maksudku apa kau melihat seseorang yang….
JUKI
Saya yakin tidak
ada siapa-siapa. Mungkin….
LAGI KETUKAN
PADA PINTU . DENGAN KETAKUTANNYA, JUMENA KEMBALI DUDUK
P. TUA
Siapa sih? (Dari
dalam)
(Muncul
perempuan tua dengan membawa sebuah pisau dapur)
Siapa?
JUKI
Tidak ada
siapa-siapa
P. TUA (Sambil menuju ke serambi)
Aneh
TAPI BARU
SEPARUH PERJALANAN TIBA-TIBA KEDENGARAN SUARA ORANG TERTAWA LALU MUNCUL SI EDAN
KAMIL
KAMIL
Saya yang ngetok
dari belakang. Eksperimen
(Jumena menggeram
kesal sementara juki cuma tersenyum. tapi Nyai mengumpat)
Biasa. orang
kaya selalu sembarangan!
P. TUA
Maen-maen!
SAMBIL TERUS
NGEDUMEL, NYAI MASUK KE DALAM. KELUAR
KAMIL
Ada kabar
penting untuk agan Jumena Martawangsa
(Sementara
juki bergerak ke suatu sudut sambil tersenyum dan kemudian menyalakan rokoknya.
Kamil dengan langkah sangat hati-hati ‘slow motion’ mendekati Jumena yang
berusaha menahan diri. Kamil dengan gaya berbisik tapi cukup keras)
Istrimu serong!
JUMENA
Hah? Kurang
ajar!
KAMIL
ORang kaya
selalu kurang ajar!
(Juki tidak
tersenyum lagi tentu)
Apa agan tidak
percaya? Percayahlah pada fakta. Dan berita ini dari sumber yang layak
dipercaya. apa agan juga memerlukan sumber berita itu?
(lalu Kamil
mendekati pintu kamar dan teriak di sana)
Euis, Euis!
keluar, Euis! Suamimu tidak percaya bahwa kau seorang istri yang suka serong!
MUNCUL EUIS,
BERANG DAN JUKI MAKIN TIDAK ENAK HATI BERADA DI SANA. JUMENA BELUM TAHU HARUS
MELAKUKAN APA. NAPASNYA NAIK TURUN PENDEK-PENDEK
EUIS
Kurang ajar!
Jangan bicara sembarangan ya! Sinting!
KAMIL
Bicara
sembarangan? hak orang kaya, bukan! Bicara sembarangan! serong! Dikutuk Nabi
Hidir kamu!
EUIS
Setan, tutup
mulut kamu!
KAMIL
Saya menutup
mulut? saya membungkam kebenaran? Kalau saya menutup mulut, maka berarti
kejujuran telah tamat riwayatnya. Atau kau mau menyuap? Kau lupa Tuhan tidak bisa
disuap?
EUIS
Jangan diam
saja, akang. lakukan sesuatu!
LALU PEREMPUAN
ITU MENGAMBIL ASBAK
JUKI
Kamil, keluar!
EUIS
Kalau tidak
segera pergi, saya pukul kepalamu yang tidak waras itu!
KAMIL
Hampir saja kau
berbuat keliru, Euis. Yang mesti kamu pukul bukan kepala yang briliyan ini tapi
kepala yang itu (Menunjuk Juki)
EUIS
Biadab!
KAMIL
Biadab! apa itu
nama orang kaya?
JUMENA (Bangkit, berang, besar)
Kamiiil! pergi
kamu! Aku potong leher kamu!
KAMIL
Filsuf tidak
memerlukan kepala
EUIS TAK TAHAN
LAGI, DILEMPARNYA KAMIL DENGAN ASBAK, DAN KAMIL TERUS LARI SAMBIL MENGOCEH. DAN
SETELAH PENTAS JADI KACAU KARENA KAMIL TERUS BERPUTAR-PUTAR DIKEJAR EUIS, LALU
TERJADI KEKAUAN ANTARA JUKI DAN JUMENA
JUMENA
Persis dugaan
saya. tapi kenapa bangsat itu melapor justru saat kedua ekor binatang ini ada
di sini
MUNCUL EUIS YANG
MARAH. LALU SAMBIL MENANGIS, IA MASUK KAMAR
JUKI
Saya keluar
sebentar, akang
LALU JUKI
MENINGGALKAN JUMENA SENDIRIAN. KEMUDIAN JUMENA MEMUKUL KEPALANYA SENDIRI.
MUNCUL PEREMPUAN TUA MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH
JUMENA (Sendiri)
Tapi kalau
memang mereka bersungguh-sungguh, kalau laporan si gila itu benar, kenapa Euis
dan Juki tidak minggat saja dari rumah ini? (Diam) Semuanya
menyembunyikan kuku sementara bibir mereka mengulum senyum
SETELAH TADI
MENYAPU KERINGAT PADA WAJAH DAN LEHER JUMENA LALU PEREMPUAN TUA MENINGGALKAN
LELAKI TUA ITU
13
EUIS MUNCUL.
LAMA TIDAK ADA PERCAKAPAN
EUIS
Akang
JUMENA
Hmmm?
EUIS
Akang percaya?
JUMENA
Kenapa mesti
dipusingkan?
EUIS
Euis takut
EUIS TERUS
BERBICARA TANPA SUARA SEMENTARA JUMENA MULAI MENDAPATKAN KETEGANGAN
14
DETAK-DETIK
LONCENG KERAS SEKALI. KADANG MENJELMA SUARA TITIK AIR
JUMENA (Terpejam)
Bangsat!
SUARA DUA EKOR
ANJING. MUNCUL JUKI, LANGSUNG MERANGKUL EUIS DAN MENCIUM RAMBUT EUIS TEPAT DI
UBUN-UBUN.
EUIS
besok dia akan
menceraikan saya
JUKI
Kenapa?
EUIS
Dia seperti
berada di ujung beribu-ribu pisau dan berusaha untuk menghindarinya. dia takut
harta-hartanya akan jatuh ke tangan saya
apabila ia mati dan ia tidak rela hartanya jatuh ke tangan orang lain
JUMENA
Kejadian seperti
ini mungkin dan tidak mungkin
JUKI
kalau begitu
sekarang kau yakin pada apa yang telah saya katakan, bukan? rasakanlah baik-baik
dendammu itu. saya tahu sekali kau sedang berdendam. dari dendam kau bisa tarik
bayangan hari depanmu yang amat menakjubkan
EUIS
saya belum
pernah merasakan seperti ini. juga saya tak pernah bisa dendam sebegini
hebatnya. tapi saya tak bisa melenyapkan kebimbangan ini
JUKI
Sangat berbahaya
membiarkan kebimbangan pada saat-saat begini. euis kau harus mampu melepaskan
kelemahanmu. kau harus kuat dan berani.
Dalam mewujudkan
cita-cita dari keinginan, kita hanya punya waktu sempit sekali. Kita hanya punya
waktu satu detik., untuk memilih, memutuskan dan melakukan. Hitam, hitam.
Putih, putih. Kita terima seluruhnya atau kita tolak seluruhnya. Dengan sikap
banci kita hanya akan jadi kapas yang gampang dihempaskan angin kemana-mana.
Hampa dan akan menjadikan kita gila.
EUIS
keluarga saya
keluarga baik-baik
JUKI
Apalagi
keinginanmu? Semuanya akan berlangsung dengan lancar hanya dalam waktu beberapa
menit. Aku tahu benar apa kehendakmu. Aku hanya membantumu agar kau lebih
berani
(Semangat
euis bangkit. euis mengambil pistol)
Ingatlah Euis,
besok kau akan dicerai. Apakah kau masih tega ikut menghabiskan lagi makanan
yang yang sangat sedikit di rumah orang tua mu itu? Ambilah racun itu!
EUIS
Kenapa dengan
racun?
JUMENA
Tembak saja!
Tembak saja, bangsat!
(Euis
Menembakkan Pistol Itu Beberapa Kali Lalu Lari Bersama Juki)
Ayo tembak,
bajingan!
15
PEREMPUAN TUA
MUNCUL MEMBAWA ALAT KOMPRES. LONCENG BERDENTANG. JUMENA MENJADI TENANG DENGAN
KOMPRES ITU
P. TUA
Kalau saja agan
mau berdoa
JUMENA
Saya sangat capek
P. TUA
Agan terlalu
keras bekerja, agan tidak pernah istirahat
(Suara
kecapi. Sayup-sayup. Juga suara kodok)
Saya hampir
tidak percaya ada orang yang tidak pernah berbahagia, apalagi orang yang
seperti agan. Saya juga sebatang kara. Suami saya sudah lama mati dan anak saya
satu-satunya pergi tidak pernah berkabar lebih dari sepuluh tahun. Memang saya
merasa sepi dan sedih, tapi setiap kali saya masih bisa merasa bahagia kalau
saya sedang melakukan sesuatu untuk orang lain. Saya bahagia melihat orang lain
bahagia . dan saya tidak habis mengerti kenapa ada orang yang tidak bahagia
JUMENA
Saya sangat
sepi. Saya tidak pernah punya anak. Saya selalu bertanya untuk apa segala hasil
keringat saya selama puluhan tahun ini?
P. TUA
Kenapa agan
tidak percaya Euis sedang mengandung?
JUMENA
Sudah empat
puluh tujuh kali ia bilang begitu, dan ini yang ke empat puluh delapan
P. TUA
Tapi bukan tidak
mungkin kali ini benar
JUMENA
Mungkin dan
tidak mungkin. Saya betul-betul sendiri di dunia ini
P. TUA
Maaf, gan. Apa
tidak sebaiknya agan mengambil anak angkat?
JUMENA
Tidak! Saya pun
tidak tahu kenapa. Tapi saya tidak mau
(Sejenak
tidak ada percakapan)
P. TUA
Agan kelihatan
mulai mengantuk
JUMENA
Rasanya begitu
P. TUA
Bagaimana kalau
agan mencoba tidur di dalam?
JUMENA
Saya coba
(Jumena
bangkit melangkah tapi ragu)
P. TUA
Ada apa, gan?
16
TIDAK MENJAWAB
JUMENA LALU MELANJUTKAN MELANGKAH, KELUAR, DIIKUTI PEREMPUAN TUA, SEPI SEJENAK.
LALU SUASANA RUANG KULIAH DAN MUNCUL KAMIL YANG MEMBAWA JUMENA DENGAN MENJAMBAK
RAMBUTNYA.
