Naskah Drama Sumur Tanpa Dasar

Post a Comment
Berikut ini contoh naskah drama karya Arifin C. Noer

PENGANTAR

Lakon ini ditulis, disutradari dan dipentaskan pertama kali oleh arifin c noer, di bawah bendera teater muslim. Pada tahun 1971, lakon ini kembali disutradarai dan dipentaskan arifin c. Noer, di tim jakarta, di bawah bendera teater ketjil.
            Keberhasilan pementasan lakon ini, disusul oleh sejumlah pementasan lakon lainnya, baik karyanya sendiri maupun karya-karya terjemahan, misalnya kapai-kapai, zorro, orkes madun, atau macbeth (eugene ionesco) faust (goethe) dan flies (sartre), mengundang reaksi para pengamat teater. Reaksi itu kemudian menempatkan sosok arifin c. Noer sebagai salah seorang penulis lakon terkemuka negeri ini, sekaligus sebagai penyair, sutradara dan kemudian penulis scenario film ternama.
            Sebagai lakon yang eksperimentalistik “sumur tanpa dasar” uniknya sama sekali tidak berciri absurditas murni – hal yang menggejala dalam karya-karya sastra modern indonesia era 70’an – tetapi justru memperlihatkan upaya persenyawaan kreatif antara tradisi teater modern barat pasca realisme dengan teater tradisional kita; teater rakyat, khususnya lenong betawi dan tarling cirebon. Hasil persenyawaan ini, melalui peralatan simbolisme, diekspresikan arifin c. Noer ke dalam lakonnya ini, sehingga kita akan beroleh peristiwa yang bersuasana kontemplatif tentang konflik kejiwaan  tokoh utamanya, jumena wartawangsa – konflik mengenai persoalan iman dan eksistensi diri
Hidup jumena ibarat sumur tanpa dasar; gelap dan tak berujung, menggapai-gapai

Jakarta, Agustus 1989


 DRAMATIC PERSONAE


JUMENA WARTAWANGSA                      Lelaki Tua
EUIS                                                               Istrinya
PEREMPUAN TUA                                      Pembantunya
MARJUKI KARTADILAGA                                   Adik angkatnya
SABARUDDIN NATAPRAWIRA              Guru Agama
WARYA                                                         Pegawainya
EMOD                                                                        Pegawainya
KAMIL                                                           Si Sinting
LELAKI                                                         Pelukis Sinting
MARKABA                                                   Tokoh Jahat
LODOD                                                          Tokoh Idiot
PEMBURU Alias SANGKAKALA
KABUT-KABUT, ORANG-ORANG
Dan LAIN-LAIN

WAKTU                                                         Kapan Saja

TEMPAT                                                        Di rumah, dalam pikiran Jumena Martawangsa atau di mana saja




BAGIAN PERTAMA


1
SANDIWARA INI KITA MULAI DENGAN SUARA DETAK-DETIK LONCENG YANG MENGGEMA MEMENUHI  RUANG. SUARA DETAK-DETIK INI BERJATUHAN SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA MENIMBULKAN BERMACAM-MACAM ASOSIASI. SESEKALI DI SELA-SELA SUARA INI MENYAYUP PANJANG LOLONG ANJING ATAU SRIGALA YANG SEDANG ‘MERAIH’ BULAN.

2
LONCENG ITU ANTIC, TUA, AGUNG DAN KUKUH PENUH RAHASIA. DARI RONGGA LONCENG MUNCUL KABUT-KABUT ATAU PARA PEMAIN YANG MELUKISKAN KABUT-KABUT. MEREKA MELANGKAH MENGENDAP-ENDAP UNTUK SELANJUTNYA SECARA PENUH RAHASIA MENYEBAR KE SEGENAP ARAH DAN SEGERA GAIB SIRNA.

3
PIGURA ITU TANPA GAMBAR TANPA POTO, KOSONG, TERGANTUNG SUNYI DAN PENUH RAHASIA

4
DI ATAS KURSI GOYANG JUMENA MARTAWANGSA BERGOYANG-GOYANG SUNYI. TAMPAK SESAK PERNAFASANNYA. SEKALI PUN BEGITU, KEDUA MATANYA MASIH MENYOROTKAN PANDANGAN YANG TAJAM. AMAT TAJAM. DAN DALAM KEADAAN SEPERTI ITU JUMENA KELIHATAN SEPERTI SEDANG MENGHITUNG DETAK-DETIK LONCENG.
SEJAK TADI, SEONGGOK KABUT BERDIRI DI SAMPINGNYA MEMAINKAN SEHELAI TALI YANG SIAP UNTUK MENGGANTUNG LEHER. AGAK BEBERAPA SAAT JUMENA MENIMBANG-NIMBANG TALI ITU. KEMUDIAN KABUT ITU MENDEKATKAN TALI GANTUNGAN ITU DAN JUMENA MENCOBA MEMASANG PADA LEHERNYA. DIA TERTAWA.

JUMENA
Kalau saya bunuh diri, sandiwara ini tidak akan pernah ada

Sambil tertawa ia memberikan isyarat agar kabut pembawa tali pergi. Dan pada saat itu detak-detik lonceng semakin lantang. Dari rongga lonceng muncul Sang Kala alias Pemburu yang siap dengan senapannya. Ketika senapan itu meletus, terkumpullah seluruh amarah dan kekagetan Jumena

JUMENA
Bangsat!

TATKALA SANG KALA GAIB BERDENTANGANLAH LONCENG ITU. KEMUDIAN BERDENTANG JUGALAH BERJUTA LONCENG-LONCENG  DAN WEKER. SEDEMIKIAN RUPA SUARA ITU MENEROR SEHINGGA MENYEBABKAN JUMENA BANGKIT. DAN PADA SAAT JUMENA BERDIRI, HENING MENGGANTIKAN SUASANA. LALU JUMENA DUDUK KEMBALI.

PEREMPUAN TUA MUNCUL MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH DI KAKI KURSI GOYANG DENGAN TEMPOLONG YANG LAIN.

P. TUA (Sambil pergi)
Terlalu bernafsu. Pucat sekali wajahnya

5

ENTAH DARI SEBELAH MANA EUIS MUNCUL

JUMENA
Kalau saya bisa percaya, saya tenang. Kalau saya bisa tidak percaya, saya tenang. Kalau saya percaya dan bisa tidak percaya, saya tenang. Tapi saya tidak percaya dan tidak bisa tidak percaya, jadi saya tidak tenang. Tapi juga kalau saya tenang, tak akan pernah ada sandiwara ini

EUIS
Akang

JUMENA
Euis

EUIS
Apa yang akang lihat?

JUMENA
Kau

EUIS
Kenapa?

JUMENA
Ingin tahu apa kau betul-betul cantik

EUIS MERANGKUL DAN MENCIUMI JUMENA, TELINGA JUMENA DAN LAIN-LAIN SEHINGGA MEMBUAT JUMENA KEGELIAN. KEDUANYA TERTAWA-TAWA. SEKONYONG-KONYONG JUMENA MEMATUNG, MURUNG

EUIS
Kenapa, Akang?
(Jumena Memainkan Bulu Matanya Sendiri)
Kenapa tiba-tiba muram, Akang?

JUMENA (Manja-tua)
Umur Euis berapa?

EUIS
Dua enam

JUMENA
Itulah sebabnya!

EUIS
Percayalah akang. Euis akan tetap mencintai akang sekalipun umur akang delapan puluh tiga tahun

JUMENA
Betul?

EUIS
sumpah

JUMENA
Kalau delapan lima?

EUIS
Cinta

JUMENA
Seratus tahun?

EUIS
Euis akan tetap menciumi leher akang

KEMBALI EUIS MERANGKUL DAN MENCIUMI LEHER JUMENA DAN LAIN-LAIN. KEDUA-DUANYA TERTAWA

JUMENA
Kalau saja saya tahu kau betul-betul mencintai saya

EUIS
Euis sangat cinta pada akang

JUMENA
Menyenangkan sekali kalau itu benar

EUIS
Betul Euis mencintai akang

JUMENA
Mungkin, sayang akang tidak tahu persis

EUIS
Tidak perlu

JUMENA
Perlu. Bahkan akang juga ingin tahu apa betul akang bahagia
(Terus mereka berciuman dan tertawa-tawa)
Sesekali enak juga berhibur seperti ini

TERUS MEREKA BERCIUMAN DAN TERTAWA

6

ENTAH DARI MANA MARJUKI KARTADILAGA MUNCUL. IA TERSENYUM SAMBIL MENYEDOT PIPA ROKOKNYA

JUMENA (Kesal-sedih)
Kenapa kau rusak sendiri? Kenapa kau berubah? Lenyapkan itu

(Begitu melihat Marjuki, perhatian Euis beralih dan langsung merangkulnya)

Bangsat. Kau rusak sendiri. Semuanya kau rusak sendiri

(Dalam sunyi Jumena menimbang-nimbang sendiri apa yang baru diucapkannya)

Siapa bilang aneh? Semua ini mungkin saja terjadi. Tuhan, kenapa justru saya merasakan sesuatu semacam kenikmatan dengan segala pikiran-pikiran ini? Kau jebak saya, Tuhan. Kau jebak saya. Tega. Kau! (lalu mulai dengan pikirannya) saya kira mula-mula istri saya…. (Agak lama) Ya, mula-mula istri saya akan berlaku seperti bidadari

(Euis menutup wajahnya seperti seorang gadis kecil)

Mungkin saja….

EUIS (Gemetar)
Tidak mungkin Juki

JUKI
Mungkin saja

EUIS (Gemetar)
Tidak mungkin. Saya tidak bisa meninggalkan dia

JUKI
Segalanya mungkin. Tidak ada tidak mungkin

EUIS
Hati saya mulai bersuara lagi

JUKI
Kalau begitu kau sedang membunuh dirimu sendiri. Apa kamu merasa sedang dihukum? Apa ayahmu sedang melecutmu?

EUIS
Dada saya bergetar sangat kencangnya

JUMENA
Kalimat-kalimat ini berasal dari syahwat

Lolong anjing di kejauhan

EUIS
Kau dengar anjing yang melolong itu?

JUKI
Bukankah suara itu suara kita sendiri? Anjing yang melolong dan menggonggong? Bulan yang kuning

JUMENA
….suara-suara kesepian yang baka dan purba…

JUKI
Euis

EUIS (Sangat takut)
Juki, dia suami saya

JUKI
Dan saya?

EUIS (Bertubi-tubi menciumi Jumena)
Saya mencintai suami saya seperti saya mencintai ayah saya sendiri

JUMENA
Setiap kali dia berlebihan menciumi saya, terasa ciuman itu sebagai niat pembunuhan

JUKI (Melangkah akan pergi)
Baiklah!

JUMENA
Apa yang akan ia lakukan?

EUIS (Mengejar)
Marjuki!

JUMENA
Saya kira begitu

JUKI
Euis, musuh kita selama ini adalah perasaan. Kita harus memusnahkannya. Membunuhnya sama sekali. Kedua orang tua saya mati karena perasaan mereka sendiri. Mereka bangkrut karena mereka terlalu mencintai paman saya. Dan akhirnya mereka mati sebelum mati. karena saya tahu betul kejadian itu, tentu saja saya tidak mau bernasib sama seperti mereka. Saya harus menang terhadap  perasaan saya dan kau pun harus menang terhadap perasaanmu

EUIS
Tapi bagaimana pun dia suami saya

JUKI
Dan saya?

EUIS MENGGIGIT IBU JARINYA SENDIRI YANG KIRI

JUMENA
Apa yang diharapkan perempuan sebenarnya?

EUIS
Seorang suami yang mencintainya…

JUMENA
Saya sangsi…

JUKI
Dan sekalipun dia seorang perempuan atau banci? Tidak, sayang. Seorang perempuan selamanya hanyalah mengharapkan seorang laki-laki. Kalau tidak, pasti bukan perempuan. (Mendekat) lihatlah saya. Seorang laki-laki. Seluruhnya seratus persen

JUMENA
Kenapa membersit pikiran-pikiran seperti ini? Enyah! Enyah!

JUKI
Saya yakin ketika kau sendirian dalam kamar, kau sering duduk-duduk di muka cermin, dan kau tentu sangat suka berbicara pada dirimu dalam cermin

EUIS (Dalam cermin)
Saya seorang perempuan. Saya kesepian. Saya harus menerima apa adanya. Dia suara saya. Bagaimanapun!

JUKI
Kau tahu siapa yang membantah itu?

JUMENA (Melanjutkan)
Itulah musuhmu selama ini

JUKI
Perasaanmu!

EUIS
Tapi kalau itu kita kerjakan berbahaya. Lagi, kenapa kita harus…


JUKI
Bahaya harus berani kita tempuh kalau kita sungguh-sungguh menghendaki kepuasan dalam hidup kita

EUIS
Saya kira saya sudah cukup puas. Saya kira cukup itu…

JUKI
Euis, kau bisa gila karena kelemahanmu. Kau jangan cepat puas. Apa yang kita kecap dalam beberapa hari ini hanya sebagian kecil saja dari sukses. Kita belum mendapatkan semuanya. Jangan takut pada diri sendiri. Persetan itu hati nurani. Diri sendiri adalah milik kita sendiri. Kita harus bebas. Bebas seperti malam-malam dahulu ketika suamimu pergi  ke Tasikmalaya. Malam-malam ketika alam yang murni mempertontonkan dirinya, di mana kita menjadi putra-puteri alam sejati, terbuka dan merdeka

Suara kecapi di kejauhan, sayup dibawa angin sesekali. Jumena memejamkan mata

JUKI (makin rapat merangkul Euis)
Masih ingat pada Abu nawas?

Euis menggaguk kecil. Manja

JUKI
Di tepi sebuah parit, raja berjongkok akan melaksanakan hajat besarnya. Tapi baru saja berjongkok, baginda marah-marah dengan dahsyat, sebab baginda melihat seonggok najis kampul-kampul lewat di bawah anusnya

JUMENA
Apa dia juga berdongeng seperti saya?

JUKI
Maka tatkala dilaporkan bahwa najis yang terombang-ambing itu adalah najis Abunawas, dipanggilnya Abunawas, “Abunawas!”

JUMENA
“Hamba, Tuanku”

JUKI
“Bukankah kau bersalah?”

JUMENA
Bahkan sebaliknya tuanku”

JUKI
“Ha?” Mata raja melotot

JUMENA
“Bahkan sebaliknya tuanku”

JUKI
“Hamba ingin menang sebagai pemuja nomor wahid paduka” Kata Abu Nawas “Saksikanlah kini, tuanku raja, sekarang terbuktilah bahwa Abunawas si warga Baghdad yang paling takjim hormatnya. Tidak saja orangnya suka mengiring ke mana baginda pergi, bahkan najisnya pun mengiring najis rajanya”

(Jumena cemberut, sedangkan Euis terpingkal-pingkal)

Sekalian pengawalnya tersenyum seraya manggut-manggut “Abunawas, kaulah permadani terbaik di kota Baghdad”

(Euis Semakin Terpingkal-Pingkal Sambil Menahan Perutnya)

Lucu?

EUIS
Sangat amat lucu

JUKI
Tidakkah Abunawas seorang yang cerdik?

EUIS
Cerdik sekali. Raja kecerdikan

JUKI
Ya, dan kecerdikan bukan berasal dari perasaan, tetapi dihasilkan oleh kepala dan pikiran. Kau mengerti?

JUMENA
Kejadian seperti ini adalah mungkin dan tidak mungkin. Bagaimana saya harus menaruh kepercayaan kepada orang? Ah, lebih baik duduk-duduk di teras

EUIS
Saya mengerti

JUKI
Kau ahrus betul-betul berani. Berani seperti malam-malam itu

EUIS
Saya betul-betul berani sekarang. Saya kira Abunawas adalah guru kita

JUKI
Masih kau merasa bersalah?

EUIS
Tidak. Saya yakin suami sayalah yang bersalah

JUMENA
Kalau saja dia berani nyerocos seperti itu

JUKI
Kenapa kau bilang begitu?

EUIS
Dia perakus. Mata duitan

(Jumena mengambil sesuatu dan melemparkannya ke pintu)

Pagi-pagi ia sudah pergi mengurus dagangannya, mengurusio pabrik-pabriknya. Pulang-pulang jam dua, jam tiga, lalu selama beberapa jam menghitung-hitung hartanya dan memandangi lemari hitamnya. Setelah maghrib ia menulis atau membaca, lalu pergi. Pulang-pulang jam sembilan, sebentar duduk-duduk minum teh atau kopi lalu akhirnya kembali menghitung-hitung harta dan memandangi lemari hitamnya. Itulah semuanya yang dikerjakannya secara rutin seperti mesin, selama hampir lima tahun saya jadi istrinya.

JUMENA
Lalu apa yang diharapkan dari saya? Duduk-duduk menghabiskan waktu di bawah bulan seperti dalam film-film itu? Saya sudah Bosan!. Apa dia pikir semuanya akan bisa diselesaikan  hanya dengan senyum-senyum dan tiduran berbaring-baring di atas ranjang?
Sekiranya saja dia dapat membuktikan bahwa dengan cara seperti itu dapat digapai kebahagiaan hidup. Tidak! Saya sudah kecap semuanya, saya sudah jalani semuanya! Kosong. Dan cara mengisi hidup seperti itu terlalu mahal ongkosnya dan tidak produktif, apalagi kreatif. Selain bergurau di atas ranjang lama-lama menjemukan juga. Capek, linu-linu apalagi pada pinggang – ah, lebih baik duduk-duduk di teras -

EUIS
Tidak,. Kalau saya serong dengan lelaki lain, bukan salah saya

JUMENA
Mungkin. Tapi pasti bukan juga salah saya

EUIS
Benar, bukan?

JUKI
Bagi saya tak ada yang benar dan yang salah. Dan kenapa mesti ada yang salah dan benar?

JUMENA
Saya kira begitu. Bajingan

JUKI
Keduanya sama tidak penting

EUIS
Jadi?

 JUKI
Tidak perlu kita mempertimbangkan keduanya. Kita hanya harus cepat mempergunakan  setiap kesempatan kalau kita ingin berhasil dalam hidup. Dan saya selalu begitu

(Euis memandangi lelaki itu demikian lama dan tampak bergetaran bulu-bulu matanya. Kemudian Jumena pura-pura batuk. Dan duduk. Terkejut mendengar suara batuk)

Suamimu?

EUIS (Panik)
Aku masuk?

JUKI
Saya akan masuk ke WC

KEDUANYA KELUAR

7

PEREMPUAN TUA MUNCUL MEMBAWA MAKANAN

P. TUA
Lebih baik makan malam dulu, gan

JUMENA (Masih melayang pikirannya)
Saya kira….

P. TUA
Di sini atau di ruang makan, gan? Di sana banyak angin, lebih baik di sini saja

JUMENA
Saya kira….

P. TUA
Tadi pak Warya ke sini

JUMENA (Segera)
Ada apa?

P. TUA
Sengaja menengok agan

JUMENA
Sekarang di mana dia?

P. TUA
Sudah pulang satu jam yang lalu

 JUMENA
Kenapa dia tidak di suruh masuk? Ikut mogok seperti yang lain?