KAMIL
Nah, sekarang
kuliah kita lanjutkan. Ini adalah manusia. Ini kepalanya, ini kakinya. Ini
adalah manusia yang jelek proporsinya. Kepalanya lebih besar daripada dadanya.
Dan perutnya jauh lebih besar lagi.
Jenis ini adalah
jenis yang paling dekat dengan kera. Kalau ia terus berbiak dan beberapa
tingkat lagi niscaya ia akan menajdi kera. Nah sekarang jelas kekeliruan
radikal teori Darwin. Bukan manusia berasal dari kera. Tapi kera berasal dari
manusia
(Tiba-tiba
semua lampu padam. Kamil senang sekali)
Kiamat. Ternyata
kiamat lebih cepat daripada perkiraan ahli meteorology. Saya datang, Tuhan.
Halo sahabatku (Keluar)
JUMENA
Lampu! Lampu!
(Sambil
terkekeh kamil keluar dan mengulangi kuliahnya)
Lampu! Saya
tidak mau kecurian! Lampu!
MUNCUL PEREMPUAN
TUA MEMBAWA LILIN, SEGERA JUMENA MENDEKATINYA
P. TUA
Lampu seluruh
kota mati gan
JUMENA
Kurang terang!
Kurang terang! Bawa dua atau tiga lilin dan letakkan di sini! Jendela buka!
Semua! Nyalakan petromak!
(Ketika
jumena mengacungkan pistolnya, lalu euis muncul membawa dua lilin. dan muncul
lagi perempuan tua membawa yang lain. di suatu sudut jumena mengawasi sekitar.)
Saya tidak mau
kecurian. Saya tidak mau mati dalam keadaan gelap seperti ini. Selain itu saya
tidak bisa membedakan apakah saya masih hidup atau tidak dalam kegelapan yang
keparat ini.
Saya hampir
tidak bisa bernapas. Kegelapan seperti menyumbat hidung dan mulut saya dengan
kain lakan hitam yang bau. Oh, kalau saja kegelapan ini berdaging akan saya
tembak dahinya
(Tiba-tiba
semua lampu menyala dan jumena menutup matanya. Silau)
Bangsat! Cahaya!
Sama menyiksanya
PEREMPUAN TUA
KELUAR
17
JUMENA DAN EUIS.
BEBERAPA SAAT KEDUANYA MEMBISU
EUIS
Akang
(Jumena Cuma
memandang)
Akang susah
JUMENA
Puncak dari
susah kalau orang sedang memikirkan kematian padahal orang itu belum bersedia
mati
EUIS
Selalu pikiran
tentang itu. Pikiran yang sangat ngeri (Menggigit bibirnya)
JUMENA
Tapi memang
begitu. Lebih lima-enam puluh umur akang barangkali. Hampir lima tahun lalu
kita bersanding jadi pengantin. Ngeri sekali di rumah ini, pada malam-malam
seperti ini, tiba-tiba berpikir tentang mati. Padahal baru saja akang kembali
meyakini bahwa yang penting dalam mengisi hidup adalah kerja, berpikir dan
kerja. Tiba-tiba akang berpikir tentang mati….
Akang sedang
berpikir seandainya akang mati ketika sedang duduk di kursi itu, padahal
seorang anakpun belum punya. Enam tahun berumah tangga
EUIS
Hampir lima
tahun akang
JUMENA
Semakin tua,
terasa roda waktu seperti roda raksasa, berputar dan bergemuruh dalam senyap
dan gaib, tanpa kita bisa melihat sebab begitu cepat bagaikan kilat. Kalau saja
ada satu atau dua anak kita, tak akan lembab rumah ini
EUIS (Ragu-ragu)
Akang
(Jumena Cuma
memandang)
Mungkin…..
JUMENA
Mungkin dan
tidak mungkin
EUIS
Mungkin….
JUMENA
Sudah lebih dari
cukup kau mengatakan ini. Kau akan mengatakan kau sudah berisi dan minggu depan
kau diam-diam haid
EUIS
Sejak gadis
dulu, Euis memang bisaa telat, akang. Tapi kali ini Euis merasa yakin. Sudah hampir
dua bulan Euis tidak haid. Nyai juga berani memastikan. Dan kalau akang mau
besok kita sama-sama pergi ke dokter
JUMENA
Lebih baik kau
diam. Kalau benar kau hamil, lahirkan saja.
(Hening)
Tiba-tiba badan
saya berkeringat seperti ada yang meremas-remas di dalam. Aneh sekali perasaan
saya belakangan ini
EUIS
Kenapa, akang?
JUMENA
Saya tidak punya
anak (Memejamkan matanya) tidak satupun suara anak-anak dalam rumah ini.
Badanku akan terkantuk-kantuk di situ dengan pernafasan yang sesak, tua dan
tanpa seorang anak.
EUIS
Akang selalu
menyesali rumah ini, Euis jadi sedih
JUMENA
Saya hanya
bertanya kenapa semua ini terjadi?
(Tiba-tiba
jumena memegang kedua pelipisnya dengan kedua ujung telunjuknya)
Sebentar,
sebentar. Saya ingat sesuatu sekarang
18
MUNCUL
SABARUDDIN NATAPRAWIRA
JUMENA
Sabar….
SABARUDDIN
insyaAllah saya
akan menimbang penuh dengan pikiran saya, meskipun saya yakin sukar sekali
hidup hanya dengan pikiran dalam hidup yang begini banyak dengan hal-hal yang
tak terpikirkan!
JUMENA
Tidak begitu.
Sabar. Kau kira saya tidak mengerti kenapa saya tidak atau belum punya anak?
SABARUDDIN
Berapa kali kau
beristri?
JUMENA
Tiga kali
EUIS
Empat kali,
akang
JUMENA
Ya, empat kali
SABARUDDIN
Semua subur?
JUMENA
Semua perawan.
Subur seperti hutan
SABARUDDIN
Nah….
JUMENA (Marah tiba-tiba)
Kamu kira saya
orang bodoh!? Persoalan ini gampang sekali dicernakan. Ini masalah hormone saja
atau masalah medis lainnya dan jelas bukan masalah pelik di luar akal
SABARUDDIN
Kalau kau mau
terus mengusut persoalan itu dan mau jujur, kau akan mendengar firman itu.
Setiap detik Tuhan berfirman pada mahluknya
JUMENA
Jangan bawa-bawa
firman. Ini bukan apa-apa. Ini hanya masalah nasib sial
SABARUDDIN
Tapi toh mang
Jumena selalu mengeluh….
JUMENA
“Terkantuk-kantuk,
tua dan sepi”
SABARUDDIN
Kalau saja kau
mau berdoa
JUMENA
“Hampir tanpa
siapa-siapa”
SABARUDDIN
Selalu kau hanya
bertanya dan bertanya dan bertanya…..
JUMENA
“Untuk apa,
untuk siapa semua ini?”
SABARUDDIN
Akan terus
bertanya dan bertanya sementara berjuta-juta pertanyaan berbaris di belakangnya
JUMENA
Cukup. Saya
tidak memerlukan kamu lagi
SABARUDDIN
Saya akan pergi
tapi saya akan selalu datang lagi karena sebenarnya kau memerlukan saya
KALI INI PANJANG
SEKALI. LOLONGAN ANJING DI KEJAUHAN
JUMENA
Kadang saya
geram mendengar lolongan anjing seperti itu
EUIS
Akang
(Jumena Cuma
memandang)
Akang, bukankah
akang sayang pada Euis?
JUMENA
Kenapa?
EUIS
Kalau memang
akang sayang pada Euis. Tak usahlah akang memikirkan yang tidak-tidak. Bukankah
akang tidak sendirian di rumah ini?
JUMENA (Tersenyum)
Ya, memang.
Kaulah satu-satunya orang yang mengisi ruangan ini
EUIS
Euis sangat sayang
pada akang. Sangat amat sayang
JUMENA
Tentu saja kau
sangat sayasng sama akang. Kalau tidak, masa kau mau tinggal di sini selama hampir
lima tahun
EUIS
Betul, akang.
Kalau tidak ada akang di dunia ini entah bagaimana rasanya hidup ini
JUMENA
Betul?
EUIS
Tentu saja
betul. Kalau tidak, masa Euis mau tinggal sama akang selama hampir lima tahun
JUMENA TIBA-TIBA
MERASA LEGA SEKALI SEPERTI BARU SAJA MEMECAHKAN PERSOALANNYA YANG AMAT BESAR
JUMENA
Keliru saya.
Sebenarnya saya ini bahagia tapi saya tidak tahu
EUIS
Akang
JUMENA
Hm?
EUIS
Tidak usah
merisaukan kematian lagi
JUMENA (Tiba-tiba lunglai)
Terkantuk-kantuk,
tua dan sepi dan tanpa anak
EUIS
Apa akang
menganggap Euis tidak ada?
JUMENA (Tersadar)
Maksudmu?
EUIS
Bukankah apa
saja yang akang perbuat untuk Euis?
JUMENA
Kenapa kau
bertanya begitu?
EUIS (Heran)
Kenapa?
JUMENA (melotot, nanar, marah, kacau. Ngambang)
Ya Allah, untuk
apa, untuk siapa?
EUIS (Takut)
Akang
(Jumena diam
saja)
Kenapa akang?
JUMENA (tajam)
Sudah lama kau
pikirkan itu?
EUIS (Menggeleng-gelengkan kepala tak mengerti)
Akang
JUMENA
Aku melihat mata
ketiga istriku yang dulu dalam pandangamu. Jelas. Tidak! Jangan kau berpikir
semacam itu. Kenapa kau bertanya begitu? Kenapa? Jawab singkat!
EUIS
Euis tidak
mengerti akang
JUMENA
Ingatlah,
geulis! Kau kukawini bukan untuk memindah hak hartaku. Sekarang kau bertanya
persis seperti yang telah ditanyakan oleh ketiga istriku yang dulu. Tidak!
Tidak! Kau kira dengan kedudukanmu sebagai istriku kau bisa merebut hartaku?
Hartaku yang telah kukumpulkan dengan seluruh keringatku yang sekarang sudah hampir
kering ini? Semua perempuan mata duitan!
EUIS (Puncak tangis bercampur amarah yang kuat tertahan)
Akang, apa
kesalahan Euis? Apa? Euis pernah minta apa? Selama hampir lima tahun Euis jadi
istri akang, pernahkah Euis minta apa-apa? Apa akang lihat orang tua Euis
tiba-tiba menjadi kayak karena Euis menjadi istri akang? Selama Euis di rumah
ini, Euis hanya dilimbur ketakutan padahal Euis Cuma mengharap cinta akang
JUMENA (Semakin gila)
Tidak! Tidak
seorang pun kubiarkan mengangkat lemari itu. Bahkan tidak seorang bidadaripun
kubiarkan merayuku agar aku menyerahkan hartaku. Hartaku adalah keringatku,
milikku satu-satunya yang kuharap menjadi pelipurku yang terakhir. Sekarang kau
mau merebutnya
EUIS
Siapa mau
merebutnya, akang? Euis tidak mengharapkan semua itu sama sekali. Euis hanya
mengharapkan cinta akang. Tidak percayakah ada orang yang hanya membutuhkan
cinta?
JUMENA
Aku pun
membutuhkan cinta selama hidup, tapi yang kudapat hanya orang-orang semacam kau
yang berniat merebut hartaku
EUIS
Percayalah,
akang tidak akan pernah bisa dicintai selama akang tidak pernah mau dicintai.
Jangan lanjutkan pertengkaran ini, akang. Euis tidak ingin akang tinggalkan.
Dan biar akang lega, tulislah sekarang surat wasiat akang dan jangan
sebut-sebut nama Euis, juga jangan anak dalam kandungan ini (Menangis keras)
(Beberapa
saat tidak ada percakapan. Di ujung tangisnya yang mereda)
Selalu saja
salah. Selalu saja berburuk sangka
(Euis
menghapus bersih air matanya. Mencoba menghapus seluruh kesedihannya)
Akang, lebih
baik kita berbicara yang lain. Euis minta maaf kalau memang Euis salah tadi.
JUMENA (Setelah lama)
Saya pikir juga
begitu. Memang buat apa sepasang suami istri membicarakan hal-hal seperti itu
EUIS
Iya akang. Pijit
akang? (Euis memijit Jumena)
JUMENA
Seorang istri
memang seharusnya bersikap begini. Saya lebih senang mendengar pertanyaan
soal-soal dapur daripada soal-soal harta (Tersenyum tiba-tiba) pikir-pikir,
kita ini sebenarnya sangat bahagia
EUIS
Bahagia, akang.
Seumpama merpati terbang berduaan diangkasa luas dan mampir ke pohon-pohon berbunga
JUMENA
Nanti dulu! Aku
selalu curiga setiap nasib baik yang jatuh tiba-tiba. Aku merasakan sesuatu
kebahagiaan yang ganjil malam ini. Rasanya dilebih-lebihkan seperti dalam
lakon-lakon film
EUIS
Ada apa lagi
akang?
JUMENA
Tidak!
EUIS
Akang?
JUMENA
Untuk apa, untuk
siapa?
EUIS
Apakah kita akan
bertengkar lagi, akang?
JUMENA
Malam ini
mungkin, tapi besok dan seterusnya kita tidak akan pernah lagi. Coba jawab;
bagaimana seandainya aku tiba-tiba mati malam ini?
EUIS
Gustiku,
bagaimana aku mesti berkata. Tentu saja Euis akan sangat berduka dan bukan
tidak mungkin Euis akan pingsan
JUMENA
Dan kemudian kau
akan siuman lagi dan segera kau akan menghitung-hitung harta peninggalanku
EUIS (Kaget bukan kepalang)
Akang!
JUMENA
Tidak. Aku
mengerti sekarang mengapa kau tiba-tiba merubah sikap dengan sikap gembira yang
dibuat-buat. Jelas. Aku sebatang kara di dunia ini. Kalau aku mati, maka
warisan seluruhnya jatuh ke tangan mu yang lentik itu.
EUIS
Akang, bunuhlah
saya, kalau saya berpikiran seburuk itu
JUMENA
Tidak. Tidak.
Siapapun tidak berhak atas hartaku kecuali Jumena Martawangsa yang telah
memeras keringat selama lebih empat puluh tahun. Aku harus merasa aman, hartaku
mesti aman. Kalau begitu kita harus cerai!
EUIS
Akang!
19
TIBA-TIBA WARYA
DAN BEBERAPA LELAKI MASUK
WARYA
Gan, pabrik terbakar,
gan!
JUMENA
Ha?
WARYA
Terbakar!
LELAKI
Pabrik tenun,
gan!
EUIS
Gusti
JUMENA
Ini pasti setan
bajingan
JUMENA MASUK
MENGAMBIL PISTOL DAN KEMUDIAN BERSAMA-SAMA KE PABRIK TENUN YANG TERBAKAR
20
PEREMPUAN TUA
MUNCUL MEMBAWA TEMPOLONG LUDAH MENGGANTI TEMPOLONG DI BAWAH KURSI GOYANG
P. TUA
Hanya dengan
tidur….
LAYAR
BAGIAN KETIGA
1
SUASANA BEGITU
KAKU SEHINGGA RUANG-RUANG RUMAH TUA ITU SEPERTI MEMBEKU. KELIHATAN JUMENA
MENAHAN DIRI BEGITU RUPA SEHINGGA TAMPANGNYA YANG TUA SEMAKIN BERTAMBAH TUA.
SEBALIKNYA JUKI MENCOBA TETAP BERSIKAP SETENANG MUNGKIN MESKI IRAMA NAPASNYA
NAMPAK TIDAK TERATUR. ASAP ROKOK DARI MULUTNYA IKUT MENCIPTAKAN KESAN
KETEGANGAN ITU
JUMENA
Sekarang kau
sudah cukup punya uang, sudah cukup segala-galanya. Kau mulai bertingkah
seakan-akan kau lebih pintar dan lebih tua dari saya. Apalagi yang mau kau katakan?
Nasihat? Apa semua orang mengira pikiran saya sudah tidak waras? Apa seluruh yang saya pikir dan saya perbuat
tidak satu pun yang betul? Semuanya hanya kumpulan dari segala kesalahan?
Karena dulu
keluargamu telah menerima saya sebagai kacung, karena dulu kebetulan ayah ibumu
telah menolong saya, menyekolahkan saya, maka saya coba menolong kau.
Jangan mungkir,
ketika pertama kali kau datang kemari kau telah mengaku sebagai pedagang besar dari Jakarta, padahal
kau tak lebih dari makelar kecil. Juki, tidak gampang saya mau menolong orang.
Tapi apakah karena itu lalau saya mengharap
supaya kau berterima kasih pada saya? Tidak. Buat apa? Saya hanya minta kau laksanakan tugasmu
dengan baik sebagai kurir dan tidak usah kau ikut campur urusan saya yang lain.
Apalagi yang bersifat pribadi. Begitulah Juki saya minta kau maklumi ini.
SUNYI
JUKI
Memang saya
tidak bisa memungkiri akang telah banyak menolong saya. Juga saya akui saya
akan tetap lontang-lantung kalau saya tidak datang ke rumah ini. Terus terang
usia saya yang tinggal sedikit ini telah akang selamatkan sehingga saya menjadi
hidup kembali, cinta bekerja, cinta berpikir.
JUMENA
Jangan
sentimental. Itu tidak penting. Saya tidak bermaksud mengungkit-ungkit. Lagi orang lain tidak
mustahil bisa menolong kau atau memberi pekerjaan kau lebih dari saya. Saya
hanya minta supaya kau bisa membatasi diri. Percayalah, semua soal akan dapat
saya selesaikan dengan baik dan semuanya sudah saya hitung dengan cermat.
Semuanya hanya soal-soal sepele. Sudah cukup pengalaman saya menghadapi
persoalan tetek bengek semacam itu
JUKI
Kesalahan saya
tadi, memang karena seolah-olah saya bersikap seperti saudara. Baiklah,
sekarang sebagai kawan saya ingin mencoba memberi saran kepada akang
JUMENA
Empat kali sudah
saya beristri! Karenanya tidak usah kau memberi saran apapun kepada saya. semua
perempuan sama ukurannya, materialistis! Kau belum beristri, kan Juki? (Juki
hanya menghisap napas) Nah, coba Juki apa yang akan kau perbuat menghadapi
perempuan-perempuan macam istri saya? Saya yakin kau akan melakukan persis
seperti apa yang saya lakukan berkali-kali. Saya coba mencintai mereka, saya
kawini mereka, saya beri apa yang seharusnya mereka miliki, lalu tiba-tiba
mereka mau merebut hak atas harta saya. Betul-betul tidak punya rasa terima
kasih.
JUKI
Setelah ini
akang akan kawin lagi?
JUMENA
Tergantung
keadaan. Tapi bosan saya
JUKI
Dan Euis?
JUMENA
Biarkan dia
berkubang dalam rumah orang tuanya yang sombong itu
JUKI
Akang seharusnya
percaya betapa Euis mencintai akang. Sudah hampir lima tahun akang berumah
tangga dengan dia
JUMENA
Dulu saya
percaya bahwa mungkin saja ada seorang gadis yang separuh usia saya dapat
mencintai lelaki tua macam saya, tapi sekarang tidak. Gadis dan bukan gadis
sama saja perempuan, dan artinya sama perampoknya
JUKI
Akang jangan
berdusta, sebenarnya akang sangat mencintai Euis
JUMENA
Tidak. (Diam)
Buat apa?
SUNYI
JUKI
Saya yakin akang
tidak begitukan Euis. Saya baca mata akang, akang sangat membutuhkan dia. Saya
percaya suatu ketika akang akan menyusul dia
JUMENA (Pada penonton)
Apa Anda percaya
omongannya? Kurang ajar, dia bisa mengucapkan kalimat setulus itu sementara
hatinya meramu racun untuk saya
JUKI
Selama ini akang
hanya dilimbur buruk sangka
JUMENA
Tuhanku,
bendunglah amarah saya
JUKI
Saya tahu betul
keadaan akang. Kalau akang percaya, saya pun sangat mencintai akang. Terus
terang saya akui, akang punya cita-cita yang sehat. Dengan rencana perluasan
usaha-usaha akang secara tidak langsung akang mengajak penduduk daerah ini
rajin dan lebih keras bekerja. Saya pun tahu bagaimana sebagian orang justru
mencemooh akang sebagai pengusaha yang kikir. juga saya tahu betapa banyak
orang menaruh dengki pada akang. Karena begitu saya…
JUMENA
Nah, kau ucapkan
sendiri. Dengki. Itulah sifat semua orang
JUKI
Selalu akang
begitu. Tidak semua orang jelek, akang. Percayalah, dengan prasangka-prasangka
buruk akang selama ini, akang sedang menghancurkan diri akang sendiri. cobalah
bercermin, nanti akang tahu betapa prasangka telah melipatkan usia akang
JUMENA
Kalau kau pernah
memeras keringat selama empat puluh tahun, kau akan mengerti bahwa orang
menjadi tua karena kering ludas energinya
JUKI
Betul, tapi akang
akan tampak lebih muda sekiranya tanpa prasangka
JUMENA (Pada penonton)
Inilah saatnya.