P. TUA
Saya kira tidak begitu. Pak Warya hanya tidak mau mengganggu agan tidur. Nyai bilang sejak sore, agan tidur nyenyak setelah hampir tiga hari sukar tidur. Nyai juga bilang agan mulai lega napasnya. Setelah tidur banyak harus makan banyak, gan, biar lekas sembuh

DETAK-DETIK LONCENG LANTANG MENGGEMA MEMENUHI RUANGAN, KEDUA MATA JUMENA MELOTOT DAN LEHER JUMENA KAKU, SEMENTARA PEREMPUAN TUA ITU TERUS BERBICARA TANPA SUARA

8

MUNCUL WARYA DAN EMOD. KEDUANYA MENGUTARAKAN SESUATU YANG SANGAT MENDESAK KEPADA JUMENA DENGAN KERAS TANPA SUARA. SETELAH BEBERAPA LAMA, PEREMPUAN TUA ITU MENINGGALKAN RUANGAN ITU. TETAPI IA KEMBALI MENDEKATI JUMENA , KETIKA JUMENA TIBA-TIBA BERBICARA KERAS SEKALI DAN MARAH. PEREMPUAN TUA DENGAN RASA KEIBUANNYA MEMIJAT-MIJAT BAHU JUMENA

JUMENA
Mau diapakan lagi? Saya tidak akan merobah keputusan saya. Saya tidak mau. Saya tetap tidak akan memberikan biar segopeng pun. Berapa kali sudah saya bilang sejak kalian jadi pengawas kedua bahwa standar gaji yang ada sekarang cukup baik, adil untuk semua pihak. Prinsip saya cukup realistis karena berdasarkan kebutuhan riil tiap-tiap keluarga. Lagipula saya sudah menghitung dengan cermat berapa setiap keluarga menghabiskan biaya setiap bulan dan berapa sisa yang bisa ditabung

EMOD
Maaf gan, tapi saya kira kebisaaan orang lain. Juga sifat orang. Maksud saya mungkin saja gaji yang diterima seseorang cukup besar tapi bukan tidak mungkin ada saja orang yang menganggapnya masih kurang.

JUMENA
Itu karena umumnya semua orang boros. Saya yakin itu. Cobalah kamu Tanya istri saya berapa ongkos rumah ini. Barangkali kamu tidak percaya kalau saya bilang ongkos bulanan rumah ini kurang dari gaji yang kamu terima setiap bulan

EMOD
Tapi ini keadaan istimewa, gan. Maksud saya tidak setiap kali orang mengadakan pesta perkawinan

JUMENA
Dengarkan. Kalau orang mau hemat dan rajin menabung, niscaya tidak akan mengalami kekurangan biar segobang pun. Bisa kalian buktikan bahwa standard dan peraturan-peraturan yang saya buat merugikan? Kamu lupa gaji rata-rata di sini setengah kali lebih besar dibanding tempat-tempat lain? Coba kalian mampir ke pabrik tenun Mustopa atau pabrik minyak kacang Haji Bakri dan Tanya berapa orang-orang di sana terima gaji? Sekali lagi War, Mod. Kalau orang mau hemat, insaAllah tidak akan menemui kesulitan  apa-apa. Dengan gaji yang mereka terima, mereka akan dapat membiayai ongkos pengobatan dan apa saja. Dan lagi, tidak masuk akal kalau saya pun harus menanggung biaya pemborosan kalian. Coba saja, kalian boros dan saya harus menanggung keborosan kalian, sinting namanya. Apalagi untuk pesta kawin, lebih sinting lagi.

SEMENTARA JUMENA BERBICARA, SEPANJANG ITU SEORANG DEMI SEORANG PARA PEKERJA. PADA WAJAH MEREKA HANYA TAMPAK TUNTUTAN-TUNTUTAN MEREKA. MAKA BEGITU SELESAI JUMENA BICARA SERENTAK MEREKA SEMUA BICARA, SANGAT KERAS DAN SANGAT KERAS. BAHKAN KETIKA MEREKA SUDAH MENINGGALKAN RUANG ITU MASIH TERDENGAR HIRUK PIKUK ITU.
DI TENGAH SUARA GADUH ITU JUMENA BERTERIAK “Pemboros semua! Pemalas! Kerbau! Kambing!” SAMBIL MENGHALAU MEREKA DAN MEREKA KELUAR

9

LAMPU PENTAS MENYUSUT DAN BERUBAH WARNA. MUNCUL SANG PEMBURU DARI RONGGA TUA ITU. TOKOH AGUNG INI SEMAKIN MEMBESAR DAN MEMBESAR, SEMENTARA ITU JUMENA TERKAPAR DI LANTAI. WAJAHNYA MENDONGAK TEGAK KE LANGIT-LANGIT

JUMENA
Datang juga kau

PEMBURU
Kapan pun datang juga

JUMENA
Datang juga kau

PEMBURU
Kapan pun datang juga

JUMENA
Kenapa kau datang?

PEMBURU
Kenapa kau datang?

JUMENA
Kenapa kau datang?

PEMBURU
Kenapa kau datang?

JUMENA
Kau permainkan saya

PEMBURU
Kau permainkan saya

SETELAH AGAK LAMA

JUMENA
Saya kira saya akan mati dua puluh tahun yang lalu

PEMBURU
Kau telah mati sejak kau mengira kau akan mati

JUMENA
Kau permainkan saya

PEMBURU
Kau permainkan saya

JUMENA
Dari siapa kau tahu saya akan mati?

PEMBURU
Kau sendiri yang mengatakannya

SETELAH AGAK LAMA

JUMENA
Jadi bagaimana?

PEMBURU
Apa?

JUMENA
Kapan saya mati?

PEMBURU
Tempo hari kau bilang kapan?

JUMENA
Dalam waktu dekat ini

SETELAH AGAK LAMA

Dalam waktu dekat ini?

PEMBURU
Kapan kau bilang tadi?

JUMENA
Dalam waktu dekat ini

PEMBURU
Kau percaya?

JUMENA
Ada yang membisikannya pada saya

PEMBURU
Siapa?

JUMENA
Saya sendiri

PEMBURU
Kau permainkan kau

KEMUDIAN SEGEROMBOLAN KABUT MENYEKAP JUMENA. TENTU SAJA KEADAAN ITU MEMBUTA JUMENA SUKAR BERNAFAS. MEGAP-MEGAP.


10

SETELAH KABUT-KABUT PERGI, SEMUA LAMPU MENYALA KECUALI PADA LONCENG. EUIS MUNCUL DAN TERKEJUT MELIHAT SUAMINYA SEDANG BATUK-BATUK PARAH BERJONGKOK DEKAT JENDELA.

EUIS
Akang (Menghampiri suaminya)

JUMENA (Segera bangkit)
Tidak apa-apa. Tidak apa-apa

EUIS
Sebaiknya akang makan. Euis tadi ngaji. Ini kan malam Jum’atan

(Jumena duduk dan tampak sesak sekali pernafasannya)

Euis suapi, akang?

JUMENA (Pada penonton)
Pasti ada apa-apa. Pasti ada apa-apa (Pada Euis) jangan berlebihan. Saya masih kuat mengangkat meja, apalagi sendok. Saya bisa menyuap sendiri (Mulai akan makan. Lama hanya melihat saja pada makanan) tak ada nafsu saya

EUIS
Dipaksa, akang

JUMENA
Siapa yang akan memaksa saya?

EUIS
Akang sendiri

JUMENA
Saya tidak mau. Saya juga tidak mau memaksa diri saya sendiri hanya agar saya makan. Sudah, berhenti kau bicara. Saya sedang kesesakan

EUIS
Euis gosok dengan….

JUMENA
Berhenti kau bermain sandiwara dan diam (Pergi duduk)

11

DETAK-DETIK LONCENG LANTANG. BERATUS LELAKI DAN PEREMPUAN MUNCUL DARIMANA-MANA. DI PENTAS TERJADI HIRUK PIKUK. DI ANTARA MEREKA KELIHATAN WARYA DAN EMOD DENGAN WAJAH BERANG DAN MENGHUNUS GOLOK BESAR. KEMUDIAN TIBA-TIBA DI SELA-SELA HIRUK-PIKUK TERDENGAR JERITAN SEORANG PEREMPUAN DAN BEBERAPA SUARA MENERIAKKAN “PEMBUNUHAN! PEMBUNUHAN!” KETIKA KUMPULAN ORANG ITU BUBAR, TERTINGGAL DUA LELAKI. KEDUANYA PENUH RAHASIA. MEREKA MARKABA DAN LODOD

JUMENA
Siapa mereka?

LODOD
Dia menanyakan kita (Tertawa)

MARKABA TERTAWA

JUMENA
Siapa? (Mengingat keras)

MARKABA
Saya Jumena

LODOD
Saya juga Jumena

12

SAMBIL TERTAWA-TAWA, KEDUANYA PERGI ENTAH KEMANA. KEMUDIAN JUMENA BERKELUH PANJANG SEKALI. SETELAH AGAK LAMA, DIA MULAI MERASA ENAKAN SEDIKIT. LEGA.

JUMENA
Omong-omong berapa belanja kita hari ini?

EUIS
Akang lagi sakit, kenapa mesti urus juga tetek bengek semacam itu?

JUMENA
Bukan tetek bengek, tapi uang. Dan saya tidak pernah sakit untuk urusan uang. Ini satu-satunya hiburan saya, gila kalau saya tidak memeliharanya. Sekarang katakan berapa belanja kita hari ini?

EUIS
Sama seperti kemarin

JUMENA
Kalau begitu masih ada sisa buat besok

EUIS
Masih

JUMENA
Sebetulnya masih bisa juga untuk belanja dua hari lagi, tapi kau belum tahu seninya. Tidak apa. Kelak kau pasti bisa. Tapi sekali lagi saya nasihatkan jangan sekali-kali kau suruh orang lain berbelanja. Juga jangan Nyai kau itu, belanjalah sendiri. Semua orang sama saja. Tukang catut! Jangan salah paham, ini bukan sikap kikir, tapi sikap cermat, dan kau tahu berkesenian dengan uang selain menghargai jerih payah

SUNYI

EUIS
Sepi sekali rasanya, padahal baru beberapa hari saja pekerja-pekerja mogok. Pabrik apalagi, sepi.

JUMENA
Persetan

EUIS
Betapa kaget kalau Juki nanti datang

JUMENA
Kenapa dia tiba-tiba bicara tentang Juki? Pasti ada apa-apa. (Pada Euis) Juki akan sepaham dengan saya. Tapi kalau dia mau main solider-solideran, boleh saja. Saya bisa kerjakan semuanya sendiri, kalau saya mau. Saya kawal sendiri barang-barang saya ke Jakarta. Kalau saya mau

(Sunyi)

JUMENA
Hati-hati, Euis

EUIS
Hati-hati apa kang?

JUMENA
Juki

EUIS
Kenapa?

JUMENA
Dia tampan kan?

(Euis Cuma diam saja. Kesal sudah tentu, tetapi semuanya dia tahan saja dalam hati)

Dia tampan kan? Bilang terus terang

EUIS (dingin)
Biasa

JUMENA
Dia tampan, lebih tampan dari saya. Bahkan lebih muda

EUIS
Lalu?

JUMENA
Tidak apa-apa. Saya hanya bilang hati-hati. (Tiba-tiba gugup) jangan lupa, dulu dia hidup diantara pencoleng-pencoleng Senen, kau tahu Senen?

EUIS
Ya, lalu kenapa?

JUMENA
Nah, lebih dari soal-soal mesum adalah pisau permainan orang macam dia

EUIS
Saya pun tidak mengerti kenapa bahkan akang pun tidak mempercayai Juki yang boleh dibilang saudara akang sendiri

JUMENA
Saya tidak curiga,. Saya hanya bersikap hati-hati

EUIS
Barangkali akang terlalu hati-hati sehingga membuat akang sendiri tidak bisa tentram

JUMENA
Hanya orang bodoh yang bisa tentram. Lagipula kalau kau bilang saya terlalu hati-hati, sebaliknya kau kurang hati-hati. Terus terang saya katakan, saya tidak senang kalau kau keluar dari kamar mandi tanpa BH

EUIS
Tapi Euis selalu pakai baju

JUMENA
Ya, tapi tidak pakai BH. Itu kurang baik. Dan mata Juki bukan mata kelereng. Pokoknya saya tidak suka. Punt! Atau kau memang sengaja ingin menarik perhatiannya?

EUIS
Akang, sudah empat tahun kita berumah tangga dengan….

JUMENA
Itu bukan jaminan. Pernah juga saya pergoki kau dan Juki sedang sayik omong-omong di dapur. Apa perlunya kau suruh dia menemani kau di dapur?

EUIS
Saya tidak pernah menyuruh dia. Dia datang sendiri

JUMENA
Dan kau ladeni?

EUIS
Lalu apa harus saya usir?

JUMENA
Itu terserah bagaimana cara kau, tapi pemandangan serupa itu tidak enak di mata, apalagi di hati

EUIS (Gembira)
Akang cemburu?

JUMENA
Cemburu! Minderwaardig! Buat apa? Saya hanya tidak suka milik saya diganggu orang

(keduanya diam. Masing-masing terpaku oleh pikiran dan perasaannya sendiri-sendiri)

Saya betu-betul tahu sekarang, saya sudah mulai tua. (Lirih hampir mendesah, seperti bercampur tangis tua) Tidak ada orang yang mencintai saya. Tidak siapapun dan apapun yang mencintai saya

EUIS
Akang yang tidak pernah mau mencintai saya. Selama empat tahun Euis mencoba meyakinkan akang betapa Euis mencintai akang, betapa…..

JUMENA
Berhenti kau bicara. Saya tidak mau kalau…. Ah, lupakan semuanya (Menuju makanan yang tersaji) Tak ada nafsu saya. Saya lapar, tapi tak ada nafsu
  
EUIS
Lebih baik akang tidur

JUMENA
Bawa lagi ke dapur

EUIS
Biar saja di meja ini. Siapa tahu akang ingin makan tengah malam nanti

JUMENA
Menantang dia! (Kasar) masuk ke dapur!

EUIS MEMBAWA MAKANAN MASUK KE DALAM

13

DETAK-DETIK LONCENG LANTANG, JUMENA KEMBALI DISIKSA PIKIRANNYA SENDIRI

JUMENA
Jangan terus-terusan kau siksa aku seperti ini, Tuhan. Selalu kau bilang sebaliknya. Tak henti-henti. Kau selalu bilang sebaliknya

LAMPU PENTAS BERUBAH. ANGIN DAN HUJAN DERAS SEKALI. KILAT PETIR, HALILINTAR. MUNCUL PEMBURU DAN KABUT-KABUT, MEREKA, BEBERAPA SAAT HANYA MEMATUNG, LALU MELINTASI PEKERJA-PEKERJA PIMPINAN WARYA DAN EMOD

JUMENA
Pergi kalian!

LODOD
Dia mengusir kita

MARKABA TERTAWA, LODOD TERTAWA

JUMENA
Mau apa kalian!? Pergi! Pergi!

PEMBURU
Jangan hiraukan, tidurlah

JUMENA
Saya tidak mau tidur, mereka akan membunuhku!

PEMBURU
Bodoh, kalau sampai mereka bisa membunuh kau. Tidurlah. Buat apa kau pusingkan, toh kau akan mati juga sekalipun bukan mereka yang membunuh kau.

JUMENA
Saya ingin tentram

PEMBURU
Tidurlah

JUMENA
Saya tidak bisa

LODOD
Dia ingin tentram tapi dia tidak mau tentram (Tertawa)

MARKABA TERTAWA

PEMBURU
Diam semua!

KECUALI LONCENG, SEMUA DIAM, JUGA HUJAN DAN LAIN-LAIN. MUNCUL EUIS DAN JUKI. MEREKA BERCUMBU

MARKABA
Jangan di sini

LODOD
Di bawah ranjang saja

MARKABA
Jangan. Nanti ketahuan. Di gudang saja

LODOD
Tapi di sana banyak tikus

SEMUA
Ssstt.

MARKABA
Di bawah ranjang saja

JUKI DAN EUIS MASUK KE BAWAH RANJANG DAN KEMUDIAN BERSETUBUH DI SANA. SEMENTARA ITU, WARYA DAN EMOD MENGENDAP-ENDAP MEMBAWA SESUATU SEMACAM GONI PADAT BERISI; CUMA LEWAT. PEREMPUAN TUA MUNCUL MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH DI KAKI KURSI GOYANG. MARKABA DAN LODOD MENCABUT PIGURA KOSONG ITU DAN MEMBAWANYA KE JUMENA. SETELAH CUKUP LAMA JUMENA MEMANDANGI PIGURA ITU, KEDUA LELAKI ITU KEMBALI MEMASANG PIGURA SEPERTI SEMULA SAMBIL TERTAWA-TAWA. PADA SAAT ITU DOKTER LEWAT.

MARKABA DAN LODOD SECARA RAHASIA MEMPERCAKAPKAN SESUATU. TIDAK LAMA KEMUDIAN MUNCUL JUKI MENEMANI MEREKA. LALU MERUNDINGKAN SESUATU. DENGAN HATI-HATI MEREKA MASUK KE DALAM KAMAR, DAN BERGANTI-GANTI MENYETUBUHI EUIS. PADA SAAAT ITU MUNCUL SABARUDDIN DAN BERBICARA PADA JUMENA TANPA SUARA. LELAKI INI BEBERAPA TAHUN LEBIH MUDA DARIPADA JUMENA.

DOKTER DAN EUIS MUNCUL DARI DALAM

DOKTER
Ada baiknya bapak di bawa ke rumah sakit

EUIS
Bapak keras kepala

DOKTER
Itulah sebabnya

EUIS
Tapi bapak tidak mau

SAMBIL MELANJUTKAN PEMBICARAAN, KEDUANYA KELUAR


14

SABARUDDIN
Jum, kau sebenarnya hanya capek, terlalu capek. Rupanya kau tidak pernah istirahat. Rupanya selama ini kau hanya bekerja dan bekerja, berpikir dan berpikir. Dua puluh tahun lalu ketika pertama kali saya kenal kau.ketika untuk pertama kalinya kau membuka sawah dan ladang di sini, bahkan sampai saat kau mulai usaha di bidang pertenunan, saya selalu melihat kau sebagai lelaki yang paling bersemangat dan paling bergembira di kota ini. Waktu itu, bahkan kau sendiri mengatakan bahwa hidup di sini cocok untuk kau sebab kota ini tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Sejak dulu saya cemburu melihat bagaimana kau seolah menjadi satu dengan usaha-usaha kau. Terus terang waktu itu saya membayangkan betapa bahagianya kau. Tapi hanya satu yang saya sangsikan, yaitu sempatkah kau mengecap hidup ini?

JUMENA
Tidak. Tidak pernah dapat. Banyak kesempatan untuk itu, tapi memang hidup saya tidak dapat mengecap hidup ini

SABARUDDIN
Masuk akal, sebab seluruh waktu hanya kau isi dengan kerja dan berpikir, maksud saya memecahkan persoalan perusahaan-perusahaan kau. Kau memiliki sawah tapi tidak pernah menikmati sawah, kau hanya menikmati uangnya. Bahkan saya sangsi kau bisa menikmati uang. Saya kira kau hanya sempat menghitung-hitung uang seperti juru hitung. Beberapa tahun terakhir malah saya, berani memastikan kau tidak bahagia

JUMENA
Saya kira bukan maksud kau membicarakan hal-hal semacam itu maka saya harapkan kedatangan kau. Memang saya memerlukan teman berbicara, tapi saya kira ada persoalan yang mungkin lebih penting daripada itu

SABARUDDIN
Tapi tak ada salahnya kau mendengarkan nasihat saya. Sebelumnya saya perlu katakan bahwa apa yang saya ingin lakukan untuk kau tak lebih hanya atas nama persahabatan. Saya tetap sebagai sahabat dan bukan sebagai seseorang yang ingin mengislamkan kau. Saya berbicara di sini karena saya selalu merasa berteman. Jum, percayalah saya. Kau perlu istirahat.

JUMENA
Bagaimana?

SABARUDDIN
Ada baiknya kau melancong ke tempat lain

JUMENA (Tertawa)
Kalau kau tahu

SABARUDDIN
Kenapa kau tertawa? Ini sungguh-sungguh

JUMENA
Kalau kau tahu kenapa saya dua puluh tahun yang lalu memutuskan untuk tinggal di sini, barangkali kau tidak akan menyarankan seperti itu. Dua puluh tahun lalu saya pun menasehati diri saya sendiri agar saya melancong ke tempat lain, minggat dari Jakarta, minggat dari politik-politikan dan lain-lain pekerjaan yang memang bukan bidang saya.
Barangkali saya bisa sedikit lebih tenang kalau bisa jadi pengarang. Terlalu banyak yang saya bisa kandung, tapi saya tidak mampu melahirkannya. Tidak, saya tidak punya bakat untuk itu. (Tertawa) dua puluh tahun lalu saya benamkan seluruh diri saya dalam kegiatan perusahaan saya, dengan harapan bisa tentram. Saya tutup mata saya, telinga dan hati saya, bahkan seluruh mimpi saya.
Sekarang setelah dua puluh tahun, kau menyarankan agar saya melancong ke tempat lain untuk istirahat. Saya jadi merasa geli, apa mungkin hidup hanya bisa diatasi dengan pelancongan seperti itu!? Kau tahu benar apa sebenarnya yang sangat merisaukan saya terutama akhir-akhir ini?