Saya tidak bisa lagi menahan diri (Lalu dengan tenang) Juki, kau akui
saja bahwa diam-diam kau mencintai istri saya
(Juki tetap
tenang)
Anda lihat
sendiri dia tidak bisa berkutik. Bisakah Anda juga menyarankan agar saya
mempercayai lelaki itu?
JUKI
Betul-betul
akang dikuasai pikiran-pikiran jelek saja. Apakah saya gila, maka mencintai
istri akang? Apakah saya orang yang tidak tahu terima kasih maka saya merebut
istri akang?
JUMENA
semuanya kau
ucapkan sendiri. Siapa yang menuduh bahwa kau berniat merebut istri saya? Saya
hanya mengatakan bahwa kau mencintai istri saya. Dan ini mungkin saja. Apakah
aneh kalau mencintai seorang perempuan yang sudah bersuami? Tidak, Juki. Kau
tidak bisa terlalu lama menyembunyikan perasaanmu
JUKI
Untung saya
sudah siap menghadapi segala prasangka. Sebentar lagi akang pun akan mengatakan
yang lebih dari itu
JUMENA
Tentu saja kau
siap, karena semuanya sudah ada dalam diri kamu sendiri. Prasangka! prasangka!
Apakah kau bisa mengelak kalau semuanya saya utarakan blak-blakan di sini? Coba
jawab, apa yang terjadi setiap kali saya pergi ke Tasikmalaya atau ke
tempat-tempat lain?
JUKI (Mulai marah)
Apakah akang
menuduh di rumah ini telah terjadi perbuatan mesum?
JUMENA
Selalu kau
mendahului. Ya! Dan apa yang terjadi di gudang kacang setiap malam pada jam-jam
dinihari? Bagaimana Euis bisa hamil tanpa mengadakan hubungan gelap?
JUKI
Darimana akang
dapat cerita-cerita seram seperti itu? Saya kira seorang tidak waras telah
meniupkan fitnah ke telinga akang
JUMENA
Lagi kau akui
sendiri. Ya! Si sinting Kamil yang menceritakan itu semua. Sengaja, sejak lama
saya suruh dia mengawasi semua orang termasuk istri saya dan kau
JUKI
Tuhanku, dan akang
bisa percaya pada orang semacam itu?
JUMENA
Tidak saja saya,
bahkan kau pun percaya. Kalau kau tidak percaya, tidak mungkin pabrik tenun
terbakar bersama si Kamil. Kau mau menghilangkan jejak kejahatan dengan
membakar lelaki sinting itu
JUKI
Akang sudah
keterlaluan!
JUMENA
Kamu yang
keterlaluan. Sudah saya beri pekerjaan dengan gaji besar dan tempat tinggal
Cuma-Cuma di sini, kamu masih juga merencanakan niat busuk di belakang punggung
saya.
Jangan mungkir.
Kau dan Sabar berniat akan memperistrikan Euis kalau suatu ketika Euis sudah
jadi janda. Sebab itu kau keras mendesak agar saya jangan menceraikan Euis.
Saya juga tahu kau sedang mempercepat saat itu.
Jangan mungkir.
Kau dan Sabar sedang menyiapkan kubur buat saya. betul-betul air tuba
JUKI (Setelah agak lama)
Sebelum saya
meninggalkan rumah ini…
JUMENA
Karena kau
tersinggung?
JUKI
Akang, sebelum
terlambat, bersihkanlah akang dari segala prasangka itu. akang sudah tua
JUMENA
Jangan kau beri
saya sugesti seperti itu. Saya tidak akan lembek oleh sugesti-sugesti kasar
seperti itu, bahkan saya akan merasa bertambah muda setiap hari (Tersenyum)
Saya tidak tahu persis berapa umur saya
JUKI
Selama
tahun-tahun terakhir ini akang sendiri merasakan kesehatan akang semakin
mundur. Sekali lagi saya sarankan, agar akang jangan terlalu keras dan pendek
pikir. tidak semua orang sama seperti akang! Tidak semua orang suka
berprasangka buruk seperti akang! Tidak semua orang pahit seperti akang! Tidak
semua orang melakukan apa yang dulu akang lakukan; suka main-main perempuan.
menghabiskan usia yang tinggal beberapa detik in lebih baik kita….
JUMENA
Sudahlah! jangan
kau obral kata-kata palsu itu!
JUKI
Sekali pun
begitu, saya tetap berterima kasih pada akang. Saya harap, kalau suatu ketika
kita jumpa, saya sudah punya seorang anak dan istri yang mau memelihara saya
BEGITU JUKI
KELUAR LONCENG BERDETAK KERAS
JUMENA
Bangsat! kenapa
justru ia tidak menyangkal? (Tiba-tiba sesak napas kemudian batuk-batuk dan
muntah-muntah) Bangsat! Bangsat!
2
TAK ADA SUARA.
MUNCUL SEORANG LELAKI KEMBARAN JUMENA, TETAPI SANGAT TUA DI BALIK LONCENG.
SEBENTAR BERTATAPAN DENGAN JUMENA. MEREKA SEPERTI SEDANG MERUNDINGKAN SESUATU
LEWAT PANDANG MATA. SETELAH ORANG ITU MENGANGGUK DAN JUMENA MENGGELENG, DIA
KELUAR
3
PEREMPUAN TUA
MUNCUL MEMBAWA TEMPOLONG LUDAH DAN MENGGANTI TEMPOLONG DI KAKI KURSI GOYANG.
SETELAH ITU IA MELANGKAH TETAPI BERHENTI DI PINTU
P. TUA
Tinggal kita
berdua
JUMENA
Kata orang, dulu
saya pernah digendong oleh seorang perempuan tua
P. TUA
Kapan?
JUMENA
Dulu, jaman normal,
kata orang
P. TUA
Ketika agan
kecil?
JUMENA
Perempuan tua
itu menggendong saya, membawa saya kemana-mana, menjelajahi seluruh pojok kota
P. TUA
Kenapa?
JUMENA
Minta-minta,
ngemis
(Perempuan
Tua Itu Tersenyum)
Ini bukan lelucon,
ini riwayat hidup saya. Kata orang. Tapi, kalau ternyata memang lelucon, maka
jelas hidup juga suatu lelucon yang pahit. Saya betul-betul sendiri di dunia.
Kadang-kadang timbul pikiran yang ganjil. Apakah saya tidak pernah dilahirkan?
Apakah Tuhan melemparkan saya begitu saja ke pinggir kali atau tong sampah?.
Bahkan saya pun
tidak tahu kenapa saya bernama Jumena. Saya selalu merasa geli kenapa dulu saya
perlu menambah nama itu dengan Martawangsa. Apa maksud Tuhan dengan semua ini?
4
MUNCUL EMPAT
ORANG MEMBAWA KERANDA. MUNCUL PEMBURU DI BALIK LONCENG
PEMBURU
Saya kira cukup
agung, anakku….
(Jumena Cuma
diam ketika keranda itu dibawa masuk ke dalam kamarnya
Semuanya saya
yang bayar
(Yang membawa
keranda tadi keluar)
Bunga-bunga
jangan lupa
JUMENA (Berontak)
Saya tidak
memerlukan semua itu. Kalau memang tidak pernah jelas dimana saya lahir, maka
saya kira juga tidak perlu kuburan atau nisan buat saya! Lemparkan saja saya
kembali ke pinggir kali. Dengan nisan rasanya saya malah seperti disindir
PEMBURU
Semuanya beres
nanti, tanpa kau ikut campur
KLEUAR
5
SUNYI
JUMENA
Nyai punya anak?
P. TUA
Punya gan. tapi
sudah lebih dari sepuluh tahun barangkali ia menghilang
JUMENA
Famili lain?
P. TUA
Tidak ada
kecuali famili dari mendiang suami saya
JUMENA
Lumayan. Saya tidak
punya siapa-siapa. Ke belakang hitam, ke muka hitam
(Sunyi)
Nyai bahagia?
P. TUA
Senang
JUMENA
Kenapa?
P. TUA
Tak ada yang
pantas nyai susahkan. Dari itu nyai heran kenapa agan selalu nampak susah .
padahal nyai percaya setiap orang bisa merasa bahagia hanya karena melihat
orang lain bahagia. juga kita bisa bahagia karena kita melakukan sesuatu untuk
menyenangkan orang lain
JUMENA
Bagaimana anak
nyai?
P. TUA
Nyai percaya
pada suatu hari nanti kami akan bertemu lagi
JUMENA
Mungkin dan
tidak mungkin
P. TUA
Nyai pilih
mungkin. Juga nyai percaya kalau tidak sempat di dunia, gusti pangeran akan
mempertemukan kami di akherat kelak. Nyai yakin demikian halnya juga agan….
JUMENA
Saya beriman.
saya beriman…
P. TUA
Nyai selalu
membayangkan betapa bahagia seseorang yang beriman kepada Tuhan
JUMENA
Saya percaya
saya beriman
P. TUA
Mungkin tidak
penuh
JUMENA
Saya beriman
tapi sedikit sangsi
P. TUA
Agan harus yakin
dengan hari nanti. Kalau agan yakin niscaya agan akan tenang. Agan akan bisa
lebih banyak membagi-bagikan sumbangan, lebih banyak berbuat amal, dengan
harapan….
JUMENA
Saya takut kena
tipu. saya takut kalau ternyata semuanya hanya isapan jempol belaka dan tak
lebih hanya impian semata, hanya omong kosong, sementara saya sudah
membagi-bagikan harta saya
P. TUA
Kurang rendah
hati
SUNYI
JUMENA (Mulai takut dan curiga aneh)
Kira-kira kemana
Juki pergi?
P. TUA
Siapa bisa
menduga? Ke Jakarta mungkin, ke Bandung mungkin, kemana saja mungkin. dan bukan
tidak mungkin ia tidak pergi kemana-mana
P. TUA KELUAR
JUMENA
Pasti ada
apa-apa. Rencana Juki makin masak saya kira. Kemana Juki? (Berseru) Nyai!
(Perempuan
tua muncul )
Sebaiknya
seluruh pintu dan jendela dikunci
P. TUA
Masih siang, gan
JUMENA
Turut apa saya
bilang. Dan jangan buka sebelum saya perintahkan!
P. TUA DENGAN
TERHERAN-HERAN KELUAR. LALU TERDENGAR BUNYI PINTU-PINTU DITUTUP. ADA GEMA DI
TELINGA JUMENA
6
JUMENA MENGAMBIL
PISTOL. BERJAGA-JAGA. TIDAK BERAPA LAMA TERDENGAR PINTU DIKETUK. MUNCUL
PEREMPUAN TUA. LAGI TERDENGAR KETUKAN
P. TUA
Dibuka, gan?
JUMENA
Intai dulu dan
laporkan
PEREMPUAN TUA
KELUAR. LALU PINTU DIKETUK. PEREMPUAN TUA MUNCUL
P. TUA
pak Warya, gan
JUMENA
Apa
keperluannya?
P. TUA
Belum nyai
Tanya, gan
JUMENA
Tanya!
(Ketukan di
pintu. Perempuan Tua keluar lagi, sebentar lalu muncul lagi)
Apa?
P. TUA
Mau menyampaikan
pesan kawan-kawan, gan. kawan-kawannya mau kerja lagi
(Sebentar
Jumena berpikir)
Mereka kembali
mau kerja, katanya gan
JUMENA
Bawa apa dia?
golok?
P. TUA
Kurang jelas,
gan
JUMENA
Lihat dulu
(Perempuan
tua keluar. ketukan pintu)
Pistol ini harus
disimpan dimana? Ya di sini
(Perempuan
tua muncul)
Sabit? Golok?
Saya kira belati
P. TUA
Tidak bawa
apa-apa gan
JUMENA
Pakai sarung apa
celana komprang?
P. TUA
Celana panjang biasa
JUMENA (Setelah agak lama)
Suruh dia masuk
(Perempuan
tua keluar)
Nyai!
(Perempuan
tua muncul)
Jangan lupa
pintu dikunci lagi
PEREMPUAN TUA
KELUAR
7
JUMENA DI SUDUT.
BERJAGA-JAGA
JUMENA
Mustahil tak ada
hubungannya dengan Juki
(Muncul Warya
Diikuti Perempuan Tua)
Nyai tidak usah
ke belakang. Duduk saja di pintu. Jaga!
SUNYI
WARYA
Bapak kelihatan
tambah segar
JUMENA
Lumayan
WARYA
Syukurlah
JUMENA
Tumben anda
kesini
WARYA
Maklum repot,
Baru sekarang saya bisa ke sini. Tapi bapak memang kelihatan mulai bercahaya
JUMENA
Tidak lama lagi
saya akan sembuh sama sekali
WARYA
InsyaAllah pak,
kami semua mendoakan supaya bapak lekas sembuh
JUMENA
Tidak mendoakan
supaya saya lekas mati? Kalau saya sudah sembuh, lalu kenapa?
WARYA
Kawan-kawan
semua sudah sepakat akan mulai kerja lagi
JUMENA
Kapan?
WARYA
Terserah bapak
tentunya
JUMENA
Kalau begitu
saya timbang-timbang dulu. (Diam) Jadi kalian sudah memilih?
WARYA
Sudah, pak. kami
memilih yang kedua
JUMENA
O, gaji yang
diturunkan kemudian diperincikan dengan tambahan tunjangan social dan
lain-lain?
WARYA
Sependengaraan
saya begitu pak. Nanti Emod sendiri dan kawan-kawan lain akan langsung
menyampaikan keputusan itu kepada bapak.
JUMENA
Kalian memang
betul-betul kambing. di beri gaji cukup besar, kalian tidak mampu mengendalikan
diri. Buta administrasi alias tolol! Tapi yang paling tragis, kalian tidak tahu
lapar karena selalu lapar
WARYA
jadi bagaimana,
pak?
JUMENA
apa yang
bagaimana?
WARYA
Kapan
kawan-kawan boleh mulai kerja lagi? Kapan pabrik akan buka?
JUMENA
Kau bilang nanti
Emod dan kawan-kawan akan langsung ngomong sendiri dengan saya?
WARYA (Tersenyum)
Tapi saya kira
boleh saja saya tahu sebelumnya
JUMENA
Terlambat
WARYA
Maksud juragan?
JUMENA
Kalau seminggu
yang lalu kau kemari, dan menyampaikan keinginan kawan-kawanmu itu, barangkali
saya akan senang sekali. sekarang rasanya tidak begitu. Sekarang saya berada
dalam pikiran bahwa keputusan apapun sama dan sia-sia untuk saya.
WARYA (Tidak paham. Lalu setelah agak lama)
Lalu bagaimana,
pak?
JUMENA
Saya sendiri
belum tahu, nanti saya pikirkan. Akan saya timbang apakah ada gunanya saya
membantu kalian. yang pasti untuk saya semuanya sama saja. tak ada gunanya.
Tinggal satu soal: Saya berpihak pada kalian atau kepada diri sendiri?
WARYA (Ragu-ragu)
Saya juga belum,
eh, maksud saya, apa, eh maksud saya, apa belum ada sesuatu. eh belum ada
sesuatu yang bapak perlukan yang saya bisa kerjakan?
JUMENA
Belum, Cuma satu
yang saya inginkan dan perlukan: berdiam diri atau berbaring-baring setengah
tidur. Tidur. tidur.
TAK HENTI-HENTI
JUMENA MENGUCAPKAN KATA”TIDUR” SEHINGGA MEMBUAT WARYA MERASA GANJIL
WARYA
Saya permisi,
pak….
JUMENA MEMATUNG
BEKU, DIBEKUKANNYA PIKIRAN SENDIRI KETIKA WARYA PERGI. SEMENTARA ITU PEMBURU
BERSAMA YANG LAIN-LAIN MEMBAYANG DENGAN SENAPAN MASING-MASING DI TANGAN
8
SETELAH MENDENGAR
PERTENGAKARAN MULUT ANTARA PEREMPUAN TUA DENGAN SESEORANG LALU MUNCUL LELAKI
KURUSKUSAM GONDRONG DALAM KEADAAN GERAM DIIKUTI PEREMPUAN TUA YANG MASIH TERUS
MENCOBA MENGUSIRNYA
LELAKI (Tajam menatap Jumena)
Rupanya kau
(Jumena
berdiri lalu mundur ketakutan)
Rupanya kau
harta karun itu
JUMENA (Setelah agak lama)
Siapa kau?
LELAKI
Siapa kau?
JUMENA
Siapa kau? Saya
tembak kau. Saya tembak kau
LELAKI
Siapa kau? Saya
tembak kau. Saya tembak kau. A, rupanya kau
JUMENA
Nyai!
P. TUA (Ketakutan)
Iya, gan
JUMENA
Kenapa nyai
biarkan lelaki ini masuk?
LELAKI
Saya yang
memaksa masuk setelah saya sembur dia. Heh, Nyai, sebaiknya nyai masuk ke
dalam. Ayo, masuk!
KETAKUTAN
PEREMPUAN TUA MASUK KE DAPUR
JUMENA
Nyai!
KETAKUTAN,
PEREMPUAN TUA KELUAR
LELAKI
Nyai!
KETAKUTAN
PEREMPUAN TUA MASUK LAGI KE DAPUR
JUMENA
Nyai!
(Perempuan
tua mengintip saja)
Siapa dia?
LELAKI
Kuslan nama
saya. Pelukis, Nyai!
KETAKUTAN,
PEREMPUAN TUA MASUK. TETAPI SEGERA LELAKI ITU MEMANGGILNYA KEMBALI. DAN
PEREMPUAN TUA MUNCUL LAGI DI PINTU DAPUR
P. TUA
Saya masuk atau
keluar?
JUMENA &
LELAKI
Keluar!
PEREMPUAN TUA
LEMAS PADA KAKINYA
LELAKI
Nyai, saya minta
dengan hormat tapi sangat, suruh Euis segera keluar
JUMENA TERNGANGA
P. TUA
Sudah nyai
bilang Euis tak ada di sini, den
LELAKI
Jangan bohong!
Saya yakin Euis lari kesini. Katanya ia mau kembali kesini
P. TUA
Betul, den. Euis
tak ada di sini
JUMENA
Diam, nyai! Kau
sebenarnya mau apa masuk ke rumah orang dengan cara seperti garong?
LELAKI
Saya mencari
Euis!
JUMENA
Mencari istri
saya maksud Anda
LELAKI
Bekas istri Anda
JUMENA
Buat apa?
LELAKI
Ini urusan kami
berdua
JUMENA
Anda ini
sebenarnya siapa?
LELAKI
Saya Kuslan.
Pelukis! Calon suami bekas istri Anda!
JUMENA
Kalau benar
begitu, apa perlunya saudara kemari?
LELAKI
Euis minggat
sejak kemarin . dan saya yakin Euis lari kesini
JUMENA
Kenapa saudara
yakin betul Euis lari kesini
LELAKI
Saya tahu betul
Euis sangat mencintai Anda
JUMENA TERNGANGA
SEMENTARA PEREMPUAN TUA MENANGIS SAMBIL MASUK KE DALAM
JUMENA
Euis tidak ada
di sini. Tidak ada lagi
LELAKI
Saya tidak
percaya
JUMENA
Periksalah
sendiri
(Setelah
mengawasi dan memeriksa dengan seksama, lalu lelaki kurus itu masuk ke dalam)
Nyai!
(Sambil
menghapus air matanya perempuan tua muncul. Jumena tidak segera bisa berkata
karena sekteika emosinya meluap hampir menyumbat napasnya)
Katakan
selengkapnya siapa lelaki itu!
(Perempuan
tua hanya menunduk)
Lekas katakan!
P. TUA
Maafkan, gan.
Maafkan. Lelaki itu tetangga nyai, tetangga Euis
JUMENA (Seperti mengeja dan datar)
Tetangga Euis?