SABARUDDIN
Saya kira…

JUMENA
Kau tidak tahu! Terus terang saya takut mati

SABARUDDIN
Saya kira setiap orang…

JUMENA
Belum tentu. Selain itu sampai sekarang saya belum punya seorang anak. Empat kali saya beristri

SABARUDDIN
Banyak orang yang…

JUMENA
Lalu untuk apa semua yang selama berpuluh tahun saya kerjakan?

SABARUDDIN
Apa tidak lebih baik kau memungut anak angkat?

JUMENA
Kau simpan saja saran itu. Sudah terlalu sering orang menyampaikannya pada saya. Dan saya tidak memerlukan itu
(Pause)
sekarang saya sedang rencanakan sesuatu. Gagasan ini pasti kau sambut dengan gembira karena akan menyangkut pekerjaan kau (Tersenyum lebar) Saya akan membangun kembali masjid kota ini

(Sabaruddin cuma diam tidak yakin)

Kenapa? Kau tidak percaya?

SABARUDDIN MASIH DIAM

JUMENA
Kau kira saya bergurau?

SABARUDDIN
Saya gembira sekali. Alhamdulillah. Sepuluh tahun saya menunggu ada orang yang mengucapkan itu

JUMENA
Tapi jangan salah paham. Saya akan mengerjakan semua itu bukan dengan tujuan muluk, apalagi tujuan keagamaan. Saya tidak punya tujuan seperti itu. Saya hanya merencanakan hal itu lantaran saya rasa, mungkin saya bisa ikut bahagia bersama kau

SABARUDDIN
Kalau begitu, boleh saya bertanya, kenapa bukan gereja saja yang kau bangun?

JUMENA
Saya kenal seorang perempuan tua yang telah memelihara saya sampai saya agak besaran

(Sabaruddin tersenyum tidak percaya)

Perempuan tua itu bukan ibu saya. Tapi dia memelihara saya. Setiap kali ia menidurkan saya, perempuan tua itu selalu bersenandung. Kemudian saya tahu apa yang disenandungkan, persis seperti lagu-lagu pujian yang bisaa dinyanyikan anak-anak di mesjid
Saya kira inilah satu-satunya kenangan masa kanak-kanak saya.

SABARUDDIN (Setelah agak lama)
Baiklah. Kapan kau akan mulai rencana itu?

JUMENA
Selekasnya. Setelah kau menyusun suatu panitia

SABARUDDIN
Itu tidak terlalu sukar

JUMENA
Selain itu, saya akan membangun rumah gelandangan

SABARUDDIN
Diam-diam, kau sedang mengakui bahwa ada cara lain selain cara yang pernah kau tempuh dalam mengisi hidup ini (Dengan gembira meluap-luap) sekarang Jum, jalanilah apa yang telah saya sarankan

JUMENA
Melancong?

SABARUDDIN
Bukan. Yang sebelumnya. Ah, mungkin tadi kau kurang memperhatikan. Begini. Kau pernah menyaksikan riwayat sekuntum bunga?

JUMENA
Belum

SABARUDDIN
Sama sekali?

JUMENA
Saya tidak begitu tertarik lagi justru setelah saya tinggal di tempat ini

SABARUDDIN
Menyesal sekali. Jum, bangunlah pagi-pagi dan amati secara teliti betapa indahnya kehidupan yang berlangsung di pekarangan rumah kau. Ada baiknya juga kau memelihara ikan hias. Sekedar hanya sebagai hiburan saja. Saya kira di sana kau dapat juga merasa ikut bahagia bersama-sama bunga dan ikan-ikan dalam akuarium

JUMENA
Apa ku juga merasa begitu pasti seperti halnya dokter saya?

SABARUDDIN
Paling sedikit tekanan darahmu akan meluncur turun dalam tempo kurang dari sebulan

JUMENA
Saya harus coba lagi. Saya harap pelancongan saya kali ini yang terakhir dan saya bisa tentram

SABARUDDIN
Dengan semua itu, Jum, kau akan menikmati buahnya. Mesjid itu akan semakin semarak dan penuh cahaya. Jemaahnya yang berbahagia akan semakin semarak, anak-anak yang terlantar itu….

JUMENA (Melayang)
Ya, ya…

SABARUDDIN
Akan semakin besar dan besar, sehat dan berpendidikan, dan semakin tumbuh dan tumbuh seperti halnya kuntum-kuntum bunga dan ikan-ikan dalam akuarium, betapa indahnya hidup

JUMENA
Ya, ya…

PEREMPUAN TUA MUNCUL MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH DENGAN TEMPOLONG YANG LAIN

SABARUDDIN
Tidak lama lagi kau akan dapat menghisap udara pagi kau kembali. Tidak lama lagi kau akan kembali mengetahui berapa harga sinar surya kala pagi

JUMENA
Saya akan kembali merasakan betapa sejuknya air yang membasahi badan kalau saya sedang mandi

SABARUDDIN
Suatu pagi, jalan-jalanlah telanjang kaki, nanti kau akan dapat juga merasakan betapa nikmatnya kaki kita menginjak basah rerumputan dan batu-batu kerikil sementara angin tipis mengusap-usap lembut hidung dan telinga

PEMBURU MENEMBAKKAN SENAPANNYA. DAHSYAT LETUSANNYA

JUMENA
Suara apa itu?

SABARUDDIN
Seperti lumrahnya, sehelai daun gugur

JUMENA
Saya kira suatu bom

LAMPU TIBA-TIBA PADAM


BAGIAN KEDUA

ADEGAN KEDUA DIMULAI KETIKA JUKI DAN KAMIL TERTAWA TERBAHAK-BAHAK. TENTU SAJA KARENA ULAH LELAKI TUA GILA YANG BIASA DIPANGGIL KAMIL, YANG SELALU BERPAKAIAN ALAM KAUM TERPELAJAR ANGKATAN ’08. TUBUHNYA SANGAT KURUS SEPERTI HABIS DIHISAP OLEH MIMPI-MIMPINYA SENDIRI. SEMENTARA ITU DENGAN GANAS MUNCUL PEREMPUAN TUA

P. TUA
Huss, jangan terlalu keras. Agan sedang tidur (Keluar)

KAMIL
Kenapa saya suka meramal? Sebab saya suka ilmu kebatinan, alias mistik dan ilmu kejiwaan? Sebab dunia sekarang sudah berat sebelah
Nah, sekarang inilah peradaban sekarang, kepala terus diisi sementara dada dibiarkan masuk angina, maka kepala terlampau berat  tak dapat lagi ditopang oleh dada. Seperti ondel-ondel terkena angin puyuh. Maka terhuyung-huyunglah manusia zaman sekarang seperti pemabuk! Padahal sumber kekuatan hidup sebenarnya ada di sini. Nih (Menunjuk ulu hati) bukan di kepala seperti kata Jumena. Karena dia sinting!

P. TUA (Di pintu belakang)
Sudah! Sudah! Berhenti pidato!

KAMIL
Naaah! Pidato! Saya ingat lagi sekarang.
Pidato. Zaman-zaman sebelum filsafat Sokrates, atau professor Raden Hidayat menyebutnya dengan istilah “Zaman Kata-kata Bunga Berduri”. Boleh, boleh saja disebut Zaman Retorika, tapi saya cenderung menyebutnya dengan istilah sendiri sesuai semangat kemandirian Professor Djojodiguno. Sumber kekuatan pada kata! Kata Mereka! Padahal sumber kekuatan hidup ada di sini! Di jantung!

JUKI
Bukan di kaki, den Kamil?

KAMIL
Kaki itu sebenarnya tidak perlu lagi kalau orang sudah tinggi ilmunya. Kau percaya bahwa saya setiap malam pergi ke Mekah? Sukar saya jelaskan. Kau masih kotor. Ini ilmu-ilmu zaman dulu. Mau bukti? Saya bisa membelah meja ini! (Siap dengan pukulan karate)

JUKI
Jangan den, sayang mejanya

KAMIL
Memang tidak perlu. Sifat ilmu itu tidak merusak. Tapi kalau yang memiliki tidak kuat jiwanya, bisa jadi sinting. Hati-hati memilih kiayi

JUKI
Merokok dulu den Kamil

KAMIL
Tolong menolong itu sifat nabi Nuh!

JUKI
Kata orang, den Kamil dulu…

KAMIL
Orang kaya?

JUKI
Ya

KAMIL
Tidak salah! Saya ini masih keturunan Sunan Gunung Jati tapi lebih cenderung kepada Syekh Lemah Abang. Kata sementara orang saya ini orang kaya, jadi saya orang kaya. Apa kata orang sebenranya tidak ada yang salah. Semuanya benar, sebab semuanya berasal dari jiwa. – Sukma! Sukma! Sukma! – tidak percaya saya ini orang kaya? Bapak saya dulu suka menggambar, jadi saya masih keturunan pujangga. Kau tahu bahwa saya punya pabrik minyak kacang? Sawah? Saya punya. Ladang? Saya punya. Tambak ikan? Punya. Rumah saya berderet sepanjang jalan terbesar di kota Cirebon. Took? Tiga buah

JUKI
Istri, den Kamil?

KAMIL
Istri saya? Istri saya lebih cantik daripada Siti Zulaikha yang memperkosa Nabi Yusuf. Cobalah angkat gudang yang terbesar di pelabuhan Cirebon dan bawa kemari untuk menyimpan harta saya, tidak akan cukup. Saya ini sangat kaya. Jangan sembrono. Orang kaya itu galak. Dan empat puluh, saudara, empat puluh kamar dalam rumah saya

P. TUA
Husss… jangan terlalu bising

EUIS
Makan dulu, Mil. Di dapur

KAMIL (Melihat Euis lalu melihat Juki lalu tertawa)
Jejak-jejaknya mulai tercium (Pada Juki) Nanti saya ramal telapak tangan saudara!

EUIS
Sudah, sudah! Masuk!

KAMIL (Sambil pergi)
Siapa bilang buah Khuldi itu apel?

2

P. TUA
Sudah waktu makan. Tidak perlu juragan dibangunkan?

EUIS
Jangan. Biarkan. Beberapa hari belakang ini akang mulai kelihatan sakit lagi

P. TUA
Nyai kira juga begitu (Keluar)

3

EUIS
Anda harus menasehati

JUKI
Saya kira memang begitu. Tapi kau juga jangan diam saja

EUIS
Sudah terlalu sering. Tidak pernah mau dengar. Hampir lima tahun saya jadi istri dan hampir selama itu pula ia tidak pernah mau dengar saya bicara. Saya selalu dituduh yang tidak-tidak, dikira bersandiwara. Terhadap anda tentu sikap akang lain, setidak-tidaknya dulu akang pernah tinggal di rumah anda. Saya kira akang merasa bersaudara dengan anda.

JUKI
Kalau saja begitu, tentunya tidak akan sejelek ini. Dia tidak pernah mau percaya sama orang lain. Itu susahnya. Semua diurusnya sendiri dan semua yang bekerja dia pukul rata sebagai kuli atau mandor. Dan saya tidak lebih dari mandornya seperti yang lain!
Memang saya boleh dibilang sebagai adiknya tapi saya kira dia lebih percaya kepada kau daripada kepada saya.

EUIS
Mestinya begitu (Diam) empat tahun sudah. Dia tidak pernah berubah. Dia tidak pernah percaya bahwa ada orang yang mencintainya sementara dia sendiri tidak pernah bisa mencintai

JUKI
Percaya kepada saya. Dia diam-diam mencintai kau, tapi dia tidak percaya kalau kau mencintainya. Dari kelima perempuan yang pernah dia kawini  Cuma dua orang yang sungguh-sungguh dia cintai. Kau dan istrinya yang pertama.
Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya kenapa dia menceraikan istrinya yang pertama, padahal sangat dia cintai lagi seorang perempuan yang berpendidikan tinggi. Beberapa kawan menduga mungkin karena mertuanya yang mata duitan.
Percayalah Euis, akangmu hanya sangat kesepian. Sampai setua ini keinginannya untuk punya anak belum terwujud. Saya kira gampang kita maklumi

EUIS
Tapi saya sekarang sedang mengandung, dan saya yakin….

JUKI
Betul, Euis? Kalau begitu selesailah masalahnya. Percayalah, semua akan selesai dengan sendirinya hanya karena anak dalam kandunganmu itu. Syukurlah Euis saya harap kau lebih hati-hati

EUIS
Tapi dia tetap tidak mau percaya

JUKI
Kau harus sabar. Tunggu sampai dia sendiri melihat bagaimana anak dalam kandungan itu semakin membesar dan membesar. Dan kalau dia tetap tidak percaya kau sedang mengandung, pandangan matanya yang salah atau dia memang tidak pernah percaya pada matanya sendiri.
Syukurlah Euis. Ah, sebentar nanti saya kira saya pun mulai membicarakan hal itu dengan dia.
Seperti dongeng saja. Justru setelah hampir seluruh rambutnya putih tiba-tiba akang Jumena akan punya (Tertawa) akang akan punya anak. Jangan lupa Euis kau harus, harus… lebih baik kau tanyakan kepada Nyai.

EUIS
Tapi saya pikir

JUKI
Kenapa kau begitu cemas tiba-tiba?

EUIS
Maksud saya…. Apakah…. Apakah…. Ada perlunya…. Apakah tidak lebih baik anda tidak usah menyinggung soal kandungan saya ini dalam pembicaraan kapan pun dengan akang!? Maksud saya sebelum saya berhasil meyakinkannya sendiri? Sebab…..

JUKI
Saya tidak mengerti maksud kau dan saya sangat heran kenapa…. Atau kau telah berbohong?

EUIS
Berbohong?

JUKI
Kau telah membohongi saya. Kau sebenarnya tidak mengandung?

EUIS
Saya yakin kalau saya sedang mengandung. Untuk apa saya berbohong?

JUKI
Kalau begitu tak ada yang perlu dicemaskan. Percayalah, Euis. Semuanya akan berubah seketika hanya karena berita gembira ini. Lihatlah nanti. Saya tahu bagaimana caranya menyampaikan berita ini ke telinga tebalnya itu.

EUIS
Hati-hati…. Jantungnya.

JUKI
Kau memang istrinya, tapi saya jauh lebih mengenalnya daripada kau

4

PADA SAAT BARIS-BARIS TERAKHIR DIUCAPKAN, JUMENA MARTAWANGSA SUDAH BERADA DALAM RUANGAN ITU. TENTU SAJA MEREKA KAGET

JUKI
Syukurlah, akang bisa tidur nyenyak

JUMENA DIAM SAJA

EUIS
Tidak lebih baik akang makan dulu?

JUKI
Ya, saya sudah mendahului

JUMENA DIAM SAJA. SETELAH BEBERAPA LAMA EUIS KELUAR

5

JUKI
Saya senang akang bisa tidur

JUMENA
Saya Cuma berguling-guling, merem-merem ayam. Sebegitu lama saya berpejam saya masih belum memastikan bagaimana rasanya mati. Saya hanya merasa bagian punggung dan dada saya menjadi panas, kemudian semutan. Sesaat saya merasa sedang terbang, merasa ringan seperti buih sabun. Kemudian segera saya buka kembali mata apabila saya merasa akan betul-betul terbang atau menguap. Akhirnya saya merasa kesesakan karena jantung saya melipatkan kecepatannya. Tapi setelah saya merasa kembali tenang, saya ulangi lagi berjam-jam dan begitu seterusnya sampai saya jadi diam.

JUKI
Cukup sampai di situ aja akang menderita. Sebentar lagi akang melonjak seperti anak kecil setelah mendengar berita gembira dari saya. Akang tidak perlu lagi terus-terusan mati, tapi akang akan terus-terusan bersiul setelah akang mau mendengar betapa sebenarnya akang orang yang paling bahagia di dunia

JUMENA
Kau mau memberitakan kepada saya bahwa Euis sedang mengandung?

JUKI
Akang sudah tahu?

JUMENA
Setiap awal bulan saya bisa memastikan Euis akan mengatakan hal yang sama pada saya

JUKI
Dan akang tetap tidak percaya?

JUMENA
Tiga kali yang pertama saya percaya, tapi setelah itu saya bentak setiap kali dia mengatakan kemungkinan itu

JUKI
Sekarang pun akang masih tetap tidak mempercayainya?

JUMENA
Saya suaminya, Juki, saya lebih tahu. Bahkan saya lebih tahu kesehatan paru-parunya.

6

P. TUA (Muncul di pintu depan)
Pak Emod minta ketemu, gan. Beliau ada di serambi

JUMENA (gugup)
Beri saya rokok, Juki

JUKI
Saya kira tidak baik untuk….

JUMENA
Cuma dua hisap (Setelah menghisap rokok) tidak menolong (Dimatikannya) Saya kira sudah waktunya saya menghisap madat kalau saya sudah sembuh betul

P. TUA
Boleh pak Emod saya persilahkan kemari, gan?

JUMENA
Bilang saya sedang sibuk merencanakan penutupan pabrik

PEREMPUAN TUA KELUAR

7

JUKI
Kalau memang sama sekali tidak ada harapan, kenapa akang bersikeras tidak mau mengambil anak angkat? Saya kira yang akang perlukan adalah seorang anak yang diharapkan kelak akan melanjutkan usaha-usaha akang. Sudah banyak contoh yang kita saksikan, bagaimana bahagianya antara keluarga yang memungut anak angkat dan keluarga yang mempunyai anak kandung sendiri.

JUMENA
Berhenti bicara tentang itu Juki

JUKI
Maaf. Saya hanya….

JUMENA
Saya mengerti, saya laki-laki!

JUKI
Mengenai pabrik….

JUMENA
Kenapa?

JUKI
Kalau terus mereka dibiarkan mogok dan akang tetap diam saja, saya takut perusahaan akang lama-lama hancur

JUMENA
Saya tidak takut (Diam) saya bisa saja meluluskan permintaan mereka dengan memberikan tunjangan kesejahteraan kepada mereka. Kemudian, dalam tempo paling lama setengah tahun perusahaan saya pun segera bangkrut?

JUKI
Kenapa?

JUMENA
Kamu lupa gaji di perusahaan kita rata-rata setengah kali lebih besar dibanding dengan perusahaan lainnya?

JUKI
Saya kira tidak begitu

JUMENA
Orang-orang di sini rupanya hanya terdiri dari usus dan kantung sperma saja, sehingga tidak bisa berpikir. Sengaja saya kasih mereka gaji lebih besar, dengan harapan mereka punya kebisaaan menabung sendiri. Tapi yang terjadi mereka justru makin lapar. Dan lagi dengan system upah semacam itu saya kira bisa sedikit menyederhanakan administrasi kita

JUKI
Beri saja 10 atau 20 % dari gaji mereka sekarang

JUMENA
Lebih baik kamu berhitung lebih dulu, baru memberi saran. Kalkulasikan dulu semuanya yang betul. Ini bukan sekedar masalah emosional, ini masalah angka. Sebab itu secara dingin juga saya suruh mereka pilih; gaji tetap atau gaji diturunkan, kemudian baru saya beri mereka tunjangan. Dengan perbandingan sesuai dengan kebutuhan sekunder mereka

JUKI
Saya Cuma mengajukan jalan tengah. Saya hanya kuatir, lama-lama perusahaan akang ambruk

JUMENA
Lebih dulu mereka yang ambruk. Saya masih cukup uang simpanan sampai usia saya berlipat dua

8


EMOD, WARYA, MARKABA, LODOD DAN BEBERAPA LELAKI LAIN MUNCUL. SEMUANYA MEMBAWA GOLOK BESAR

JUMENA
Mereka sendiri yang akan lumpuh

ORANG-ORANG ITU BERSABAR MEMASUKI RUANG-RUANG DALAM RUMAH JUMENA. KELUAR


9

SUNYI

JUMENA
Juki

(Juki melihat pada jumena)

Untuk apa kau hidup?

JUKI (Tersenyum)
Saya tidak pernah pikirkan itu. Buat apa?

JUMENA (Setelah agak lama)
Kenapa kau tidak kawin?

JUKI
Sekarang saya sedang pikir-pikir

JUMENA
Gila. Berapa umur kau?

JUKI
Empat puluh….

JUMENA
Hampir lima puluh kau!

JUKI
Ya. Barangkali begitulah tepatnya

JUMENA
Kenapa tiba-tiba kau ingin kawin?

JUKI
Mulai capek badan saya. Saya ingin melihat ranjang saya penuh bertumpuk pakaian perempuan

JUMENA
Lalu?

JUKI
Saya kira memang sudah waktunya, setelah lama saya bertualang. Dan terus terang, saya begitu ingin berumah tangga, setelah ikut kerja pada akang. Akang tahu dulu saya sangat bergajul, lontang lantung tanpa tujuan apa-apa. Sekarang saya ingin bekerja keras, rajin dan cermat menabung. Saya ingin punya anak. Selain itu saya kira umur saya masih cukup panjang. Siapa tahu? Bukan tidak mungkin saya masih sempat melihat anak saya jadi arsitek

JUMENA
Sekarang umur saya sudah lewat jauh setengah abad, sementara tubuh saya merasa belum dilahirkan. Saya sungguh tidak tahu bagaimana seharusnya saya hidup. Saya tidak pernah merasa bahagia. Tapi kalau memang kebahagiaan hanya suatu keadaan senang yang sesaat mampir dalam hidup, terus terang saya pernah merasakannya. Adakalanya saya senang setiap kali melihat tumpukan uang saya, terutama belakangan ini. Seolah-olah saya menyaksikan harga saya dalam tumpukan uang itu. Tapi bagaimanapun saya tidak bisa menghindari bahwa saya akan mati juga. Kalau begitu rasanya segala apa yang telah saya kerjakan selama ini tidak lebih hanya mengisi kekosongan lain. Kau mengerti sekarang, kenapa tadi saya katakan bahwa sebenarnya bisa saja saya luluskan permintaan pekerja-pekerja itu, toh sama saja bagi saya.


JUKI
Kenapa tidak akang luluskan kalau bagi akang sama saja?

JUMENA
Ada sedikit bedanya, kalau permintaan mereka saya luluskan, mereka yang akan terhibur. Kalau tidak, saya yang terhibur. Saya pilih hiburan untuk saya. Cuma inilah yang saya dapat dari hidup. Kadang-kadang ingin saya bakar saja semuanya,
(Tiba-tiba)
tidak begitu, saya akan kembangkan lagi usaha-usaha saya setelah saya benar-benar sehat dan mereka memahami keputusan saya. Sekedar mengisi waktu sebelum segalanya berakhir. Dan saya kira saya harus cari hiburan yang lain, karena hidup memang harus begitu kata semua orang, baik ulama maupun pemabok.
Tidak, saya tidak akan poya-poya seperti dulu, Juki. Bosan! Ah, nanti saya akan cari cara yang lain. Yang penting sekarang, saya harus menyelamatkan dan mempertahankan seluruh milik saya.


10

MUNCUL PEREMPUAN TUA

P. TUA
Pak guru, gan

SEGERA SAJA JUMENA MERASA SESAK LAGI. DAN SEPERTI BIASA JUKI TIDAK TAHU MESTI BERBUAT APA KECUALI MEMAINKAN JARI TANGANNYA SENDIRI. LALU JUMENA MENDENGUS

JUMENA
Suruh saja masuk. Tapi Nyai tidak usah bikin minuman dulu! Lihat keadaan nanti.

PEREMPUAN TUA KELUAR

JUKI
Lebih baik saya….

JUMENA
Jangan pergi. Di sini saja. Tak ada yang penting. Tidak lama. Kalau perlu saya usir dia.

SETELAH ITU PEREMPUAN TUA MUNCUL LAGI. TIDAK LAMA KEMUDIAN MUNCUL SABARUDDIN NATA PRAWIRA DENGAN UCAPAN ASSALAMU’ALAIKUM. YANG MENJAWAB HANYA JUKI

SABARUDDIN
Saya harap kedatangan saya tidak mengganggu.

JUMENA
Tidak. Saya agak sehat sekarang, setelah beberapa hari kemarin saya mulai pusing-pusing seperti bisaanya

SABARUDDIN
Boleh saya langsung ke persoalan?

JUMENA
Saya kira kalau kau sudah membaca surat saya tak perlu ada pembicaraan ini lagi

SABARUDDIN
Tapi ini bukan sekedar permasalah kau, Jum. Masalah hampir seluruh pemuka-pemuka kota ini. Saya telah menyusun panitia dan mendatangi beberapa orang penting seperti yang kita rencanakan. Sungguh tidak bijaksana kau batalkan begitu saja.

JUMENA
Saya bilang, sejak awal bahwa semua rencana itu saya kira mungkin akan menyenangkan saya, tapi kemudian setelah saya mengeluarkan uang untuk ini dan itu, saya tersadar dan segera saya pastikan bahwa semua itu tidak menyenangkan saya.

Saya lihat kau memang bahagia, tapi saya tidak dapat hidup bahagia bersama kau. Dengan demikian tentu saja tidak ada gunanya sedikit pun buat saya

SABARUDDIN
Lalu saya akan letakkan di mana muka saya?

JUMENA
Saya kira kau bisa minta tolong atau menghubungi orang-orang macam haji Bakri

SABARUDDIN
Hasilnya akan sama saja

JUMENA
Memang begitu saya kira, sebab mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan, sehingga mereka tidak perlu hiburan lain. Saya tidak.
(Setelah diam)
selain itu, ternyata di balik rencana-rencana itu ada pikiran-pikiran dasar yang keliru. Coba paparkan lagi rencana-rencana itu dan mari kita diskusikan

SABARUDDIN
Rencana-rencana itu mulia sekali, Jum. Kita akan membangung rumah penampungan social dan kita akan mengadakan pembaharuan mesjid. Maksud kita, kita akan memperluasnya, mencat pintu dan jendela-jendelanya, mengganti lantai semen dengan ubin-ubin dan juga kalau mungkin kita berhajat ingin memasang beberapa batang lampu neon di sana.

JUMENA
Dua buah rencana hebat luar bisaa. Ckk. Ck. Ck….. dari siapa rencana rumah penampungan itu mula-mula?

SABARUDDIN
Saya sendiri

JUMENA
Jelas, jelas suatu pikiran yang keliru. Sangat. Rumah penampungan? Indah sekali! Terbayang dalam kepala setiap orang yang mendengarnya sebagai suatu surga impian, dimana orang boleh makan-tidur Cuma-Cuma, dan kemudian orang percaya bahwa yang bernama manusia hanyalah mahluk yang terdiri dari mulut dan perut semata.

Pikiran keliru, sangat keliru. Saya tahu maksudmu baik tapi keliru, dan karena itu sangat berbahaya. Sabar, karena begitu besar cintamu pada sesama manusia barangkali, secara diam-diam dan mungkin tanpa kau sadari kau sedang merencanakan suatu tindakan yang akan mencelakakan manusia-manusia itu sendiri, terutama generasi yang akan datang.

Kau diam-diam akan mengajar mereka bermanja-manja dan malas! Tidak! Tidak! Kita harus mengajar mereka berdiri sendiri dengan kedua kaki mereka sendiri umtuk mengembangkan budi daya mereka sebagai mahluk termulia di bumi Tuhan ini. Juki, ada baiknya kau berdiskusi di sini.

JUKI TERSENYUM TIDAK ENAK

JUMENA
Perkenalkan dulu, ini Marzuki Kartadilaga, anggap saja adik saya sendiri, pedagang dari Jakarta (Kepada Juki) dan perkenalkan ini Sabaruddin Nata Prawira, kepala sekolah agama di sini.

KEDUANYA BERSALAMAN

SABARUDDIN
Enak di Jakarta?

JUKI
Di mana-mana sama saja, asal ada uang (Tersenyum)

SABARUDDIN (Tersenyum)
Dagang hasil bumi juga?

JUKI
Macam-macam

JUMENA
Nah, sabar, sekarang kau boleh bertanya pada Juki bagaimana saya dulu hidup. Barangkali kau tidak percaya dulu saya juga anak gelandangan alias pengemis

(Sabaruddin dan Juki tersenyum)

Saya sudah duga itu, kau tentu akan tersenyum tidak percaya. Tapi apalagi yang harus saya bilang: Saya, Jumena Martawangsa yang dilahirkan tanpa tahu bapak ibunya, sebab bapak saya meninggal sebelum saya lahir dan ibu saya meninggal untuk melahirkan saya. Kira-kira begitulah cerita orang. Apakah mereka ada atau tidak ada, saya tidak dapat memastikan. Satu-satunya yang pasti, saya dilahirkan dan pasti oleh seorang perempuan.

Pikirkanlah, saya dilahirkan di dunia yang kaya raya ini betul-betul telanjang bulat, tanpa popok dan gurita, nol dalam arti yang sejati.

(Diantara sunyi terdengar lolong seekor anjing. Perempuan Tua muncul membawa tempolong ludah dan mengganti tempolong di kaki kursi goyang)

Tidak masuk akal.

SABARUDDIN
Seperti dongeng saja

JUMENA
Ya, karena sekarang, saya kaya raya, tapi coba kalau saya tetap pengemis, tidak akan seperti dongeng, tapi seperti pemandangan buruk atau bahkan mimpi buruk.
Suatu malam di teras sebuah toko di kota Cirebon, tempat biasa saya tidur, seorang kawan bercerita bagaimana cina pemilik restoran yang gedungnya besar di seberang jalan, setindak demi setindak menjadi kaya. Ia bercerita bagaimana cina itu pada mulanya hidup miskin.

Sebelum punya warung, cina itu bekerja sebagai kacung, katanya di sebuah restoran. Dan sejak itu dia sangat rajin dan cermat menabung, sehingga pada suatu saat uang tabungannya cukup untuk modal berjualan rokok. Semakin lama semakin cermat ia, sampai pada suatu hari ia membeli sebuah warung kecil. Seterusnya ia membuka warung nasi Lengko sambil tetap berjualan rokok.

Dan jadilah ia taukeh restoran terbesar di kota itu. Kalian tahu apa yang saya pikirkan malam itu?

LAGI LOLONG ANJING

JUMENA
Di balik sarung kumal, malam itu, saya memutuskan saya harus keras bekerja dan harus cermat dan rajin. Harus! Dan seperti kau tahu, Juki. Saya kemudian tinggal di rumahmu sebagai kacung. Mujur untuk saya karena ayah Juki seorang guru yang baik, saya disekolahkan (diam)
Tapi setahun setelah saya menginjak lantai sekolah guru, Ayah Juki meninggal dan peristiwa itu memaksa saya harus magang di kantor sekolah saya sendiri, jelasnya membantu-bantu.

JUKI
Beberapa tahun kemudian ibu pun meninggal, juga karena sakit paru-paru.

JUMENA
Ya, saya dengar juga hal itu. Setelah itu kau ke Jakarta

JUKI
Lontang-lantung

JUMENA
Saya heran kau bisa jadi pedagang

JUKI
Lalu jadi apa?

JUMENA
Tapi ya kau mungkin meniru kebisaaan ibu

SABARUDDIN
Umumnya perempuan berbakat dagang

JUKI
Mungkin

JUMENA
Paling tidak sifat itu tidak berasal dari ayah

JUKI
Ya

SABARUDDIN
Kembali ke soal tadi

JUMENA
Nah, jelas barangkali dulu saya membayangkan manusia itu hanya mahluk yang terdiri dari mulut dan perut belaka. Tapi sejak memahami cina tadi, kemudian saya menyadari hal itu tidak benar. Dan sekarang saya yakin manusia adalah mahluk paling hebat! Di samping punya mulut dan perut dan mata, juga punya kepala dengan otaknya, punya tangan dan kaki

Kalau kau juga mau percaya, saya pernah juga berjualan balon keliling kota. Pendek kata hidup saya penuh dengan kerja dan kerja. Berpikir dan berpikir, dan sampai sekarang, begitu kekayaan telah dapat saya kumpulkan, toh saya masih cinta pada kerja. insyaAllah sebelum saya masuk liang lahat tak hendak saya berhenti bekerja dan berpikir. Lihatlah ke dalam, ke kamar kerja saya dengan rak-rak bukunya; bahkan saya pun tak hendak berhenti belajar. Ini hanya satu missal saja  dan coba apa jadinya kalau….

SABARUDDIN
Justru itu maksud saya, Jum. Kita akan memberi penerangan dan pendidikan pada gelandangan-gelandangan agar mereka cinta pada kerja

JUMENA
Gampang sekali itu. Undang dan kumpulkan saja mereka di mesjid dan berikan mereka penerangan dan pendidikan. Kalau perlu saya yang bicara di mimbar

SABARUDDIN
Satu hal Anda lupakan; bukankah anak-anak kecil belum mampu dan belum kuasa menggerakan daya upayanya?

JUMENA
Di bawah enam tahun, ya. Selebihnya adalah kemalasan. Dan kemalasan adalah kesalahan mereka sendiri. Kenapa mereka malas? Guratlah tangan saya dan tangan mereka, niscaya kau akan melihat darah yang warnanya sama; merah!
Sabar, bagi anak di bawah usia enam tahun rumah penampungan itu mungkin ada gunanya tapi merupakan racun mujarab belaka bagi anak-anak selebihnya. Bahkan merupakan tali gantungan bagi mereka yang sudah akil baligh. Sabar, untuk hari depan mereka , mereka harus hidup sebagaimana yang telah saya alami.
Dengarkanlah musik yang paling merdu dalam hidup ini; bekerja dan berpikir. Irama lagu kerja dan pikiran manusia akan mampu membelah gunung Ciremai menjadi tujuh bukit kecil.
Sabar, kita harus tega terhadap ujian-ujian yang sedang mereka hadapi. Jelas sekarang? Ini betul-betul masalah prinsip yang harus betul-betul dikaji. Jangan gegabah. Sabar. Niat membantu itu memang kelihatan gampang , tapi pelaksanaannya? Sepuluh dua puluh ribu memang apalah artinya  bagi saya? Tapi karena prinsip kita bertentangan, tidak mungkin saya ikut menyokong pembangunan itu. Saya tidak mau terlibat dalam kekhilafan yang besar ini. Demi Tuhan, tidak. (Pause)
Bukti bahwa cinta itu sukar dimaknakan. (Senyum)

SEBENTAR SUNYI

Tentang mesjid sekarang. Biarkan saya bertanya dulu. Yang dimaksud dengan pembaharuan apakah pembongkaran dan pembangunan kembali?

SABARUDDIN
Ya, dalam arti yang luas kita akan memperluas mesjid itu dan memperindahnya….

JUMENA
Ha? Memperindah? Materialistis! Materialistis! (Menghisap nafas berat) ya Allah, ampunilah hamba (Menggeleng-geleng) saya yakin, biarkan saya bertanya lagi. Rencana siapa itu?

SABARUDDIN (Menahan diri)
Sebagian besar kaum ulama. Juga umumnya para penduduk di sini

JUMENA
Kalau begitu gampang saja; sebagian besar penduduk di sini sinting dan rusak iman! Ya Allah, ampunilah hamba. Sebagian ulama, sebagian besar? Allahu Akbar! Saya yakin, saya yakin. Sabar. Kau sedang terbawa arus megah-megahan dan kau tidak sadar. Kau sedang menghadapi godaaan besar. Sabar. Dan saya yakin sebenarnya kau mengerti sebab kau telah khatam AlQuran berkali-kali.

Allah tidak mengharapkan pintu-pintu dan jendela-jendela yang bercat meriah; Allah tidak mengharap lantai dari ubin; Allah tidak mengharap permadani dari Turki; Allah tidak mengharap lampu neon  yang berbatang-batang. Tidak! Allah tidak menghendaki semua itu. Allah terutama menghendaki hati dan pikiran manusia yang jernih bersemangat lagu kerja. Ya Allah, ampunilah hamba.
Sabaruddin (Sesak) Materialistis!

Dengarkan; Materialistis! Janganlah mendahulukan badan daripada hati dan pikiran. Sejelek-jelek wajah rupa orang yang penting hatinya juga. Seburuk-buruk langgar atau mesjid yang penting umatnya juga

SABARUDDIN
Tapi bukankah lebih baik hati baik, badan pun baik?

JUMENA
subhanaAllah! Kesempurnaan tidak terletak di sana. Kau mengerti (Berpaling ke Juki) Juki? (Kembali ke Sabaruddin) tidak! Tidak. Kesempurnaan terletak pada apa yang ada di dalam. Di dalam! Atau kualitas!!

SEMENTARA ITU MUNCUL EUIS MENGHIDANGKAN TIGA CANGKIR KOPI PANAS

JUMENA
Saya yakin kau tidak bisa membantah pikiran saya. Sebab pikiran yang saya anut juga terdapat dalam kepala orang-orang yang baik di seluruh dunia. Termasuk seorang guru yang bernama Sabaruddin Nataprawira (Menghela napas sambil duduk)
Nah, marilah kita minum

EUIS
Mangga di leueut (Keluar)

JUMENA
Silakan (pada Juki) Kopi, Juki (setelah Juki mengangkat cangkirnya) Kopi di sini tidak kalah dengan kopi Ambarawa atau bahkan dengan kopi Arabica – kau merokok, Sabar?

SABARUDDIN
Merokok. kretek

JUMENA (Tersenyum)
Kau juga merokok, Juki?

JUKI
Commodore

JUMENA
Sama saja. Oleh karena itu kopi dan rokok sangat jodoh sekali dengan kita. Kafein bisa memperlemah nikotin, kata orang. Saya kira benar. Kita sama-sama tahu dari surat kabar, bahwa rokok bisa mengakibatkan kanker, sementara kopi pantangan untuk si penyakit jantung.

Tapi kalau keduanya bertemu akan menyebabkan keadaan netral (Tersenyum) Saya sangat terhibur oleh keganjilan-keganjilan ini.

JUKI DAN SABAR CUMA TERSENYUM

SABARUDDIN
Sedemikian lebar mang Jumena berbicara, sebenarnya hanya untuk mengatakan tidak akan menyokong pembangunan itu. Saya heran mengapa mang Jumena tidak berterus terang saja bahwa mang Jumena berkeberatan atas perluasan mesjid, karena akan menyangkut tanah hak mang Jumena.

JUMENA (Geram)
Saya juga heran kenapa Anda tidak segera menjelaskan bahwa rencana pembangunan mesjid akan menyangkut saya punya tanah

SABARUDDIN
Say kira Anda sudah mengerti sendiri tentang hal itu

JUMENA
Kalau Anda beranggapan begitu, sebaliknya saya menganggap perlu menjelaskan panjang lebar kenapa saya menolak rencana-rencana itu

SABARUDDIN
Tapi, bagaimanapun, sekarang mang Jumena tahu , saya bukan orang yang cepat putus asa untuk meyakinkan seseorang. Memang sejak lama saya mendengar orang mengatakan bahwa mang Jumena adalah seorang a-sosial, sementara semua orang tahu di daerah ini hanya Bapak Jumenalah yang paling kaya

JUMENA
Dan bagaimanapun sekarang,  kau betul-betul tahu bahwa saya bukan seperti apa yang dibayangkan orang. Saya punya prinsip

SABARUDDIN
Tapi setidaknya mang Jumena bisa lebih berperasaan  tentang segala rencana yang mulia itu. Sama sekali saya tidak menduga  bahwa mang Jumena sampai hati mencerca sedemikian rupa semua rencana itu.

JUMENA (Meluap)
Apakah orang akan mengharap….

JUKI (Kikuk)
Saya kira sebaliknya…..

JUMENA
Tidak, Juki. Saya perlu saksi. Saya minta kau mendengarkan semua ini dengan obyektif.