P. TUA
Orang-orang
menganggap pelukis itu sinting. Orang tuanya dulu kaya, tapi belakang ini
kelihatannya agak menderita. Seluruh harta orang tuanya habis untuk membiayai
pelukis itu. Dia memang buah hati orang tuanya. Begitu sayang sampai orang
tuanya selalu percaya pada kebohongan-kebohongannya. Misalnya bahwa
lukisan-lukisannya sudah terkenal di Bandung, Jakarta dan luar negeri. Padahal
semua orang tahu, semua itu bohong dan hanya impiannya saja
LELAKI KURUS
MUNCUL DALAM KEADAAN MURAM SEKALI. IA DUDUK, MENANGIS
JUMENA
Teruskan
P. TUA (Setengah berbisik)
Sejak lama
sekali lelaki itu mencintai Euis tapi Euis tidak pernah suka padanya. Sudah
sering orang tuanya menjodoh-jodohkannya dengan perempuan lain, tapi ia tetap
hanya minta Euis
LELAKI (Menegrang memelas)
Euis
JUMENA
Lalu kenapa dia
tiba-tiba kemari?
P. TUA
Nyai tidak tahu
LELAKI
Bodoh! (Sambil
menangis) Saya yakin Euis di sini!
JUMENA
Kau boleh yakin,
tapi tetap dia tidak di sini
LELAKI
Ada! Semuanya
sudah beres, undangan sudah beres, Euis sendiri bilang akan mendampingi saya
melukis setiap malam. Dia juga mengatakan anak saya akan lahir kira-kira tiga
bulan lagi
(Perempuan
tua menangis lari ke dapur lagi. jumena kembali ternganga dan semakin tua
seketika. setelah agak lama kemudian lelaki kurus menghapus airmatanya dan
bersikap agak tenang, tetapi tetap ganjil gayanya)
Rupanya Euis
hanya mencintai kau! Dia jahat!
(Jumena
semakin bertambah tua lagi)
Dia juga bodoh,
padahal dia sendiri tahu kau sama sekali tidak mencintainya dan dia tahu juga
saya sangat mencintainya
JUMENA
Boleh saya
Tanya?
LELAKI
Dia kejam
JUMENA TIDAK
SEGERA MENGAJUKAN PERTANYAAN
JUMENA
Kau, eh anda
bilang tentang anak, tadi?
LELAKI
Anak itu anak
saya!
(Senyum
merekah di bibir kering. Lelaki itu menghapal)
Ketika itu dia
seperti pengantin dan saya sangat bahagia sekali. Malam itu malam pengantin
yang paling indah. Seperti dalam film-film kartun. Paginya dengan kesetanan
saya menyelesaikan lukisan besar yang saya beri judul “Kereta Api Dalam Kabut”
JUMENA
Kenapa tidak kau
cari di rumah orang tuanya!?
LELAKI
Dia justru
minggat dari rumah orang tuanya
(Jumena
kembali ternganga lagi dan selanjutnya tertunduk seolah lehernya tertekuk. Dia
tidak menyadari ketika lelaki kurus itu mendekati dan mengamatinya. Sementara
sayup kedengaran suara Kamil membacakan kuliahnya tentang teori Darwin , dan
pemburu kemudian seperti berbaris menuju suatu upacara duka)
Kau juga kejam.
Lelaki tua yang kejam!
(Kemudian
pentas hanya menyanyikan kelengangan bagi Jumena. Dan lonceng raksasa itu
berdentang tak habis-habisnya sampai adegan ini selesai)
JUMENA
Seharusnya dulu
saya punya binatang peliharaan . kalau saja saya tahu sejak dulu bahwa yang
diperlukan hidup hanyalah seekor anjing piaraan, atau piaraan yang lain, kalau
saja saya tahu dulu, barangkali saya tidak sakit seperti ini
(Jumena
semakin redup sementara cahaya kuat dari jendela menyorot tajam tepat di mana
Jumena duduk)
Kata orang saya
bahagia, tapi saya tidak tahu. Saya kira tidak seorang pun yang tahu persis
bahwa dirinya bahagia. Dan saya kira juga mereka umumnya tidak mau tahu. Tapi,
saya ingin tahu. Ini celakanya!
JUMENA MENCOBA
MENULIS SURAT. BARU SATU BARIS, KERTASNYA DIA SOBEK. DIA REMAS-REMAS. BEGITU
DIA LAKUKAN BERULANG KALI. SEHINGGA NANTI PENTAS AKAN PENUH DENGAN
REMASAN-REMASAN KERTAS
9
SETELAH MULAI
LELAH BENAR JUMENA BERHENTI MENULIS. DAN KETIKA MUNCUL LEWAT EUIS, JUKI,
SABARUDDIN SEGERA JUMENA MENULIS LAGI DAN SETERUSNYA. LEWAT JUGA EMOD, WARYA
DAN BEBERAPA ORANG LAIN. KETIKA MARKABA DAN LODOD SEDANG LEWAT.
JUMENA
Siapa mereka?
PEMBURU
Jangan hiraukan.
Lebih baik kau istirahat banyak-banyak. Tinggal satu hal yang dapat kau
nikmati. Tidur. Itu pun kalau bisa
JUMENA
Nyai!
10
MUNCUL PEREMPUAN
TUA GIRANG SEKALI
P. TUA
Agan, nyai ada
pikiran baik. Bagaimana kalau agan nyai anggap saja sebagai anak nyai supaya
agan bisa tenang
JUMENA
Jangan. Uang
saya banyak. Lebih baik segera nyai bawa ke sini satu botol minyak tanah
P. TUA
Buat apa, gan?
JUMENA
Belum jadi ibu
saya, kamu sudah banyak Tanya. Bawa saja kesini. Satu kaleng kalau bisa
KETAKUTAN
PEREMPUAN SEGERA PERGI
11
JUMENA MENGITARI
RUANGAN SEPERTI SEEKOR HARIMAU YANG LAPAR DALAM KERANGKENG
JUMENA
Tuhan,
mudah-mudahan kau semakin puas dengan ciptaanMu yang satu ini
PEREMPUAN TUA
MUNCUL MEMBAWA BOTOL YANG SEGERA DIREBUT OLEH JUMENA
P. TUA
Anakku….
(Jumena
menyiram-nyiramkan minyak itu ke seluruh penjuru dan terutama pada
remasan-remasan kertas di lantai)
Anakku, jangan.
Anakku. Kau jangan putus asa seperti itu
(Sekuat
tenaga perempuan tua mencoba menghalangi tetapi badan jumena lebih kuat
sehingga ia malah terjatuh di lantai. segera jumena menyalakan korek api dan
mulai membakar kertas-kertas di lantai)
Kebakaran!
Kebakaran!
SETELAH SEBENTAR
DENGAN KEPANIKAN MONDAR-MANDIR DI SANA, LALU PEREMPUAN TUA KELUAR SEMENTARA
JUMENA
Ini yang mereka
kehendaki!
LALU JUMENA
DUDUK DENGAN TENANG SEMENTARA API SEMAKIN BESAR DAN KEDENGARAN SUARA PEREMPUAN
TUA YANG MENJERIT-JERIT HISTERIS DAN KEMUDIAN KENTONGAN DI BUNYIKAN DAN PASUKAN
PEMBURU SEMAKIN BERDERAP DENGAN BUNYI SEPATUNYA YANG MENYERAMKAN.
LAYAR
BAGIAN KEEMPAT
ASAP DUPA DI
MANA-MANA. TERUTAMA DI KAMAR, DI MANA JUMENA YANG DALAM KEADAAN KOMA BERBARING.
TAK HENTI-HENTI IA MENGELUH KESAKITAN YANG RUPANYA BERPUSAT DI BALIK DADANYA.
LENGUHNYA SANGAT MEMILUKAN. DUDUK BERSIMPUH DI DEKAT KEPALANYA ADALAH WARYA,
SALAH SEORANG MANDORNYA, MEMBACA SURAT YASSIN.
DI RUANG TENGAH,
YANG HANGUS KARENA DIBAKAR BEBERAPA WAKTU YANG LALU, DUDUK PIKIRAN JUMENA YANG
BAGAIKAN MAHLUK BUAS, TUA DAN PURBA. DENGAN MATANYA YANG NYALANG MENYALA IA
BERGOYANG-GOYANG DI KURSI GOYANG. SEPERTI IA SEDANG MENGAWASI SETIAP SUDUT
DARIMANA AKAN MUNCUL MUSUH-MUSUHNYA.
1
MUNCUL EUIS
DIIKUTI PEREMPUAN TUA, KEDUANYA BERKERUDUNG. KELIHATANNYA SANGAT KUYU, PUCAT
SEKALI EUIS SEMENTARA KANDUNGANNYA MULAI MEMBERAT SAKING BESARNYA.
EUIS
Apa pesan pak
Dokter?
P. TUA
Bapak Dokter
tidak bilang apa-apa. Setelah memberikan suntikan semalam, beliau hanya pesan
agar segala kemauan bapak dituruti saja. Segala makanan apa saja boleh, kata
beliau (Diam) Lebih baik ibu segera masuk ke dalam
EUIS MENGGELENG
SEDIH
P. TUA
Lupakan yang
sudah-sudah, tak ada baiknya.
EUIS
Saya takut
mengganggu ketenangannya
P. TUA
Jangan pikirkan
apa-apa. Tidak ada gunanya. Juga jangan bicarakan apa-apa. Yang paling baik
pada saat seperti ini Ibu ke kamar dan menemui beliau, biar beliau senang.
Mudah-mudahan dengan begitu beliau akan cepat sembuh. Dengan sedikit lebih
tabah lagi, insyaAllah semuanya akan beres, dan rumah ini akan lebih bercahaya
dari hari-hari sebelumnya; dengan seorang dua orang anak berkejaran diantara
kursi-kursi makan
BEBERAPA SAAT
MEREKA SALING MEMBISU. KEMUDIAN KEDUANYA MASUK KE DALAM KAMAR JUMENA
2
WARYA DI KAKI
RANJANG DI TEMPAT JUMENA BERBARING. DI KAMAR
EUIS (Menahan sedu)
Terlalu
menderita
P. TUA (Memijit-mijit jarinya sendiri yang kering)
Dalam tidur pun
tampaknya tidak juga ia mau berhenti berpikir
KEMUDIAN
KELIHATAN MEREKA MULAI BERCAKAP-CAKAP
3
SESEORANG DI
BALIK LONCENG MUNCUL. SECARA PASTI IA MELANGKAH MASUK KE DALAM KAMAR JUMENA. DI
SANA IA MENYUAPI JUMENA MAKAN. SETELAH SELESAI JUMENA MAKAN, ORANG ITU SANG
PEMBURU, KEMBALI MASUK KE DALAM LONCENG YANG BERDENTANGAN
4
JUMENA
Siapa yang mau
percaya bahwa si edan Kamil yang membakar pabrik tenun saya? Coba saja, buat
apa dia? Atau memang semua orang sedang merebut menguasai dan merusak harta
saya? (Menggeram) Boleh saja kalau bisa
(Lewat
Marjuki)
Boleh
LEWAT MARKABA
DAN LODOD
JUMENA
Siapa mereka? (Memukul-mukul
kepalanya sendiri)
PEMBURU
Jangan hiraukan.