(Juki duduk lagi. jumena tegang menahan amarah)

saya percaya saudara Sabar pun mengerti bahwa berbicara atau menuduh tanpa fakta adalah sangat berbahaya. Saya a-sosial? Saya sungguh tidak tahu cara kau berpikir. Dengarlah, apa kekurangan saya sebagai seorang muslim? Atau seseorang yang hidup di suatu masyarakat? Setiap Jumat saya memberi sedekah kepada orang-orang miskin yang berbondong-bondong datang kemari. Dan setiap hari raya Idul Fitri saya tidak lupa mengirimkan zakat fitrah. Begitu pun saya tidak pernah lalai menunaikan zakat dan kurban pada setiap hari raya Idul Adha. Saya buka sawah, perkebunan, pabrik untuk menggerakan masyarakat, agar suka berkerja dan meningkatkan daya pikir mereka.
Saya melepaskan mereka dari dongeng-dongeng tetek bengek. Dan saya kira, dalam ukuran saya, juga merupakan suatu kebanggaan bahwa saya rela menunjang seseorang yang tidak waras dalam rumah ini yang sebenarnya bukan tanggung jawab saya; hanya karena dulu dia pemilik rumah ini yang tidak punya lagi keluarga
Apalagi yang Anda harapkan dari saya? Dan lagi sudah saya bilang persoalannya tidak terletak di sana. Persoalannya terletak pada prinsip. Terus terang saya katakan saya tidak melihat manfaat dari semua rencana itu kecuali mudoratnya karena hasilnya akan sia-sia

SABARUDDIN
Maaf, mang Jumena bisa membuktikan semua itu?

JUMENA
Apa harus saya ulangi lagi bahwa saya dilahirkan di dunia yang kaya raya ini hanya dengan bekal nol? Bangun dan berdiri dengan kaki sendiri? Sesudah enam tahun usia saya, tak satu tangan pun yang menunjang hidup saya kecuali tangan Jumena Martawangsa sendiri. Maka saya yakin apa yang telah dapat saya kerjakan dapat juga dikerjakan oleh siapa saja

SABARUDDIN
Saya kira hal itu kebetulan….

JUMENA
Kebetulan? subhanaAllah! Kita orang beragama tidak mengenal istilah kebetulan! Semua, apa saja, hanyalah karena asma Allah.

Dan apakah saya dibedakan Allah dari yang lain? Tidak! Apakah saya Nabi!? Bukan! Saya Jumena Martawangsa, tak kurang dan tak lebih manusia normal, sama dan sebangun dengan Miska si tukang air yang biasa mengisi kolam air mandimu.

Barangkali juga kau ingin tahu kenapa saya katakan rencana itu hanya akan menghasilkan kesia-siaan? Jelas, rencana yang kau anggap mulia itu hanya mulia dalam pikiranmu. Dapatkah kau menjelaskan secara terperinci rencana-rencana itu? Kau hanya punya rencana global. Coba jawab, darimana akan kau dapat secara kontinyu dana untuk kelangsungan penampungan itu? Sudah kau pikirkan itu? Saya yakin belum. Nah, apa artinya? Yang jelas rumah penampungan itu dalam masa dua tahun akan berubah menjadi rumah hantu yang penuh sawang debu. Dan sekarang akui saja bahwa Anda termasuk orang yang hanya ingin menang dalam sejarah, yang hanya ingin mengatakan bahwa manusia mesti mencintai sesamanya.

Tapi saya ingin membuktikan bahwa yang dibutuhkan orang-orang di sini, bangsa kamu adalah semangat kerja dan berpikir dan bukan rasa kasihan. Maaf, kalau saya terlalu kasar, tapi saya selalu tidak bisa menahan diri setiap kali membayangkan bangsa kamu.

SEJENAK SEPI. TIBA-TIBA MUNCUL DARI PINTU LUAR KAMIL. DIA MENYALAMI SEORANG DEMI SEORANG SAMBIL TERTAWA. LALU KELUAR

KAMIL
Jee, ada tamu

SABARUDDIN
Saya kira sudah waktunya untuk mohon diri. Saya minta maaf karena saya bertemu sampai larut malam

JUMENA
Tidak apa. saya suka berdiskusi. Sekali lagi Anda harus pikirkan seratus kali lagi semuanya. dan camkan bahwa pikiran….

SABARUDDIN
Ya,ya, ya.

SETELAH PAMIT, SABARUDDIN KELUAR

11

JUMENA
Jelas bukan? ini persoalan prinsip. Kau tahu, Juki Begitu sampai di rumah ia akan  ikut mengusilkan bahwa Si Jumena makin medit, si kikir yang pelit, akik, bakhil, cetil…..
Boleh! boleh saja semua orang  di sini meneriakkan dengan lantang semua sebutan dan sindiran itu. Apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi orang-orang bodoh dan malas itu?
Bangsat semua. apa yang mau diandalkan mereka? Gotong Royong? Saya tidak pernah membayangkan apa-apa tentang orang-orang di sini. Kecuali seperti arisan perempuan-perempuan yang bergotong royong mencari kutu. Katakan….

(Tiba-tiba kejang. Segera juki menolong)

Tidak apa-apa…. tidak….

12

KETUKAN PADA PINTU

JUMENA (Dalam kesakitannya)
Masuk!

JUKI
Masuk!

TIDAK ADA SAHUTAN. TIDAK ADA YANG MUNCUL. LALU KETUKAN LAGI

JUMENA & JUKI (Hampir bersamaan)
Masuk!

JUGA TAK ADA SAHUTAN. JUGA TAK ADA YANG MUNCUL. LAGI KETUKAN ITU SEHINGGA MENYEBABKAN JUMENA KETAKUTAN. SEGERA JUKI PERGI KELUAR. KELIHATAN JUMENA SEMAKIN KETAKUTAN DI RUANG TENGAH YANG LENGANG ITU. JUKI JUGA TAK HABIS PIKIR KETIKA KEMBALI MASUK

JUMENA
Siapa?

JUKI
Tidak ada siapa-siapa

JUMENA (Bangkit gemetar)
Barangkali kau lihat seorang lelaki yang….Tidak, maksudku apa kau melihat seseorang yang….

JUKI
Saya yakin tidak ada siapa-siapa. Mungkin….

LAGI KETUKAN PADA PINTU . DENGAN KETAKUTANNYA, JUMENA KEMBALI DUDUK

P. TUA
Siapa sih? (Dari dalam)

(Muncul perempuan tua dengan membawa sebuah pisau dapur)

Siapa?

JUKI
Tidak ada siapa-siapa

P. TUA (Sambil menuju ke serambi)
Aneh

TAPI BARU SEPARUH PERJALANAN TIBA-TIBA KEDENGARAN SUARA ORANG TERTAWA LALU MUNCUL SI EDAN KAMIL

KAMIL
Saya yang ngetok dari belakang. Eksperimen

(Jumena menggeram kesal sementara juki cuma tersenyum. tapi Nyai mengumpat)

Biasa. orang kaya selalu sembarangan!

P. TUA
Maen-maen!

SAMBIL TERUS NGEDUMEL, NYAI MASUK KE DALAM. KELUAR

KAMIL
Ada kabar penting untuk agan Jumena Martawangsa

(Sementara juki bergerak ke suatu sudut sambil tersenyum dan kemudian menyalakan rokoknya. Kamil dengan langkah sangat hati-hati ‘slow motion’ mendekati Jumena yang berusaha menahan diri. Kamil dengan gaya berbisik tapi cukup keras)

Istrimu serong!

JUMENA
Hah? Kurang ajar!

KAMIL
ORang kaya selalu kurang ajar!

(Juki tidak tersenyum lagi tentu)

Apa agan tidak percaya? Percayahlah pada fakta. Dan berita ini dari sumber yang layak dipercaya. apa agan juga memerlukan sumber berita itu?

(lalu Kamil mendekati pintu kamar dan teriak di sana)

Euis, Euis! keluar, Euis! Suamimu tidak percaya bahwa kau seorang istri yang suka serong!

MUNCUL EUIS, BERANG DAN JUKI MAKIN TIDAK ENAK HATI BERADA DI SANA. JUMENA BELUM TAHU HARUS MELAKUKAN APA. NAPASNYA NAIK TURUN PENDEK-PENDEK

EUIS
Kurang ajar! Jangan bicara sembarangan ya! Sinting!

KAMIL
Bicara sembarangan? hak orang kaya, bukan! Bicara sembarangan! serong! Dikutuk Nabi Hidir kamu!

EUIS
Setan, tutup mulut kamu!

KAMIL
Saya menutup mulut? saya membungkam kebenaran? Kalau saya menutup mulut, maka berarti kejujuran telah tamat riwayatnya. Atau kau mau menyuap? Kau lupa Tuhan tidak bisa disuap?

EUIS
Jangan diam saja, akang. lakukan sesuatu!

LALU PEREMPUAN ITU MENGAMBIL ASBAK

JUKI
Kamil, keluar!

EUIS
Kalau tidak segera pergi, saya pukul kepalamu yang tidak waras itu!

KAMIL
Hampir saja kau berbuat keliru, Euis. Yang mesti kamu pukul bukan kepala yang briliyan ini tapi kepala yang itu (Menunjuk Juki)

EUIS
Biadab!

KAMIL
Biadab! apa itu nama orang kaya?

JUMENA (Bangkit, berang, besar)
Kamiiil! pergi kamu! Aku potong leher kamu!

KAMIL
Filsuf tidak memerlukan kepala

EUIS TAK TAHAN LAGI, DILEMPARNYA KAMIL DENGAN ASBAK, DAN KAMIL TERUS LARI SAMBIL MENGOCEH. DAN SETELAH PENTAS JADI KACAU KARENA KAMIL TERUS BERPUTAR-PUTAR DIKEJAR EUIS, LALU TERJADI KEKAUAN ANTARA JUKI DAN JUMENA

JUMENA
Persis dugaan saya. tapi kenapa bangsat itu melapor justru saat kedua ekor binatang ini ada di sini

MUNCUL EUIS YANG MARAH. LALU SAMBIL MENANGIS, IA MASUK KAMAR

JUKI
Saya keluar sebentar, akang

LALU JUKI MENINGGALKAN JUMENA SENDIRIAN. KEMUDIAN JUMENA MEMUKUL KEPALANYA SENDIRI. MUNCUL PEREMPUAN TUA MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH

JUMENA (Sendiri)
Tapi kalau memang mereka bersungguh-sungguh, kalau laporan si gila itu benar, kenapa Euis dan Juki tidak minggat saja dari rumah ini? (Diam) Semuanya menyembunyikan kuku sementara bibir mereka mengulum senyum

SETELAH TADI MENYAPU KERINGAT PADA WAJAH DAN LEHER JUMENA LALU PEREMPUAN TUA MENINGGALKAN LELAKI TUA ITU

13

EUIS MUNCUL. LAMA TIDAK ADA PERCAKAPAN

EUIS
Akang

JUMENA
Hmmm?

EUIS
Akang percaya?

JUMENA
Kenapa mesti dipusingkan?

EUIS
Euis takut

EUIS TERUS BERBICARA TANPA SUARA SEMENTARA JUMENA MULAI MENDAPATKAN KETEGANGAN

14

DETAK-DETIK LONCENG KERAS SEKALI. KADANG MENJELMA SUARA TITIK AIR

JUMENA (Terpejam)
Bangsat!

SUARA DUA EKOR ANJING. MUNCUL JUKI, LANGSUNG MERANGKUL EUIS DAN MENCIUM RAMBUT EUIS TEPAT DI UBUN-UBUN.

EUIS
besok dia akan menceraikan saya

JUKI
Kenapa?
EUIS
Dia seperti berada di ujung beribu-ribu pisau dan berusaha untuk menghindarinya. dia takut harta-hartanya akan jatuh  ke tangan saya apabila ia mati dan ia tidak rela hartanya jatuh ke tangan orang lain

JUMENA
Kejadian seperti ini mungkin dan tidak mungkin

JUKI
kalau begitu sekarang kau yakin pada apa yang telah saya katakan, bukan? rasakanlah baik-baik dendammu itu. saya tahu sekali kau sedang berdendam. dari dendam kau bisa tarik bayangan hari depanmu yang amat menakjubkan

EUIS
saya belum pernah merasakan seperti ini. juga saya tak pernah bisa dendam sebegini hebatnya. tapi saya tak bisa melenyapkan kebimbangan ini

JUKI
Sangat berbahaya membiarkan kebimbangan pada saat-saat begini. euis kau harus mampu melepaskan kelemahanmu. kau harus kuat dan berani.
Dalam mewujudkan cita-cita dari keinginan, kita hanya punya waktu sempit sekali. Kita hanya punya waktu satu detik., untuk memilih, memutuskan dan melakukan. Hitam, hitam. Putih, putih. Kita terima seluruhnya atau kita tolak seluruhnya. Dengan sikap banci kita hanya akan jadi kapas yang gampang dihempaskan angin kemana-mana. Hampa dan akan menjadikan kita gila.


EUIS
keluarga saya keluarga baik-baik

JUKI
Apalagi keinginanmu? Semuanya akan berlangsung dengan lancar hanya dalam waktu beberapa menit. Aku tahu benar apa kehendakmu. Aku hanya membantumu agar kau lebih berani

(Semangat euis bangkit. euis mengambil pistol)

Ingatlah Euis, besok kau akan dicerai. Apakah kau masih tega ikut menghabiskan lagi makanan yang yang sangat sedikit di rumah orang tua mu itu? Ambilah racun itu!

EUIS
Kenapa dengan racun?

JUMENA
Tembak saja! Tembak saja, bangsat!

(Euis Menembakkan Pistol Itu Beberapa Kali Lalu Lari Bersama Juki)

Ayo tembak, bajingan!

15

PEREMPUAN TUA MUNCUL MEMBAWA ALAT KOMPRES. LONCENG BERDENTANG. JUMENA MENJADI TENANG DENGAN KOMPRES ITU


P. TUA
Kalau saja agan mau berdoa

JUMENA
Saya sangat capek

P. TUA
Agan terlalu keras bekerja, agan tidak pernah istirahat

(Suara kecapi. Sayup-sayup. Juga suara kodok)

Saya hampir tidak percaya ada orang yang tidak pernah berbahagia, apalagi orang yang seperti agan. Saya juga sebatang kara. Suami saya sudah lama mati dan anak saya satu-satunya pergi tidak pernah berkabar lebih dari sepuluh tahun. Memang saya merasa sepi dan sedih, tapi setiap kali saya masih bisa merasa bahagia kalau saya sedang melakukan sesuatu untuk orang lain. Saya bahagia melihat orang lain bahagia . dan saya tidak habis mengerti kenapa ada orang yang tidak bahagia

JUMENA
Saya sangat sepi. Saya tidak pernah punya anak. Saya selalu bertanya untuk apa segala hasil keringat saya selama puluhan tahun ini?

P. TUA
Kenapa agan tidak percaya Euis sedang mengandung?

JUMENA
Sudah empat puluh tujuh kali ia bilang begitu, dan ini yang ke empat puluh delapan

P. TUA
Tapi bukan tidak mungkin kali ini benar

JUMENA
Mungkin dan tidak mungkin. Saya betul-betul sendiri di dunia ini

P. TUA
Maaf, gan. Apa tidak sebaiknya agan mengambil anak angkat?

JUMENA
Tidak! Saya pun tidak tahu kenapa. Tapi saya tidak mau

(Sejenak tidak ada percakapan)

P. TUA
Agan kelihatan mulai mengantuk

JUMENA
Rasanya begitu

P. TUA
Bagaimana kalau agan mencoba tidur di dalam?

JUMENA
Saya coba

(Jumena bangkit melangkah tapi ragu)

P. TUA
Ada apa, gan?

16

TIDAK MENJAWAB JUMENA LALU MELANJUTKAN MELANGKAH, KELUAR, DIIKUTI PEREMPUAN TUA, SEPI SEJENAK. LALU SUASANA RUANG KULIAH DAN MUNCUL KAMIL YANG MEMBAWA JUMENA DENGAN MENJAMBAK RAMBUTNYA.

KAMIL
Nah, sekarang kuliah kita lanjutkan. Ini adalah manusia. Ini kepalanya, ini kakinya. Ini adalah manusia yang jelek proporsinya. Kepalanya lebih besar daripada dadanya. Dan perutnya jauh lebih besar lagi.
Jenis ini adalah jenis yang paling dekat dengan kera. Kalau ia terus berbiak dan beberapa tingkat lagi niscaya ia akan menajdi kera. Nah sekarang jelas kekeliruan radikal teori Darwin. Bukan manusia berasal dari kera. Tapi kera berasal dari manusia

(Tiba-tiba semua lampu padam. Kamil senang sekali)

Kiamat. Ternyata kiamat lebih cepat daripada perkiraan ahli meteorology. Saya datang, Tuhan. Halo sahabatku (Keluar)

JUMENA
Lampu! Lampu!

(Sambil terkekeh kamil keluar dan mengulangi kuliahnya)

Lampu! Saya tidak mau kecurian! Lampu!

MUNCUL PEREMPUAN TUA MEMBAWA LILIN, SEGERA JUMENA MENDEKATINYA

P. TUA
Lampu seluruh kota mati gan

JUMENA
Kurang terang! Kurang terang! Bawa dua atau tiga lilin dan letakkan di sini! Jendela buka! Semua! Nyalakan petromak!

(Ketika jumena mengacungkan pistolnya, lalu euis muncul membawa dua lilin. dan muncul lagi perempuan tua membawa yang lain. di suatu sudut jumena mengawasi sekitar.)

Saya tidak mau kecurian. Saya tidak mau mati dalam keadaan gelap seperti ini. Selain itu saya tidak bisa membedakan apakah saya masih hidup atau tidak dalam kegelapan yang keparat ini.
Saya hampir tidak bisa bernapas. Kegelapan seperti menyumbat hidung dan mulut saya dengan kain lakan hitam yang bau. Oh, kalau saja kegelapan ini berdaging akan saya tembak dahinya

(Tiba-tiba semua lampu menyala dan jumena menutup matanya. Silau)

Bangsat! Cahaya! Sama menyiksanya

PEREMPUAN TUA KELUAR


17


JUMENA DAN EUIS. BEBERAPA SAAT KEDUANYA MEMBISU

EUIS
Akang

(Jumena Cuma memandang)

Akang susah

JUMENA
Puncak dari susah kalau orang sedang memikirkan kematian padahal orang itu belum bersedia mati

EUIS
Selalu pikiran tentang itu. Pikiran yang sangat ngeri (Menggigit bibirnya)

JUMENA
Tapi memang begitu. Lebih lima-enam puluh umur akang barangkali. Hampir lima tahun lalu kita bersanding jadi pengantin. Ngeri sekali di rumah ini, pada malam-malam seperti ini, tiba-tiba berpikir tentang mati. Padahal baru saja akang kembali meyakini bahwa yang penting dalam mengisi hidup adalah kerja, berpikir dan kerja. Tiba-tiba akang berpikir tentang mati….
Akang sedang berpikir seandainya akang mati ketika sedang duduk di kursi itu, padahal seorang anakpun belum punya. Enam tahun berumah tangga

EUIS
Hampir lima tahun akang

JUMENA
Semakin tua, terasa roda waktu seperti roda raksasa, berputar dan bergemuruh dalam senyap dan gaib, tanpa kita bisa melihat sebab begitu cepat bagaikan kilat. Kalau saja ada satu atau dua anak kita, tak akan lembab rumah ini

EUIS (Ragu-ragu)
Akang

(Jumena Cuma memandang)

Mungkin…..

JUMENA
Mungkin dan tidak mungkin

EUIS
Mungkin….

JUMENA
Sudah lebih dari cukup kau mengatakan ini. Kau akan mengatakan kau sudah berisi dan minggu depan kau diam-diam haid

EUIS
Sejak gadis dulu, Euis memang bisaa telat, akang. Tapi kali ini Euis merasa yakin. Sudah hampir dua bulan Euis tidak haid. Nyai juga berani memastikan. Dan kalau akang mau besok kita sama-sama pergi ke dokter

JUMENA
Lebih baik kau diam. Kalau benar kau hamil, lahirkan saja.

(Hening)

Tiba-tiba badan saya berkeringat seperti ada yang meremas-remas di dalam. Aneh sekali perasaan saya belakangan ini

EUIS
Kenapa, akang?

JUMENA
Saya tidak punya anak (Memejamkan matanya) tidak satupun suara anak-anak dalam rumah ini. Badanku akan terkantuk-kantuk di situ dengan pernafasan yang sesak, tua dan tanpa seorang anak.

EUIS
Akang selalu menyesali rumah ini, Euis jadi sedih

JUMENA
Saya hanya bertanya kenapa semua ini terjadi?

(Tiba-tiba jumena memegang kedua pelipisnya dengan kedua ujung telunjuknya)

Sebentar, sebentar. Saya ingat sesuatu sekarang

18

MUNCUL SABARUDDIN NATAPRAWIRA

JUMENA
Sabar….

SABARUDDIN
insyaAllah saya akan menimbang penuh dengan pikiran saya, meskipun saya yakin sukar sekali hidup hanya dengan pikiran dalam hidup yang begini banyak dengan hal-hal yang tak terpikirkan!

JUMENA
Tidak begitu. Sabar. Kau kira saya tidak mengerti kenapa saya tidak atau belum punya anak?

SABARUDDIN
Berapa kali kau beristri?

JUMENA
Tiga kali

EUIS
Empat kali, akang

JUMENA
Ya, empat kali

SABARUDDIN
Semua subur?

JUMENA
Semua perawan. Subur seperti hutan

SABARUDDIN
Nah….

JUMENA (Marah tiba-tiba)
Kamu kira saya orang bodoh!? Persoalan ini gampang sekali dicernakan. Ini masalah hormone saja atau masalah medis lainnya dan jelas bukan masalah pelik di luar akal

SABARUDDIN
Kalau kau mau terus mengusut persoalan itu dan mau jujur, kau akan mendengar firman itu. Setiap detik Tuhan berfirman pada mahluknya

JUMENA
Jangan bawa-bawa firman. Ini bukan apa-apa. Ini hanya masalah nasib sial

SABARUDDIN
Tapi toh mang Jumena selalu mengeluh….

JUMENA
“Terkantuk-kantuk, tua dan sepi”

SABARUDDIN
Kalau saja kau mau berdoa

JUMENA
“Hampir tanpa siapa-siapa”

SABARUDDIN
Selalu kau hanya bertanya dan bertanya dan bertanya…..

JUMENA
“Untuk apa, untuk siapa semua ini?”

SABARUDDIN
Akan terus bertanya dan bertanya sementara berjuta-juta pertanyaan berbaris di belakangnya

JUMENA
Cukup. Saya tidak memerlukan kamu lagi

SABARUDDIN
Saya akan pergi tapi saya akan selalu datang lagi karena sebenarnya kau memerlukan saya

KALI INI PANJANG SEKALI. LOLONGAN ANJING DI KEJAUHAN

JUMENA
Kadang saya geram mendengar lolongan anjing seperti itu

EUIS
Akang

(Jumena Cuma memandang)

Akang, bukankah akang sayang pada Euis?

JUMENA
Kenapa?

EUIS
Kalau memang akang sayang pada Euis. Tak usahlah akang memikirkan yang tidak-tidak. Bukankah akang tidak sendirian di rumah ini?

JUMENA (Tersenyum)
Ya, memang. Kaulah satu-satunya orang yang mengisi ruangan ini

EUIS
Euis sangat sayang pada akang. Sangat amat sayang

JUMENA
Tentu saja kau sangat sayasng sama akang. Kalau tidak, masa kau mau tinggal di sini selama hampir lima tahun

EUIS
Betul, akang. Kalau tidak ada akang di dunia ini entah bagaimana rasanya hidup ini

JUMENA
Betul?

EUIS
Tentu saja betul. Kalau tidak, masa Euis mau tinggal sama akang selama hampir lima tahun

JUMENA TIBA-TIBA MERASA LEGA SEKALI SEPERTI BARU SAJA MEMECAHKAN PERSOALANNYA YANG AMAT BESAR

JUMENA
Keliru saya. Sebenarnya saya ini bahagia tapi saya tidak tahu

EUIS
Akang

JUMENA
Hm?

EUIS
Tidak usah merisaukan kematian lagi

JUMENA (Tiba-tiba lunglai)
Terkantuk-kantuk, tua dan sepi dan tanpa anak

EUIS
Apa akang menganggap Euis tidak ada?

JUMENA (Tersadar)
Maksudmu?

EUIS
Bukankah apa saja yang akang perbuat untuk Euis?

JUMENA
Kenapa kau bertanya begitu?

EUIS (Heran)
Kenapa?

JUMENA (melotot, nanar, marah, kacau. Ngambang)
Ya Allah, untuk apa, untuk siapa?

EUIS (Takut)
Akang

(Jumena diam saja)

Kenapa akang?

JUMENA (tajam)
Sudah lama kau pikirkan itu?

EUIS (Menggeleng-gelengkan kepala tak mengerti)
Akang

JUMENA
Aku melihat mata ketiga istriku yang dulu dalam pandangamu. Jelas. Tidak! Jangan kau berpikir semacam itu. Kenapa kau bertanya begitu? Kenapa? Jawab singkat!

EUIS
Euis tidak mengerti akang

JUMENA
Ingatlah, geulis! Kau kukawini bukan untuk memindah hak hartaku. Sekarang kau bertanya persis seperti yang telah ditanyakan oleh ketiga istriku yang dulu. Tidak! Tidak! Kau kira dengan kedudukanmu sebagai istriku kau bisa merebut hartaku? Hartaku yang telah kukumpulkan dengan seluruh keringatku yang sekarang sudah hampir kering ini? Semua perempuan mata duitan!

EUIS (Puncak tangis bercampur amarah yang kuat tertahan)
Akang, apa kesalahan Euis? Apa? Euis pernah minta apa? Selama hampir lima tahun Euis jadi istri akang, pernahkah Euis minta apa-apa? Apa akang lihat orang tua Euis tiba-tiba menjadi kayak karena Euis menjadi istri akang? Selama Euis di rumah ini, Euis hanya dilimbur ketakutan padahal Euis Cuma mengharap cinta akang

JUMENA (Semakin gila)
Tidak! Tidak seorang pun kubiarkan mengangkat lemari itu. Bahkan tidak seorang bidadaripun kubiarkan merayuku agar aku menyerahkan hartaku. Hartaku adalah keringatku, milikku satu-satunya yang kuharap menjadi pelipurku yang terakhir. Sekarang kau mau merebutnya

EUIS
Siapa mau merebutnya, akang? Euis tidak mengharapkan semua itu sama sekali. Euis hanya mengharapkan cinta akang. Tidak percayakah ada orang yang hanya membutuhkan cinta?

JUMENA
Aku pun membutuhkan cinta selama hidup, tapi yang kudapat hanya orang-orang semacam kau yang berniat merebut hartaku

EUIS
Percayalah, akang tidak akan pernah bisa dicintai selama akang tidak pernah mau dicintai. Jangan lanjutkan pertengkaran ini, akang. Euis tidak ingin akang tinggalkan. Dan biar akang lega, tulislah sekarang surat wasiat akang dan jangan sebut-sebut nama Euis, juga jangan anak dalam kandungan ini (Menangis keras)

(Beberapa saat tidak ada percakapan. Di ujung tangisnya yang mereda)

Selalu saja salah. Selalu saja berburuk sangka

(Euis menghapus bersih air matanya. Mencoba menghapus seluruh kesedihannya)

Akang, lebih baik kita berbicara yang lain. Euis minta maaf kalau memang Euis salah tadi.

JUMENA (Setelah lama)
Saya pikir juga begitu. Memang buat apa sepasang suami istri membicarakan hal-hal seperti itu

EUIS
Iya akang. Pijit akang? (Euis memijit Jumena)

JUMENA
Seorang istri memang seharusnya bersikap begini. Saya lebih senang mendengar pertanyaan soal-soal dapur daripada soal-soal harta (Tersenyum tiba-tiba) pikir-pikir, kita ini sebenarnya sangat bahagia

EUIS
Bahagia, akang. Seumpama merpati terbang berduaan diangkasa luas dan mampir ke pohon-pohon berbunga

JUMENA
Nanti dulu! Aku selalu curiga setiap nasib baik yang jatuh tiba-tiba. Aku merasakan sesuatu kebahagiaan yang ganjil malam ini. Rasanya dilebih-lebihkan seperti dalam lakon-lakon film

EUIS
Ada apa lagi akang?

JUMENA
Tidak!

EUIS
Akang?

JUMENA
Untuk apa, untuk siapa?

EUIS
Apakah kita akan bertengkar lagi, akang?

JUMENA
Malam ini mungkin, tapi besok dan seterusnya kita tidak akan pernah lagi. Coba jawab; bagaimana seandainya aku tiba-tiba mati malam ini?

EUIS
Gustiku, bagaimana aku mesti berkata. Tentu saja Euis akan sangat berduka dan bukan tidak mungkin Euis akan pingsan

JUMENA
Dan kemudian kau akan siuman lagi dan segera kau akan menghitung-hitung harta peninggalanku

EUIS (Kaget bukan kepalang)
Akang!

JUMENA
Tidak. Aku mengerti sekarang mengapa kau tiba-tiba merubah sikap dengan sikap gembira yang dibuat-buat. Jelas. Aku sebatang kara di dunia ini. Kalau aku mati, maka warisan seluruhnya jatuh ke tangan mu yang lentik itu.

EUIS
Akang, bunuhlah saya, kalau saya berpikiran seburuk itu

JUMENA
Tidak. Tidak. Siapapun tidak berhak atas hartaku kecuali Jumena Martawangsa yang telah memeras keringat selama lebih empat puluh tahun. Aku harus merasa aman, hartaku mesti aman. Kalau begitu kita harus cerai!

EUIS
Akang!

19

TIBA-TIBA WARYA DAN BEBERAPA LELAKI MASUK

WARYA
Gan, pabrik terbakar, gan!

JUMENA
Ha?

WARYA
Terbakar!

LELAKI
Pabrik tenun, gan!

EUIS
Gusti

JUMENA
Ini pasti setan bajingan

JUMENA MASUK MENGAMBIL PISTOL DAN KEMUDIAN BERSAMA-SAMA KE PABRIK TENUN YANG TERBAKAR


20

PEREMPUAN TUA MUNCUL MEMBAWA TEMPOLONG LUDAH MENGGANTI TEMPOLONG DI BAWAH KURSI GOYANG

P. TUA
Hanya dengan tidur….

LAYAR



BAGIAN KETIGA


1

SUASANA BEGITU KAKU SEHINGGA RUANG-RUANG RUMAH TUA ITU SEPERTI MEMBEKU. KELIHATAN JUMENA MENAHAN DIRI BEGITU RUPA SEHINGGA TAMPANGNYA YANG TUA SEMAKIN BERTAMBAH TUA. SEBALIKNYA JUKI MENCOBA TETAP BERSIKAP SETENANG MUNGKIN MESKI IRAMA NAPASNYA NAMPAK TIDAK TERATUR. ASAP ROKOK DARI MULUTNYA IKUT MENCIPTAKAN KESAN KETEGANGAN ITU

JUMENA
Sekarang kau sudah cukup punya uang, sudah cukup segala-galanya. Kau mulai bertingkah seakan-akan kau lebih pintar dan lebih tua dari saya. Apalagi yang mau kau katakan? Nasihat? Apa semua orang mengira pikiran saya sudah tidak waras?  Apa seluruh yang saya pikir dan saya perbuat tidak satu pun yang betul? Semuanya hanya kumpulan dari segala kesalahan?

Karena dulu keluargamu telah menerima saya sebagai kacung, karena dulu kebetulan ayah ibumu telah menolong saya, menyekolahkan saya, maka saya coba menolong kau.

Jangan mungkir, ketika pertama kali kau datang kemari kau telah mengaku  sebagai pedagang besar dari Jakarta, padahal kau tak lebih dari makelar kecil. Juki, tidak gampang saya mau menolong orang. Tapi apakah karena itu lalau saya mengharap  supaya kau berterima kasih pada saya? Tidak. Buat apa?  Saya hanya minta kau laksanakan tugasmu dengan baik sebagai kurir dan tidak usah kau ikut campur urusan saya yang lain. Apalagi yang bersifat pribadi. Begitulah Juki saya minta kau maklumi ini.

SUNYI

JUKI
Memang saya tidak bisa memungkiri akang telah banyak menolong saya. Juga saya akui saya akan tetap lontang-lantung kalau saya tidak datang ke rumah ini. Terus terang usia saya yang tinggal sedikit ini telah akang selamatkan sehingga saya menjadi hidup kembali, cinta bekerja, cinta berpikir.

JUMENA
Jangan sentimental. Itu tidak penting. Saya tidak bermaksud  mengungkit-ungkit. Lagi orang lain tidak mustahil bisa menolong kau atau memberi pekerjaan kau lebih dari saya. Saya hanya minta supaya kau bisa membatasi diri. Percayalah, semua soal akan dapat saya selesaikan dengan baik dan semuanya sudah saya hitung dengan cermat. Semuanya hanya soal-soal sepele. Sudah cukup pengalaman saya menghadapi persoalan tetek bengek semacam itu

JUKI
Kesalahan saya tadi, memang karena seolah-olah saya bersikap seperti saudara. Baiklah, sekarang sebagai kawan saya ingin mencoba memberi saran kepada akang

JUMENA
Empat kali sudah saya beristri! Karenanya tidak usah kau memberi saran apapun kepada saya. semua perempuan sama ukurannya, materialistis! Kau belum beristri, kan Juki? (Juki hanya menghisap napas) Nah, coba Juki apa yang akan kau perbuat menghadapi perempuan-perempuan macam istri saya? Saya yakin kau akan melakukan persis seperti apa yang saya lakukan berkali-kali. Saya coba mencintai mereka, saya kawini mereka, saya beri apa yang seharusnya mereka miliki, lalu tiba-tiba mereka mau merebut hak atas harta saya. Betul-betul tidak punya rasa terima kasih.

JUKI
Setelah ini akang akan kawin lagi?

JUMENA
Tergantung keadaan. Tapi bosan saya

JUKI
Dan Euis?

JUMENA
Biarkan dia berkubang dalam rumah orang tuanya yang sombong itu

JUKI
Akang seharusnya percaya betapa Euis mencintai akang. Sudah hampir lima tahun akang berumah tangga dengan dia

JUMENA
Dulu saya percaya bahwa mungkin saja ada seorang gadis yang separuh usia saya dapat mencintai lelaki tua macam saya, tapi sekarang tidak. Gadis dan bukan gadis sama saja perempuan, dan artinya sama perampoknya

JUKI
Akang jangan berdusta, sebenarnya akang sangat mencintai Euis

JUMENA
Tidak. (Diam) Buat apa?

SUNYI

JUKI
Saya yakin akang tidak begitukan Euis. Saya baca mata akang, akang sangat membutuhkan dia. Saya percaya suatu ketika akang akan menyusul dia

JUMENA (Pada penonton)
Apa Anda percaya omongannya? Kurang ajar, dia bisa mengucapkan kalimat setulus itu sementara hatinya meramu racun untuk saya

JUKI
Selama ini akang hanya dilimbur buruk sangka

JUMENA
Tuhanku, bendunglah amarah saya

JUKI
Saya tahu betul keadaan akang. Kalau akang percaya, saya pun sangat mencintai akang. Terus terang saya akui, akang  punya  cita-cita  yang sehat. Dengan rencana perluasan usaha-usaha akang secara tidak langsung akang mengajak penduduk daerah ini rajin dan lebih keras bekerja. Saya pun tahu bagaimana sebagian orang justru mencemooh akang sebagai pengusaha yang kikir. juga saya tahu betapa banyak orang menaruh dengki pada akang. Karena begitu saya…

JUMENA
Nah, kau ucapkan sendiri. Dengki. Itulah sifat semua orang

JUKI
Selalu akang begitu. Tidak semua orang jelek, akang. Percayalah, dengan prasangka-prasangka buruk akang selama ini, akang sedang menghancurkan diri akang sendiri. cobalah bercermin, nanti akang tahu betapa prasangka telah melipatkan usia akang

JUMENA
Kalau kau pernah memeras keringat selama empat puluh tahun, kau akan mengerti bahwa orang menjadi tua karena kering ludas energinya

JUKI
Betul, tapi akang akan tampak lebih muda sekiranya tanpa prasangka

JUMENA (Pada penonton)
Inilah saatnya. Saya tidak bisa lagi menahan diri (Lalu dengan tenang) Juki, kau akui saja bahwa diam-diam kau mencintai istri saya

(Juki tetap tenang)

Anda lihat sendiri dia tidak bisa berkutik. Bisakah Anda juga menyarankan agar saya mempercayai lelaki itu?

JUKI
Betul-betul akang dikuasai pikiran-pikiran jelek saja. Apakah saya gila, maka mencintai istri akang? Apakah saya orang yang tidak tahu terima kasih maka saya merebut istri akang?

JUMENA
semuanya kau ucapkan sendiri. Siapa yang menuduh bahwa kau berniat merebut istri saya? Saya hanya mengatakan bahwa kau mencintai istri saya. Dan ini mungkin saja. Apakah aneh kalau mencintai seorang perempuan yang sudah bersuami? Tidak, Juki. Kau tidak bisa terlalu lama menyembunyikan perasaanmu

JUKI
Untung saya sudah siap menghadapi segala prasangka. Sebentar lagi akang pun akan mengatakan yang lebih dari itu

JUMENA
Tentu saja kau siap, karena semuanya sudah ada dalam diri kamu sendiri. Prasangka! prasangka! Apakah kau bisa mengelak kalau semuanya saya utarakan blak-blakan di sini? Coba jawab, apa yang terjadi setiap kali saya pergi ke Tasikmalaya atau ke tempat-tempat lain?

JUKI (Mulai marah)
Apakah akang menuduh di rumah ini telah terjadi perbuatan mesum?

JUMENA
Selalu kau mendahului. Ya! Dan apa yang terjadi di gudang kacang setiap malam pada jam-jam dinihari? Bagaimana Euis bisa hamil tanpa mengadakan hubungan gelap?

JUKI
Darimana akang dapat cerita-cerita seram seperti itu? Saya kira seorang tidak waras telah meniupkan fitnah ke telinga akang

JUMENA
Lagi kau akui sendiri. Ya! Si sinting Kamil yang menceritakan itu semua. Sengaja, sejak lama saya suruh dia mengawasi semua orang termasuk istri saya dan kau

JUKI
Tuhanku, dan akang bisa percaya pada orang semacam itu?

JUMENA
Tidak saja saya, bahkan kau pun percaya. Kalau kau tidak percaya, tidak mungkin pabrik tenun terbakar bersama si Kamil. Kau mau menghilangkan jejak kejahatan dengan membakar lelaki sinting itu

JUKI
Akang sudah keterlaluan!

JUMENA
Kamu yang keterlaluan. Sudah saya beri pekerjaan dengan gaji besar dan tempat tinggal Cuma-Cuma di sini, kamu masih juga merencanakan niat busuk di belakang punggung saya.

Jangan mungkir. Kau dan Sabar berniat akan memperistrikan Euis kalau suatu ketika Euis sudah jadi janda. Sebab itu kau keras mendesak agar saya jangan menceraikan Euis. Saya juga tahu kau sedang mempercepat saat itu.
Jangan mungkir. Kau dan Sabar sedang menyiapkan kubur buat saya. betul-betul air tuba

JUKI (Setelah agak lama)
Sebelum saya meninggalkan rumah ini…

JUMENA
Karena kau tersinggung?

JUKI
Akang, sebelum terlambat, bersihkanlah akang dari segala prasangka itu. akang sudah tua

JUMENA
Jangan kau beri saya sugesti seperti itu. Saya tidak akan lembek oleh sugesti-sugesti kasar seperti itu, bahkan saya akan merasa bertambah muda setiap hari (Tersenyum) Saya tidak tahu persis berapa umur saya

JUKI
Selama tahun-tahun terakhir ini akang sendiri merasakan kesehatan akang semakin mundur. Sekali lagi saya sarankan, agar akang jangan terlalu keras dan pendek pikir. tidak semua orang sama seperti akang! Tidak semua orang suka berprasangka buruk seperti akang! Tidak semua orang pahit seperti akang! Tidak semua orang melakukan apa yang dulu akang lakukan; suka main-main perempuan. menghabiskan usia yang tinggal beberapa detik in lebih baik kita….