Tidak banyak lagi kesemapatanmu
JUMENA
Saya akan lawan
mereka.
PEMBURU
Itu lebih baik
barangkali
JUMENA
Saya harus
menang
PEMBURU
Kau pasti menang
5
SABARUDDIN DAN
PAK HAJI BAKRI MEMASUKI RUMAH ITU DAN LANGSUNG KE KAMAR JUMENA
SABARUDDIN
InsyaAllah pak Jumena
lekas sembuh. Beliau sangat kuat dan tabah (Pada Perempuan Tua) Dimasak
seperti jamu pahit godokan
PEREMPUAN TUA
KELUAR SETELAH MENERIMA BUNGKUSAN JAMU DARI SABARUDDIN
PAK HAJI
Pak Warya
sebaiknya tidur dulu
WARYA
Biar saya tidur
di sini saja (Berbaring di lantai)
PAK HAJI
Jangan terlalu
kecil hati, Euis. InsyaAllah semuanya akan berlalu dengan selamat
EUIS
Terima kasih pak
haji
PAK HAJI
Tawakal
SETELAH
MENGUCAPKAN KALIMAT ITU, PAK HAJI DAN SABAR MENINGGALKAN KAMAR ITU LALU
MENINGGALKAN RUMAH ITU. SETELAH EUIS SENDIRIAN IA MENANGIS, SETELAH AGAK LAMA,
SETELAH IA MENDAPATKAN SEMANGATNYA KEMBALI. EUIS MENINGGALKAN KAMAR ITU MENUJU
KAMAR
6
JUMENA
Hh….hh…..hh…..Bangsat….Bangsat….hh….
(uki Muncul
Dan Berdiri Di Sisi Jumena)
Hh….Bangsat.
hh….
(Muncul Euis
Berdiri Di Sisi Lain Jumena)
Bangsat.
Hhh…..bangsat. Bangsat….Hh…hhh….
PAK HAJI
Allah….Allah….Muhammadurrasulullah…Allah….Allah….
7
MUNCUL MARKABA
DAN LODOD, SI BANDIT DAN SI IDIOT
MARKABA
Siapa perempuan
itu?
JUKI
Istrinya
MARKABA
Eerste klas.
Jitu, yahud!, Betul tidak Lodod?
LODOD (Mengacungkan kedua jempol tangannya)
Haaa
JUMENA
Bangsat!
bangsat!
JUKI
Markaba, setelah
semuanya selesai, saya kira kau tidak lupa perjanjian kita
MARKABA
Lodod!
LODOD
Dibagi tiga sama
rata, satu sen tidak berbeda
JUKI
Sebelum itu,
Mar. Apa semua langkah-langkah masak kau perhitungkan?
MARKABA
Betul-betul kamu
banci. Tidak pernah cair pengecutmu. Tapi untung kau punya pipa sehebat itu.
Iblispun lari melihat pipamu, apalagi perempuan( Tersenyum) Seperti
pertanyaan anak kecil saja. lebih baik kamu jawab pertanyaan saya! Sedang apa
orang itu?
JUKI
Tidur, kata
istrinya
MARKABA (Menerawang)
Dan dia akan
tidur terus
JUMENA
Coba saja kalau bisa.
Sudah tahu saya cara untuk mengalahkan mereka
MARKABA
Lodod!
LODOD (Seperti bisaa)
Haa….
MARKABA (Pada Juki)
Kamu gemetar
sekali seperti kena malaria
KEDUANYA
TERTAWA. KEDUANYA MENDEKATI JUMENA DAN TERTAWA
JUMENA
Bunuh saya,
bangsat! Bunuh saya! Kalau bisa! (Tertawa)
(Keduanya
Tertawa)
Semua binatang,
binatang-binatang, setan-setan, bahkan para malaikat pn menghendaki harta saya.
Bunuh saya, bangsat. bunuh saya! kalau bisa! (Tertawa)
SABARUDDIN
Allah….Allah….
JUKI
Mar, kapan mau
mulai?
MARKABA
Kau gugup sekali
seperti perawan (Pada Lodod) Heh, bagaimana perasaanmu?
LODOD
Angin….(Tertawa)
Haaa…
MARKABA
Kamu seperti
tiang listrik (Pada Juki) Coba, Juki, Perhatikan batang pohon itu. Diam-diam Lodod
telah menjadi seorang Filsuf. (Pada Lodod)Heh, pelepah pisang. Apa yang
penting untukmu?
LODOD
Perempuan dan
makan (Tertawa)
MARKABA
Dia lupa, kita
tidak bisa enak main perempuan dalam keadaan lapar. (Pada Lodod) Dod,
itu harus dibalik. Makan dulu baru perempuan. Betul tidak?
LODOD (Seperti bisaa)
Haaa…
MARKABA
Lalu apa tujuan
hidup kita, kata dukun kita?
LODOD
Angin (Tertawa)
MARKABA
Artinya?
LODOD (Tertawa)
Angin sama
dengan nol. Nol sama dengan kosong (Tertawa) Kosong sama dengan makan
dan perempuan (Tertawa)
MARKABA (Tertawa)
Nah, kau lihat,
Juki. Lodod betul-betul manusia sejati. Dia betul-betul pahlawan segala zaman
JUMENA TERTAWA
JUMENA (Kemudian meraung)
Apa? Saya sudah
tempuh semuanya. Saya hamburkan uang saya. Saya tiduri segala hotel. Saya
masuki segala restoran. Warung-warung. Saya tiduri semua kota. Saya makan
segala makanan. Saya minum segala minuman. Saya hisap seluruh kenikmatan
perempuan segala jenis. Saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan. Nol! Sedemikian
tega Tuhan melemparkan saya ke pinggir kali
SEPI DAN BEKU
SEJENAK. TEGANG. TERGANTUNG
MARKABA
Dod, lihatlah
Marjuki. Dia sedang mencuci bajunya dengan keringatnya sendiri. Ayo, sekarang
kita tidur. Juki biar berjaga di sini (Pada Juki) Walaupun kamu seorang
pengecut saya berani bertaruh kamu bisa bersiul. Nah, bersiulah kalau ada
apa-apa. (Pada Lodod) Lodod!
MARKABA DAN
LODOD KELUAR. ANJING-ANJING SALING MENGGONGGONG SANAGT RIUH SEKALI
8
DUA LELAKI DEKAT
LONCENG MUNCUL DAN MENEMBAK KE ATAS. LONCENG PUN BERDENTANG
9
EUIS
….Allah….Allah….
Akang kita akan punya anak….
PAK HAJI
Euis, relakan
suamimu, relakan. Biar lapang dadanya, biar akangmu tidak terlalu lama
menderita (Menahan tangis dan setengah berteriak) Jangan ada yang
syirik! relakan! Biarkan! Biarkan dia kembali ke asalnya! Allah, jangan ada
yang syirik! (Kembali menuntun) Allah…Jum….Jum….
PEREMPUAN TUA
MENGANGKAT EUIS DAN MEMBAWANYA KELUAR DARI KAMAR
SABARUDDIN
Allah….Allah….(KEpada
Orang-orang) Kaum wanita sebaiknya keluar saja. Beliau kepanasan. Ganti
handuknya. mana kain yang kering? ….Allah….Allah….
JUMENA
Bangsat!
PAK HAJI
Jum, sadar, Jum.
Sebut nama Allah….Allah….Jum….Allah….
10
JUKI SEGERA
MENGHAMPIRI KETIKA MUNCUL MARKABA DAN LODOD YANG TERTAWA
JUKI
Bagaimana?
MARKABA
Bagaimana,
Lodod?
LODOD (Tolol)
Bagaimana?
MARKABA (Tertawa)
Semuanya seperti
angin laut yang menyegarkan
LODOD
Segar seperti
hujan-hujanan
JUKI
Bagaimana, Mar?
MARKABA (Tertawa)
Juki, Juki.
Rupanya kau telah menghidangkan mayat untuk saya
JUKI
Maksudmu?
JUMENA (Tertawa)
Tertipu mereka.
Saya kelabui mereka
MARKABA
Ketika saya
masuk, orang itu sudah tergantung diudara dengan seutas tali di lehernya
LODOD
Berkibar-kibar
seperti bendera
JUKI
Mar, kau tidak
bergurau?
MARKABA
Kau timbanglah
sendiri. Kira-kira betul tidak yang saya katakan (Tertawa) Dan agaknya
sebelum orang itu mengibarkan badannya yang malang supaya bergoyang-goyang
ditiup angin, ia telah menulis surat wasiat yang berbunyi
JUMENA
“Semua harta
kekayaan diwariskan kepada dua orang yang tak dikenal yang bernama Markaba dan
Lodod”
JUKI
Mar, Kau jangan berkata begitu. Kau mulai tidak jujur
MARKABA
Kau pengecut
banci yang lekas marah. Tapi sekali lagi saya bilang, untung kamu punya pipa,
jadi seram kelihatannya. Saya berani bertaruh ayahmu dulu seorang lelaki lemah
yang sering dipukuli istrinya. Dengarkan baik-baik, toh kamu belum membaca
surat wasiat itu. Selanjutnya dalam akte itu dicantumkan juga :”Berhubung Juki
punya pipa, Maka patut dikasihani oleh Markaba dan Lodod, dengan bagian
sepertiga dari jumlah seluruhnya” (Pada Lodod) Lodod!
LODOD
“Wassalam: Orang
yang malang
JUKI TERSENYUM
SENANG
MARKABA
Sampai mati kau
boleh tersenyum sebab kamu akan memiliki rumah ini dengan segala pabrik dan
kebun-kebunnya dan andil-andilnya dengan syarat….
JUMENA
Demi Tuhan,
tidak! Ini hanya pikiran saya! (Menangis) Anakku, di mana kau?
JUKI
Kau betul-betul
lihai, Mar. Semua orang nanti akan mengira dia mati bunuh diri, bukan?
MARKABA (Membentak)
Memang dia bunuh
diri! Lodod!
LODOD TERTAWA
MARKABA
Angin adalah
sesuatu yang terbaik di dunia. Sekarang orang itu telah menjadi angin
LODOD
Angin, dingin.
Dingin, bereselimut. Selimut. Tidur (Tertawa)
KETIKA MARJUKI
IKUT KETAWA, YANG LAIN BERHENTI KETAWA SEHINGGA LAMA-LAMA TAWA JUKI CEMPLANG
DAN BERHENTI
MARKABA
Kamu jangan
ketawa dulu seperti Bandar Kim Ok yang lehernya berlipat itu. Kamu toh belum
mendengar syarat yang akan saya ajukan. Inilah syarat itu. Sebelum saya dan
Lodod keluar dari sini. Saya perlu sedikit hiburan. Mana perempuan tadi? Dia
hartanya juga, kan?
JUKI (Menyembunyikan gentarnya)
Tentu saja dia
lain, Mar
MARKABA
Lodod
LODOD
MENGGELENG-GELENGKAN KEPALANYA
MARKABA
Apa kamu tidak
kenal saya?
JUKI
Tapi tentu kau bisa
mengerti perasaan saya, Mar
MARKABA
Lodod
LODOD
MENGGELENG-GELENGKAN KEPALANYA
MARKABA
Apa kamu sedang
main asmara sama dia? – Lodod!
LODOD
Kelas satu! (Mengacungkan
kedua ibu jarinya)
MARKABA
Bagaimana? Apa
kamu mau berurusan sedikit dengan Lodod? Saya berani bertaruh kamu tidak ingin
menggantung diri, bukan?
JUMENA (Tertawa)
Tidak satupun
yang bisa mengalahkan saya, tidak satu pun!
JUKI
Bukan itu maksud
saya, Mar. (Diam) Baiklah, Mar. kau boleh mengambil dia
MARKABA
Saya tidak akan
mengambil dia. Saya hanya butuh malam ini
JUKI
Tapi kalau bisa,
Mar
MARKABA (Tidak sabar)
Sudah terlalu
malam, Juki!
JUKI
Sebentar, Mar
JUMENA (Tertawa)
Saya harus
berhibur sedikit…. Lalu bagaimana?
11
EUIS (Muncul dan jijik marah)
Kau tega
memperlakukan saya seperti binatang
JUKI
Tidak usah
banyak turut campur, manis. Turut saja apa kata saya. Akan lancar semuanya
EUIS
Kamu kira saya
tuli? Anak kecil?
JUKI
Kau belum paham,
manis. Percayalah. Semuanya akan beres persis seperti rencana kita
JUMENA (Tertawa)
Tidak segampang
yang mereka sangka!
EUIS
Saya betul-betul
paham sekarang. Kalau kau serahkan tubuh saya pada kawan-kawanmu itu, kelak orang
akan menyangka saya telah diperkosa dia
JUKI (Segera)
Euis!
EUIS
Tidak! akan saya
buka semuanya. Akan saya katakan bahwa kau licik. Keberanianmu Cuma di mulut.
Saya tidak peduli pada apa yang akan terjadi pada diri saya. Daripada saya
kawin dengan kamu, lebih baik saya tenggelam dalam sumur. Dan lebih baik lagi
kalau saya ikut kawan-kawanmu yang betul-betul jantan. Tapi sebelum itu, saya
akan bongkar semua rancanganmu yang busuk itu supaya kamu rasakan sendiri hasil
tipuanmu
JUKI
Euis, kau jangan
ambil resiko yang bukan-bukan
EUIS
Tidak. Lebih
baik saya katakan semuanya kepada kawan-kawanmu
JUKI
Euis!
MARKABA
Juki! (Matanya
merah. Lantas pada Euis) Apa yang mau kau katakan? Apa rancangannya?
KETEGANGAN
MENEKAN MEREKA, EUIS MEMANDANG JUKI DENGAN RASA JIJIK BERCAMPUR CINTA YANG TAK
BERSEMANGAT
MARKABA
Katakan
semuanya. Rancangan apa yang telah
disusunnya?
JUKI
Euis (Merasa
pisau itu telah menempel di pipinya)
EUIS
Tapi sebelum
saya bilang. Berjanjilah kalian mau membawa saya kemana kalian pergi
MARKABA
Gampang itu.
Lekas katakan semua seterang-terangnya (Kepada Lodod) Lodod!
LODOD MEMBAYANGI
JUKI DENGAN PANDANGAN-PANDANGANNYA
EUIS (Dengan air matanya)
Dia akan
menjebak kalian dalam rencana pembunuhan ini. Dia akan memberi jejak-jejak
kepada polisi agar polisi gampang menangkap kalian. Dia akan…
MARKABA
Babi!
JUKI
Bohong! Bohong! (Pada
MArkaba) Mar, apa kau percaya? Percaya kepada mulutnya, kau….
MARKABA
Tidak. Tapi saya
lebih tidak percaya kepadamu. kau licik, itu sudah jelas dalam cara kau
berjudi. Juki, lihat mata saya. Sering kamu melihat saya marah, tapi lihatlah.
belum pernah saya marah sedemikian hebatnya. Selama hidup bertualang belum
pernah saya dikhianati kawan sendiri sedemikian rendahnya. Jangan pula kau
mengira saya takut mati.
Saya tidak
pernah takut sama siapapun. Kalaupun polisi akan membelah dada saya menjadi dua
puluh kerat, saya juga tidak akan takut. Mati bagi saya tidak berarti apa-apa.
Tidak ada Tuhan!
JUMENA
Tidak ada surga
MARKABA
Tidak ada neraka
JUMENA
Tidak ada
malaikat
MARKABA
Tak ada apa-apa
di sini dan di mana saja
JUMENA
Nonsens!
MARKABA
kau pengecut!
tak usah kau pungkiri. Dan kau memang kerbau berpipa! Saya ingin menampar
mulutmu yang berewok itu. Sedemikian marah saya dan sedemikian terkejut saya
karena tidak sedikit pun saya mengira ini semua bisa terjadi, padahal saya
percaya kepadamu!
JUKI
Tapi semua itu
dusta, Mar
MARKABA
Kamu tidak punya
apa-apa lagi untuk membela dirimu, Juki
JUKI
Terserah.
terserah kalau kamu bisa terpengaruh oleh mulut perempuan itu, tapi tentu kamu bisa
memaafkan saya, Mar, Ambilah harta itu semua, tapi maafkanlah saya. Mar, kau
lupa saya sahabatmu. Mar?
MARKABA
Kamu yang lupa
saya dan kawan-kawan kamu!
JUKI
Mar, maafkan
saya! (Lari, pergi)
MARKABA
Lodod! (Mengejar
bersama Lodod)
SEJUTA EKOR
ANJING MENGGONGGONG. EUIS MENENGADAH DAN MENUTUP TELINGANYA. KEMUDIAN DIA LARI
12
JUMENA (Yang di kursi berseru gembira)
Nyai!
P. TUA (Di tepi ranjang)
Ya, gan
JUMENA
Kalau alam bisa
memperlakukan saya seperti itu, saya kira alam juga bisa memperlakukan
orang-orang itu seperti yang saya bayangkan. Jadi begini setelah menyembelih
Marjuki, kedua orang asing itu pasti kemudian mati diracun oleh perempuan
tukang sihir itu. Sedangkan Euis akan mati karena gila. Euis kejatuhan buah
kelapa.
Nah, akhirnya
amanlah hidup dan harta saya. Aman sudah. Sekarang, pintu-pintu dan jendela
supaya kembali dibuka seperti biasanya. Tapi sekalipun demikian, ada satu yang
tidak akan pernah selesai: kita tidak akan pernah sampai, tidak saya, tidak
juga kau. Ayo, buka semua!
P. TUA
Ya, gan
JUMENA
Dan saya akan
kawin lagi! Saya akan mulai hidup lagi dengan sikap pura-pura seperti setiap
orang, karena agaknya, hidup hanya bisa diatasi dengan cara kucing-kucingan
seperti itu, sambil kita rangkai kembang-kembang kematian dan kelahiran, dalam
perasaan harap-harap cemas
13
SEJUTA SENAPAN
MELETUS BERSAMA, LALU SEJUTA LONCENG BERDENTANG BERSAMA
PEMBURU
Kau tahu kau
sudah mati?
JUMENA
Apa?
PEMBURU
Kau sudah mati
JUMENA
Gila! Saya
sendiri tidak tahu (Senyum pahit) Apa boleh buat
PEMBURU
Tidak perlu
tahu, seperti halnya tentang hidup
JUMENA
Tapi saya selalu
ingin tahu
PEMBURU
Hampir semua
orang juga ingin tahu, tapi umumnya orang lebih hemat dalam segala hal dan
lebih sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk menuju surga. Kau telah memakan
buah khuldi, sementara orang umumnya lebih suka menelan air liurnya, lantaran
mereka tak mau kehilangan surganya
JUMENA
Kau ini
sebenarnya siapa?
PEMBURU
Yang kau cari.
Yang kau rindui. Ayahmu alias Tanya
JUMENA
TERPESONA. PEMBURU TERSENYUM. AGUNG SEKALI
JUMENA
Bajingan!
PEMBURU
Mulutmu kotor
seperti otakmu
JUMENA TERSENYUM
JUMENA
Kalau begitu,
betul saya sudah mati?
PEMBURU
Begitu kata
orang
JUMENA
Lalu bagaimana?
apakah ini berarti saya harus mulai lagi?
PEMBURU
Tidak, anakku.
Lebih baik kau lanjutkan. ikutilah saya
JUMENA MENGIKUTI
LANGKAH PEMBURU MENUJU LONCENG RAKSASA ITU
JUMENA
Dari sini kita
mulai?
PEMBURU
Ya
SEMUANYA MASUK
KE DALAM LONCENG RAKSASA ITU, SEMENTARA SEBELUMNYA IA SUDAH MEMPERDENGARKAN
BUNYINYA YANG MENGGEMA TEPAT PUKUL 12
KETIKA MUNCUL
PEREMPUAN TUA MENGAMBIL TEMPOLONG LUDAH DI KAKI KURSI GOYANG, DAN TEPAT
SELANGKAH KETIKA IA MASUK KE DALAM, SEMUA LAMPU SUSUT CAHAYA DAN LAYAR TURUN
PERLAHAN
SELESAI
Post a Comment
Post a Comment