JUMENA
Sudahlah! jangan kau obral kata-kata palsu itu!

JUKI
Sekali pun begitu, saya tetap berterima kasih pada akang. Saya harap, kalau suatu ketika kita jumpa, saya sudah punya seorang anak dan istri yang mau memelihara saya

BEGITU JUKI KELUAR LONCENG BERDETAK KERAS

JUMENA
Bangsat! kenapa justru ia tidak menyangkal? (Tiba-tiba sesak napas kemudian batuk-batuk dan muntah-muntah) Bangsat! Bangsat!


2

TAK ADA SUARA. MUNCUL SEORANG LELAKI KEMBARAN JUMENA, TETAPI SANGAT TUA DI BALIK LONCENG. SEBENTAR BERTATAPAN DENGAN JUMENA. MEREKA SEPERTI SEDANG MERUNDINGKAN SESUATU LEWAT PANDANG MATA. SETELAH ORANG ITU MENGANGGUK DAN JUMENA MENGGELENG, DIA KELUAR

3

PEREMPUAN TUA MUNCUL MEMBAWA TEMPOLONG LUDAH DAN MENGGANTI TEMPOLONG DI KAKI KURSI GOYANG. SETELAH ITU IA MELANGKAH TETAPI BERHENTI DI PINTU

P. TUA
Tinggal kita berdua

JUMENA
Kata orang, dulu saya pernah digendong oleh seorang perempuan tua

P. TUA
Kapan?

JUMENA
Dulu, jaman normal, kata orang

P. TUA
Ketika agan kecil?

JUMENA
Perempuan tua itu menggendong saya, membawa saya kemana-mana, menjelajahi seluruh pojok kota

P. TUA
Kenapa?

JUMENA
Minta-minta, ngemis

(Perempuan Tua Itu Tersenyum)

Ini bukan lelucon, ini riwayat hidup saya. Kata orang. Tapi, kalau ternyata memang lelucon, maka jelas hidup juga suatu lelucon yang pahit. Saya betul-betul sendiri di dunia. Kadang-kadang timbul pikiran yang ganjil. Apakah saya tidak pernah dilahirkan? Apakah Tuhan melemparkan saya begitu saja ke pinggir kali atau tong sampah?.

Bahkan saya pun tidak tahu kenapa saya bernama Jumena. Saya selalu merasa geli kenapa dulu saya perlu menambah nama itu dengan Martawangsa. Apa maksud Tuhan dengan semua ini?

4

MUNCUL EMPAT ORANG MEMBAWA KERANDA. MUNCUL PEMBURU DI BALIK LONCENG

PEMBURU
Saya kira cukup agung, anakku….

(Jumena Cuma diam ketika keranda itu dibawa masuk ke dalam kamarnya

Semuanya saya yang bayar

(Yang membawa keranda tadi keluar)

Bunga-bunga jangan lupa

JUMENA (Berontak)
Saya tidak memerlukan semua itu. Kalau memang tidak pernah jelas dimana saya lahir, maka saya kira juga tidak perlu kuburan atau nisan buat saya! Lemparkan saja saya kembali ke pinggir kali. Dengan nisan rasanya saya malah seperti disindir

PEMBURU
Semuanya beres nanti, tanpa kau ikut campur

KLEUAR

5

SUNYI

JUMENA
Nyai punya anak?

P. TUA
Punya gan. tapi sudah lebih dari sepuluh tahun barangkali ia menghilang

JUMENA
Famili lain?

P. TUA
Tidak ada kecuali famili dari mendiang suami saya

JUMENA
Lumayan. Saya tidak punya siapa-siapa. Ke belakang hitam, ke muka hitam

(Sunyi)

Nyai bahagia?

P. TUA
Senang

JUMENA
Kenapa?

P. TUA
Tak ada yang pantas nyai susahkan. Dari itu nyai heran kenapa agan selalu nampak susah . padahal nyai percaya setiap orang bisa merasa bahagia hanya karena melihat orang lain bahagia. juga kita bisa bahagia karena kita melakukan sesuatu untuk menyenangkan orang lain

JUMENA
Bagaimana anak nyai?

P. TUA
Nyai percaya pada suatu hari nanti kami akan bertemu lagi

JUMENA
Mungkin dan tidak mungkin

P. TUA
Nyai pilih mungkin. Juga nyai percaya kalau tidak sempat di dunia, gusti pangeran akan mempertemukan kami di akherat kelak. Nyai yakin demikian halnya juga agan….

JUMENA
Saya beriman. saya beriman…

P. TUA
Nyai selalu membayangkan betapa bahagia seseorang yang beriman kepada Tuhan

JUMENA
Saya percaya saya beriman

P. TUA
Mungkin tidak penuh

JUMENA
Saya beriman tapi sedikit sangsi

P. TUA
Agan harus yakin dengan hari nanti. Kalau agan yakin niscaya agan akan tenang. Agan akan bisa lebih banyak membagi-bagikan sumbangan, lebih banyak berbuat amal, dengan harapan….

JUMENA
Saya takut kena tipu. saya takut kalau ternyata semuanya hanya isapan jempol belaka dan tak lebih hanya impian semata, hanya omong kosong, sementara saya sudah membagi-bagikan harta saya

P. TUA
Kurang rendah hati

SUNYI

JUMENA (Mulai takut dan curiga aneh)
Kira-kira kemana Juki pergi?

P. TUA
Siapa bisa menduga? Ke Jakarta mungkin, ke Bandung mungkin, kemana saja mungkin. dan bukan tidak mungkin ia tidak pergi kemana-mana


P. TUA KELUAR

JUMENA
Pasti ada apa-apa. Rencana Juki makin masak saya kira. Kemana Juki? (Berseru) Nyai!

(Perempuan tua muncul )

Sebaiknya seluruh pintu dan jendela dikunci

P. TUA
Masih siang, gan

JUMENA
Turut apa saya bilang. Dan jangan buka sebelum saya perintahkan!

P. TUA DENGAN TERHERAN-HERAN KELUAR. LALU TERDENGAR BUNYI PINTU-PINTU DITUTUP. ADA GEMA DI TELINGA JUMENA

6

JUMENA MENGAMBIL PISTOL. BERJAGA-JAGA. TIDAK BERAPA LAMA TERDENGAR PINTU DIKETUK. MUNCUL PEREMPUAN TUA. LAGI TERDENGAR KETUKAN

P. TUA
Dibuka, gan?

JUMENA
Intai dulu dan laporkan

PEREMPUAN TUA KELUAR. LALU PINTU DIKETUK. PEREMPUAN TUA MUNCUL

P. TUA
pak Warya, gan

JUMENA
Apa keperluannya?

P. TUA
Belum nyai Tanya, gan

JUMENA
Tanya!

(Ketukan di pintu. Perempuan Tua keluar lagi, sebentar lalu muncul lagi)

Apa?

P. TUA
Mau menyampaikan pesan kawan-kawan, gan. kawan-kawannya mau kerja lagi

(Sebentar Jumena berpikir)

Mereka kembali mau kerja, katanya gan

JUMENA
Bawa apa dia? golok?

P. TUA
Kurang jelas, gan

JUMENA
Lihat dulu

(Perempuan tua keluar. ketukan pintu)

Pistol ini harus disimpan dimana? Ya di sini

(Perempuan tua muncul)

Sabit? Golok? Saya kira belati

P. TUA
Tidak bawa apa-apa gan

JUMENA
Pakai sarung apa celana komprang?

P. TUA
Celana panjang biasa

JUMENA (Setelah agak lama)
Suruh dia masuk

(Perempuan tua keluar)

Nyai!

(Perempuan tua muncul)

Jangan lupa pintu dikunci lagi

PEREMPUAN TUA KELUAR



7

JUMENA DI SUDUT. BERJAGA-JAGA

JUMENA
Mustahil tak ada hubungannya dengan Juki

(Muncul Warya Diikuti Perempuan Tua)

Nyai tidak usah ke belakang. Duduk saja di pintu. Jaga!

SUNYI

WARYA
Bapak kelihatan tambah segar

JUMENA
Lumayan

WARYA
Syukurlah

JUMENA
Tumben anda kesini

WARYA
Maklum repot, Baru sekarang saya bisa ke sini. Tapi bapak memang kelihatan mulai bercahaya

JUMENA
Tidak lama lagi saya akan sembuh sama sekali

WARYA
InsyaAllah pak, kami semua mendoakan supaya bapak lekas sembuh

JUMENA
Tidak mendoakan supaya saya lekas mati? Kalau saya sudah sembuh, lalu kenapa?

WARYA
Kawan-kawan semua sudah sepakat akan mulai kerja lagi

JUMENA
Kapan?

WARYA
Terserah bapak tentunya

JUMENA
Kalau begitu saya timbang-timbang dulu. (Diam) Jadi kalian sudah memilih?

WARYA
Sudah, pak. kami memilih yang kedua

JUMENA
O, gaji yang diturunkan kemudian diperincikan dengan tambahan tunjangan social dan lain-lain?

WARYA
Sependengaraan saya begitu pak. Nanti Emod sendiri dan kawan-kawan lain akan langsung menyampaikan keputusan itu kepada bapak.

JUMENA
Kalian memang betul-betul kambing. di beri gaji cukup besar, kalian tidak mampu mengendalikan diri. Buta administrasi alias tolol! Tapi yang paling tragis, kalian tidak tahu lapar karena selalu lapar

WARYA
jadi bagaimana, pak?

JUMENA
apa yang bagaimana?

WARYA
Kapan kawan-kawan boleh mulai kerja lagi? Kapan pabrik akan buka?

JUMENA
Kau bilang nanti Emod dan kawan-kawan akan langsung ngomong sendiri dengan saya?

WARYA (Tersenyum)
Tapi saya kira boleh saja saya tahu sebelumnya

JUMENA
Terlambat

WARYA
Maksud juragan?

JUMENA
Kalau seminggu yang lalu kau kemari, dan menyampaikan keinginan kawan-kawanmu itu, barangkali saya akan senang sekali. sekarang rasanya tidak begitu. Sekarang saya berada dalam pikiran bahwa keputusan apapun sama dan sia-sia untuk saya.

WARYA (Tidak paham. Lalu setelah agak lama)
Lalu bagaimana, pak?

JUMENA
Saya sendiri belum tahu, nanti saya pikirkan. Akan saya timbang apakah ada gunanya saya membantu kalian. yang pasti untuk saya semuanya sama saja. tak ada gunanya. Tinggal satu soal: Saya berpihak pada kalian atau kepada diri sendiri?

WARYA (Ragu-ragu)
Saya juga belum, eh, maksud saya, apa, eh maksud saya, apa belum ada sesuatu. eh belum ada sesuatu yang bapak perlukan yang saya bisa kerjakan?

JUMENA
Belum, Cuma satu yang saya inginkan dan perlukan: berdiam diri atau berbaring-baring setengah tidur. Tidur. tidur.

TAK HENTI-HENTI JUMENA MENGUCAPKAN KATA”TIDUR” SEHINGGA MEMBUAT WARYA MERASA GANJIL

WARYA
Saya permisi, pak….

JUMENA MEMATUNG BEKU, DIBEKUKANNYA PIKIRAN SENDIRI KETIKA WARYA PERGI. SEMENTARA ITU PEMBURU BERSAMA YANG LAIN-LAIN MEMBAYANG DENGAN SENAPAN MASING-MASING DI TANGAN


8

SETELAH MENDENGAR PERTENGAKARAN MULUT ANTARA PEREMPUAN TUA DENGAN SESEORANG LALU MUNCUL LELAKI KURUSKUSAM GONDRONG DALAM KEADAAN GERAM DIIKUTI PEREMPUAN TUA YANG MASIH TERUS MENCOBA MENGUSIRNYA

LELAKI (Tajam menatap Jumena)
Rupanya kau

(Jumena berdiri lalu mundur ketakutan)

Rupanya kau harta karun itu

JUMENA (Setelah agak lama)
Siapa kau?

LELAKI
Siapa kau?

JUMENA
Siapa kau? Saya tembak kau. Saya tembak kau

LELAKI
Siapa kau? Saya tembak kau. Saya tembak kau. A, rupanya kau

JUMENA
Nyai!

P. TUA (Ketakutan)
Iya, gan

JUMENA
Kenapa nyai biarkan lelaki ini masuk?

LELAKI
Saya yang memaksa masuk setelah saya sembur dia. Heh, Nyai, sebaiknya nyai masuk ke dalam. Ayo, masuk!

KETAKUTAN PEREMPUAN TUA MASUK KE DAPUR

JUMENA
Nyai!

KETAKUTAN, PEREMPUAN TUA KELUAR

LELAKI
Nyai!

KETAKUTAN PEREMPUAN TUA MASUK LAGI KE DAPUR

JUMENA
Nyai!

(Perempuan tua mengintip saja)

Siapa dia?

LELAKI
Kuslan nama saya. Pelukis, Nyai!

KETAKUTAN, PEREMPUAN TUA MASUK. TETAPI SEGERA LELAKI ITU MEMANGGILNYA KEMBALI. DAN PEREMPUAN TUA MUNCUL LAGI DI PINTU DAPUR

P. TUA
Saya masuk atau keluar?

JUMENA & LELAKI
Keluar!

PEREMPUAN TUA LEMAS PADA KAKINYA

LELAKI
Nyai, saya minta dengan hormat tapi sangat, suruh Euis segera keluar

JUMENA TERNGANGA

P. TUA
Sudah nyai bilang Euis tak ada di sini, den

LELAKI
Jangan bohong! Saya yakin Euis lari kesini. Katanya ia mau kembali kesini

P. TUA
Betul, den. Euis tak ada di sini

JUMENA
Diam, nyai! Kau sebenarnya mau apa masuk ke rumah orang dengan cara seperti garong?

LELAKI
Saya mencari Euis!

JUMENA
Mencari istri saya maksud Anda

LELAKI
Bekas istri Anda

JUMENA
Buat apa?

LELAKI
Ini urusan kami berdua

JUMENA
Anda ini sebenarnya siapa?

LELAKI
Saya Kuslan. Pelukis! Calon suami bekas istri Anda!

JUMENA
Kalau benar begitu, apa perlunya saudara kemari?

LELAKI
Euis minggat sejak kemarin . dan saya yakin Euis lari kesini

JUMENA
Kenapa saudara yakin betul Euis lari kesini

LELAKI
Saya tahu betul Euis sangat mencintai Anda

JUMENA TERNGANGA SEMENTARA PEREMPUAN TUA MENANGIS SAMBIL MASUK KE DALAM

JUMENA
Euis tidak ada di sini. Tidak ada lagi

LELAKI
Saya tidak percaya

JUMENA
Periksalah sendiri

(Setelah mengawasi dan memeriksa dengan seksama, lalu lelaki kurus itu masuk ke dalam)

Nyai!

(Sambil menghapus air matanya perempuan tua muncul. Jumena tidak segera bisa berkata karena sekteika emosinya meluap hampir menyumbat napasnya)

Katakan selengkapnya siapa lelaki itu!

(Perempuan tua hanya menunduk)

Lekas katakan!

P. TUA
Maafkan, gan. Maafkan. Lelaki itu tetangga nyai, tetangga Euis

JUMENA (Seperti  mengeja dan datar)
Tetangga Euis?

P. TUA
Orang-orang menganggap pelukis itu sinting. Orang tuanya dulu kaya, tapi belakang ini kelihatannya agak menderita. Seluruh harta orang tuanya habis untuk membiayai pelukis itu. Dia memang buah hati orang tuanya. Begitu sayang sampai orang tuanya selalu percaya pada kebohongan-kebohongannya. Misalnya bahwa lukisan-lukisannya sudah terkenal di Bandung, Jakarta dan luar negeri. Padahal semua orang tahu, semua itu bohong dan hanya impiannya saja

LELAKI KURUS MUNCUL DALAM KEADAAN MURAM SEKALI. IA DUDUK, MENANGIS

JUMENA
Teruskan

P. TUA (Setengah berbisik)
Sejak lama sekali lelaki itu mencintai Euis tapi Euis tidak pernah suka padanya. Sudah sering orang tuanya menjodoh-jodohkannya dengan perempuan lain, tapi ia tetap hanya minta Euis

LELAKI (Menegrang memelas)
Euis

JUMENA
Lalu kenapa dia tiba-tiba kemari?

P. TUA
Nyai tidak tahu

LELAKI
Bodoh! (Sambil menangis) Saya yakin Euis di sini!

JUMENA
Kau boleh yakin, tapi tetap dia tidak di sini

LELAKI
Ada! Semuanya sudah beres, undangan sudah beres, Euis sendiri bilang akan mendampingi saya melukis setiap malam. Dia juga mengatakan anak saya akan lahir kira-kira tiga bulan lagi

(Perempuan tua menangis lari ke dapur lagi. jumena kembali ternganga dan semakin tua seketika. setelah agak lama kemudian lelaki kurus menghapus airmatanya dan bersikap agak tenang, tetapi tetap ganjil gayanya)

Rupanya Euis hanya mencintai kau! Dia jahat!

(Jumena semakin bertambah tua lagi)

Dia juga bodoh, padahal dia sendiri tahu kau sama sekali tidak mencintainya dan dia tahu juga saya sangat mencintainya

JUMENA
Boleh saya Tanya?

LELAKI
Dia kejam

JUMENA TIDAK SEGERA MENGAJUKAN PERTANYAAN

JUMENA
Kau, eh anda bilang tentang anak, tadi?

LELAKI
Anak itu anak saya!

(Senyum merekah di bibir kering. Lelaki itu menghapal)

Ketika itu dia seperti pengantin dan saya sangat bahagia sekali. Malam itu malam pengantin yang paling indah. Seperti dalam film-film kartun. Paginya dengan kesetanan saya menyelesaikan lukisan besar yang saya beri judul “Kereta Api Dalam Kabut”


JUMENA
Kenapa tidak kau cari di rumah orang tuanya!?

LELAKI
Dia justru minggat dari rumah orang tuanya

(Jumena kembali ternganga lagi dan selanjutnya tertunduk seolah lehernya tertekuk. Dia tidak menyadari ketika lelaki kurus itu mendekati dan mengamatinya. Sementara sayup kedengaran suara Kamil membacakan kuliahnya tentang teori Darwin , dan pemburu kemudian seperti berbaris menuju suatu upacara duka)

Kau juga kejam. Lelaki tua yang kejam!


(Kemudian pentas hanya menyanyikan kelengangan bagi Jumena. Dan lonceng raksasa itu berdentang tak habis-habisnya sampai adegan ini selesai)

JUMENA
Seharusnya dulu saya punya binatang peliharaan . kalau saja saya tahu sejak dulu bahwa yang diperlukan hidup hanyalah seekor anjing piaraan, atau piaraan yang lain, kalau saja saya tahu dulu, barangkali saya tidak sakit seperti ini

(Jumena semakin redup sementara cahaya kuat dari jendela menyorot tajam tepat di mana Jumena duduk)

Kata orang saya bahagia, tapi saya tidak tahu. Saya kira tidak seorang pun yang tahu persis bahwa dirinya bahagia. Dan saya kira juga mereka umumnya tidak mau tahu. Tapi, saya ingin tahu. Ini celakanya!

JUMENA MENCOBA MENULIS SURAT. BARU SATU BARIS, KERTASNYA DIA SOBEK. DIA REMAS-REMAS. BEGITU DIA LAKUKAN BERULANG KALI. SEHINGGA NANTI PENTAS AKAN PENUH DENGAN REMASAN-REMASAN KERTAS


9

SETELAH MULAI LELAH BENAR JUMENA BERHENTI MENULIS. DAN KETIKA MUNCUL LEWAT EUIS, JUKI, SABARUDDIN SEGERA JUMENA MENULIS LAGI DAN SETERUSNYA. LEWAT JUGA EMOD, WARYA DAN BEBERAPA ORANG LAIN. KETIKA MARKABA DAN LODOD SEDANG LEWAT.

JUMENA
Siapa mereka?

PEMBURU
Jangan hiraukan. Lebih baik kau istirahat banyak-banyak. Tinggal satu hal yang dapat kau nikmati. Tidur. Itu pun kalau bisa

JUMENA
Nyai!

10

MUNCUL PEREMPUAN TUA GIRANG SEKALI

P. TUA
Agan, nyai ada pikiran baik. Bagaimana kalau agan nyai anggap saja sebagai anak nyai supaya agan bisa tenang

JUMENA
Jangan. Uang saya banyak. Lebih baik segera nyai bawa ke sini satu botol minyak tanah

P. TUA
Buat apa, gan?

JUMENA
Belum jadi ibu saya, kamu sudah banyak Tanya. Bawa saja kesini. Satu kaleng kalau bisa

KETAKUTAN PEREMPUAN SEGERA PERGI

11

JUMENA MENGITARI RUANGAN SEPERTI SEEKOR HARIMAU YANG LAPAR DALAM KERANGKENG

JUMENA
Tuhan, mudah-mudahan kau semakin puas dengan ciptaanMu yang satu ini

PEREMPUAN TUA MUNCUL MEMBAWA BOTOL YANG SEGERA DIREBUT OLEH JUMENA

P. TUA
Anakku….

(Jumena menyiram-nyiramkan minyak itu ke seluruh penjuru dan terutama pada remasan-remasan kertas di lantai)

Anakku, jangan. Anakku. Kau jangan putus asa seperti itu

(Sekuat tenaga perempuan tua mencoba menghalangi tetapi badan jumena lebih kuat sehingga ia malah terjatuh di lantai. segera jumena menyalakan korek api dan mulai membakar kertas-kertas di lantai)

Kebakaran! Kebakaran!


SETELAH SEBENTAR DENGAN KEPANIKAN MONDAR-MANDIR DI SANA, LALU PEREMPUAN TUA KELUAR SEMENTARA

JUMENA
Ini yang mereka kehendaki!

LALU JUMENA DUDUK DENGAN TENANG SEMENTARA API SEMAKIN BESAR DAN KEDENGARAN SUARA PEREMPUAN TUA YANG MENJERIT-JERIT HISTERIS DAN KEMUDIAN KENTONGAN DI BUNYIKAN DAN PASUKAN PEMBURU SEMAKIN BERDERAP DENGAN BUNYI SEPATUNYA YANG MENYERAMKAN.


LAYAR



BAGIAN KEEMPAT


ASAP DUPA DI MANA-MANA. TERUTAMA DI KAMAR, DI MANA JUMENA YANG DALAM KEADAAN KOMA BERBARING. TAK HENTI-HENTI IA MENGELUH KESAKITAN YANG RUPANYA BERPUSAT DI BALIK DADANYA. LENGUHNYA SANGAT MEMILUKAN. DUDUK BERSIMPUH DI DEKAT KEPALANYA ADALAH WARYA, SALAH SEORANG MANDORNYA, MEMBACA SURAT YASSIN.
DI RUANG TENGAH, YANG HANGUS KARENA DIBAKAR BEBERAPA WAKTU YANG LALU, DUDUK PIKIRAN JUMENA YANG BAGAIKAN MAHLUK BUAS, TUA DAN PURBA. DENGAN MATANYA YANG NYALANG MENYALA IA BERGOYANG-GOYANG DI KURSI GOYANG. SEPERTI IA SEDANG MENGAWASI SETIAP SUDUT DARIMANA AKAN MUNCUL MUSUH-MUSUHNYA.

1

MUNCUL EUIS DIIKUTI PEREMPUAN TUA, KEDUANYA BERKERUDUNG. KELIHATANNYA SANGAT KUYU, PUCAT SEKALI EUIS SEMENTARA KANDUNGANNYA MULAI MEMBERAT SAKING BESARNYA.

EUIS
Apa pesan pak Dokter?

P. TUA
Bapak Dokter tidak bilang apa-apa. Setelah memberikan suntikan semalam, beliau hanya pesan agar segala kemauan bapak dituruti saja. Segala makanan apa saja boleh, kata beliau (Diam) Lebih baik ibu segera masuk ke dalam

EUIS MENGGELENG SEDIH

P. TUA
Lupakan yang sudah-sudah, tak ada baiknya.

EUIS
Saya takut mengganggu ketenangannya

P. TUA
Jangan pikirkan apa-apa. Tidak ada gunanya. Juga jangan bicarakan apa-apa. Yang paling baik pada saat seperti ini Ibu ke kamar dan menemui beliau, biar beliau senang. Mudah-mudahan dengan begitu beliau akan cepat sembuh. Dengan sedikit lebih tabah lagi, insyaAllah semuanya akan beres, dan rumah ini akan lebih bercahaya dari hari-hari sebelumnya; dengan seorang dua orang anak berkejaran diantara kursi-kursi makan

BEBERAPA SAAT MEREKA SALING MEMBISU. KEMUDIAN KEDUANYA MASUK KE DALAM KAMAR JUMENA


2

WARYA DI KAKI RANJANG DI TEMPAT JUMENA BERBARING. DI KAMAR

EUIS (Menahan sedu)
Terlalu menderita

P. TUA (Memijit-mijit jarinya sendiri yang kering)
Dalam tidur pun tampaknya tidak juga ia mau berhenti berpikir

KEMUDIAN KELIHATAN MEREKA MULAI BERCAKAP-CAKAP


3

SESEORANG DI BALIK LONCENG MUNCUL. SECARA PASTI IA MELANGKAH MASUK KE DALAM KAMAR JUMENA. DI SANA IA MENYUAPI JUMENA MAKAN. SETELAH SELESAI JUMENA MAKAN, ORANG ITU SANG PEMBURU, KEMBALI MASUK KE DALAM LONCENG YANG BERDENTANGAN

4

JUMENA
Siapa yang mau percaya bahwa si edan Kamil yang membakar pabrik tenun saya? Coba saja, buat apa dia? Atau memang semua orang sedang merebut menguasai dan merusak harta saya? (Menggeram) Boleh saja kalau bisa

(Lewat Marjuki)

Boleh

LEWAT MARKABA DAN LODOD

JUMENA
Siapa mereka? (Memukul-mukul kepalanya sendiri)

PEMBURU
Jangan hiraukan. Tidak banyak lagi kesemapatanmu

JUMENA
Saya akan lawan mereka.

PEMBURU
Itu lebih baik barangkali

JUMENA
Saya harus menang

PEMBURU
Kau pasti menang

5

SABARUDDIN DAN PAK HAJI BAKRI MEMASUKI RUMAH ITU DAN LANGSUNG KE KAMAR JUMENA

SABARUDDIN
InsyaAllah pak Jumena lekas sembuh. Beliau sangat kuat dan tabah (Pada Perempuan Tua) Dimasak seperti jamu pahit godokan

PEREMPUAN TUA KELUAR SETELAH MENERIMA BUNGKUSAN JAMU DARI SABARUDDIN

PAK HAJI
Pak Warya sebaiknya tidur dulu

WARYA
Biar saya tidur di sini saja (Berbaring di lantai)

PAK HAJI
Jangan terlalu kecil hati, Euis. InsyaAllah semuanya akan berlalu dengan selamat

EUIS
Terima kasih pak haji

PAK HAJI
Tawakal

SETELAH MENGUCAPKAN KALIMAT ITU, PAK HAJI DAN SABAR MENINGGALKAN KAMAR ITU LALU MENINGGALKAN RUMAH ITU. SETELAH EUIS SENDIRIAN IA MENANGIS, SETELAH AGAK LAMA, SETELAH IA MENDAPATKAN SEMANGATNYA KEMBALI. EUIS MENINGGALKAN KAMAR ITU MENUJU KAMAR


6

JUMENA
Hh….hh…..hh…..Bangsat….Bangsat….hh….

(uki Muncul Dan Berdiri Di Sisi Jumena)

Hh….Bangsat. hh….

(Muncul Euis Berdiri Di Sisi Lain Jumena)

Bangsat. Hhh…..bangsat. Bangsat….Hh…hhh….

PAK HAJI
Allah….Allah….Muhammadurrasulullah…Allah….Allah….

7

MUNCUL MARKABA DAN LODOD, SI BANDIT DAN SI IDIOT

MARKABA
Siapa perempuan itu?

JUKI
Istrinya

MARKABA
Eerste klas. Jitu, yahud!, Betul tidak Lodod?

LODOD (Mengacungkan kedua jempol tangannya)
Haaa

JUMENA
Bangsat! bangsat!

JUKI
Markaba, setelah semuanya selesai, saya kira kau tidak lupa perjanjian kita

MARKABA
Lodod!

LODOD
Dibagi tiga sama rata, satu sen tidak berbeda

JUKI
Sebelum itu, Mar. Apa semua langkah-langkah masak kau perhitungkan?

MARKABA
Betul-betul kamu banci. Tidak pernah cair pengecutmu. Tapi untung kau punya pipa sehebat itu. Iblispun lari melihat pipamu, apalagi perempuan( Tersenyum) Seperti pertanyaan anak kecil saja. lebih baik kamu jawab pertanyaan saya! Sedang apa orang itu?

JUKI
Tidur, kata istrinya

MARKABA (Menerawang)
Dan dia akan tidur terus

JUMENA
Coba saja kalau bisa. Sudah tahu saya cara untuk mengalahkan mereka

MARKABA
Lodod!

LODOD (Seperti bisaa)
Haa….

MARKABA (Pada Juki)
Kamu gemetar sekali seperti kena malaria

KEDUANYA TERTAWA. KEDUANYA MENDEKATI JUMENA DAN TERTAWA

JUMENA
Bunuh saya, bangsat! Bunuh saya! Kalau bisa! (Tertawa)

(Keduanya Tertawa)

Semua binatang, binatang-binatang, setan-setan, bahkan para malaikat pn menghendaki harta saya. Bunuh saya, bangsat. bunuh saya! kalau bisa! (Tertawa)

SABARUDDIN
Allah….Allah….

JUKI
Mar, kapan mau mulai?

MARKABA
Kau gugup sekali seperti perawan (Pada Lodod) Heh, bagaimana perasaanmu?

LODOD
Angin….(Tertawa) Haaa…

MARKABA
Kamu seperti tiang listrik (Pada Juki) Coba, Juki,  Perhatikan batang pohon itu. Diam-diam Lodod telah menjadi seorang Filsuf. (Pada Lodod)Heh, pelepah pisang. Apa yang penting untukmu?

LODOD
Perempuan dan makan (Tertawa)

MARKABA
Dia lupa, kita tidak bisa enak main perempuan dalam keadaan lapar. (Pada Lodod) Dod, itu harus dibalik. Makan dulu baru perempuan. Betul tidak?

LODOD (Seperti bisaa)
Haaa…

MARKABA
Lalu apa tujuan hidup kita, kata dukun kita?

LODOD
Angin (Tertawa)

MARKABA
Artinya?

LODOD (Tertawa)
Angin sama dengan nol. Nol sama dengan kosong (Tertawa) Kosong sama dengan makan dan perempuan (Tertawa)

MARKABA (Tertawa)
Nah, kau lihat, Juki. Lodod betul-betul manusia sejati. Dia betul-betul pahlawan segala zaman

JUMENA TERTAWA

JUMENA (Kemudian meraung)
Apa? Saya sudah tempuh semuanya. Saya hamburkan uang saya. Saya tiduri segala hotel. Saya masuki segala restoran. Warung-warung. Saya tiduri semua kota. Saya makan segala makanan. Saya minum segala minuman. Saya hisap seluruh kenikmatan perempuan segala jenis. Saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan. Nol! Sedemikian tega Tuhan melemparkan saya ke pinggir kali

SEPI DAN BEKU SEJENAK. TEGANG. TERGANTUNG

MARKABA
Dod, lihatlah Marjuki. Dia sedang mencuci bajunya dengan keringatnya sendiri. Ayo, sekarang kita tidur. Juki biar berjaga di sini (Pada Juki) Walaupun kamu seorang pengecut saya berani bertaruh kamu bisa bersiul. Nah, bersiulah kalau ada apa-apa. (Pada Lodod) Lodod!

MARKABA DAN LODOD KELUAR. ANJING-ANJING SALING MENGGONGGONG SANAGT RIUH SEKALI


8

DUA LELAKI DEKAT LONCENG MUNCUL DAN MENEMBAK KE ATAS. LONCENG PUN BERDENTANG

9

EUIS
….Allah….Allah…. Akang kita akan punya anak….

PAK HAJI
Euis, relakan suamimu, relakan. Biar lapang dadanya, biar akangmu tidak terlalu lama menderita (Menahan tangis dan setengah berteriak) Jangan ada yang syirik! relakan! Biarkan! Biarkan dia kembali ke asalnya! Allah, jangan ada yang syirik! (Kembali menuntun) Allah…Jum….Jum….

PEREMPUAN TUA MENGANGKAT EUIS DAN MEMBAWANYA KELUAR DARI KAMAR

SABARUDDIN
Allah….Allah….(KEpada Orang-orang) Kaum wanita sebaiknya keluar saja. Beliau kepanasan. Ganti handuknya. mana kain yang kering? ….Allah….Allah….

JUMENA
Bangsat!

PAK HAJI
Jum, sadar, Jum. Sebut nama Allah….Allah….Jum….Allah….

10

JUKI SEGERA MENGHAMPIRI KETIKA MUNCUL MARKABA DAN LODOD YANG TERTAWA

JUKI
Bagaimana?

MARKABA
Bagaimana, Lodod?

LODOD (Tolol)
Bagaimana?

MARKABA (Tertawa)
Semuanya seperti angin laut yang menyegarkan

LODOD
Segar seperti hujan-hujanan

JUKI
Bagaimana, Mar?

MARKABA (Tertawa)
Juki, Juki. Rupanya kau telah menghidangkan mayat untuk saya

JUKI
Maksudmu?

JUMENA (Tertawa)
Tertipu mereka. Saya kelabui mereka

MARKABA
Ketika saya masuk, orang itu sudah tergantung diudara dengan seutas tali di lehernya

LODOD
Berkibar-kibar seperti bendera

JUKI
Mar, kau tidak bergurau?

MARKABA
Kau timbanglah sendiri. Kira-kira betul tidak yang saya katakan (Tertawa) Dan agaknya sebelum orang itu mengibarkan badannya yang malang supaya bergoyang-goyang ditiup angin, ia telah menulis surat wasiat yang berbunyi

JUMENA
“Semua harta kekayaan diwariskan kepada dua orang yang tak dikenal yang bernama Markaba dan Lodod”

JUKI
Mar, Kau jangan  berkata begitu. Kau mulai tidak jujur

MARKABA
Kau pengecut banci yang lekas marah. Tapi sekali lagi saya bilang, untung kamu punya pipa, jadi seram kelihatannya. Saya berani bertaruh ayahmu dulu seorang lelaki lemah yang sering dipukuli istrinya. Dengarkan baik-baik, toh kamu belum membaca surat wasiat itu. Selanjutnya dalam akte itu dicantumkan juga :”Berhubung Juki punya pipa, Maka patut dikasihani oleh Markaba dan Lodod, dengan bagian sepertiga dari jumlah seluruhnya” (Pada Lodod) Lodod!

LODOD
“Wassalam: Orang yang malang

JUKI TERSENYUM SENANG

MARKABA
Sampai mati kau boleh tersenyum sebab kamu akan memiliki rumah ini dengan segala pabrik dan kebun-kebunnya dan andil-andilnya dengan syarat….

JUMENA
Demi Tuhan, tidak! Ini hanya pikiran saya! (Menangis) Anakku, di mana kau?

JUKI
Kau betul-betul lihai, Mar. Semua orang nanti akan mengira dia mati bunuh diri, bukan?

MARKABA (Membentak)
Memang dia bunuh diri! Lodod!

LODOD TERTAWA

MARKABA
Angin adalah sesuatu yang terbaik di dunia. Sekarang orang itu telah menjadi angin

LODOD
Angin, dingin. Dingin, bereselimut. Selimut. Tidur (Tertawa)

KETIKA MARJUKI IKUT KETAWA, YANG LAIN BERHENTI KETAWA SEHINGGA LAMA-LAMA TAWA JUKI CEMPLANG DAN BERHENTI

MARKABA
Kamu jangan ketawa dulu seperti Bandar Kim Ok yang lehernya berlipat itu. Kamu toh belum mendengar syarat yang akan saya ajukan. Inilah syarat itu. Sebelum saya dan Lodod keluar dari sini. Saya perlu sedikit hiburan. Mana perempuan tadi? Dia hartanya juga, kan?

JUKI (Menyembunyikan gentarnya)
Tentu saja dia lain, Mar

MARKABA
Lodod

LODOD MENGGELENG-GELENGKAN KEPALANYA

MARKABA
Apa kamu tidak kenal saya?

JUKI
Tapi tentu kau bisa mengerti perasaan saya, Mar

MARKABA
Lodod

LODOD MENGGELENG-GELENGKAN KEPALANYA

MARKABA
Apa kamu sedang main asmara sama dia? – Lodod!

LODOD
Kelas satu! (Mengacungkan kedua ibu jarinya)

MARKABA
Bagaimana? Apa kamu mau berurusan sedikit dengan Lodod? Saya berani bertaruh kamu tidak ingin menggantung diri, bukan?

JUMENA (Tertawa)
Tidak satupun yang bisa mengalahkan saya, tidak satu pun!

JUKI
Bukan itu maksud saya, Mar. (Diam) Baiklah, Mar. kau boleh mengambil dia

MARKABA
Saya tidak akan mengambil dia. Saya hanya butuh malam ini

JUKI
Tapi kalau bisa, Mar

MARKABA (Tidak sabar)
Sudah terlalu malam, Juki!

JUKI
Sebentar, Mar

JUMENA (Tertawa)
Saya harus berhibur sedikit…. Lalu bagaimana?

11

EUIS (Muncul dan jijik marah)
Kau tega memperlakukan saya seperti binatang

JUKI
Tidak usah banyak turut campur, manis. Turut saja apa kata saya. Akan lancar semuanya

EUIS
Kamu kira saya tuli? Anak kecil?

JUKI
Kau belum paham, manis. Percayalah. Semuanya akan beres persis seperti rencana kita

JUMENA (Tertawa)
Tidak segampang yang mereka sangka!

EUIS
Saya betul-betul paham sekarang. Kalau kau serahkan tubuh saya pada kawan-kawanmu itu, kelak orang akan menyangka saya telah diperkosa dia

JUKI (Segera)
Euis!

EUIS
Tidak! akan saya buka semuanya. Akan saya katakan bahwa kau licik. Keberanianmu Cuma di mulut. Saya tidak peduli pada apa yang akan terjadi pada diri saya. Daripada saya kawin dengan kamu, lebih baik saya tenggelam dalam sumur. Dan lebih baik lagi kalau saya ikut kawan-kawanmu yang betul-betul jantan. Tapi sebelum itu, saya akan bongkar semua rancanganmu yang busuk itu supaya kamu rasakan sendiri hasil tipuanmu

JUKI
Euis, kau jangan ambil resiko yang bukan-bukan


EUIS
Tidak. Lebih baik saya katakan semuanya kepada kawan-kawanmu

JUKI
Euis!

MARKABA
Juki! (Matanya merah. Lantas pada Euis) Apa yang mau kau katakan? Apa rancangannya?

KETEGANGAN MENEKAN MEREKA, EUIS MEMANDANG JUKI DENGAN RASA JIJIK BERCAMPUR CINTA YANG TAK BERSEMANGAT

MARKABA
Katakan semuanya. Rancangan  apa yang telah disusunnya?

JUKI
Euis (Merasa pisau itu telah menempel di pipinya)

EUIS
Tapi sebelum saya bilang. Berjanjilah kalian mau membawa saya kemana kalian pergi

MARKABA
Gampang itu. Lekas katakan semua seterang-terangnya (Kepada Lodod) Lodod!

LODOD MEMBAYANGI JUKI DENGAN PANDANGAN-PANDANGANNYA

EUIS (Dengan air matanya)
Dia akan menjebak kalian dalam rencana pembunuhan ini. Dia akan memberi jejak-jejak kepada polisi agar polisi gampang menangkap kalian. Dia akan…

MARKABA
Babi!

JUKI
Bohong! Bohong! (Pada MArkaba) Mar, apa kau percaya? Percaya kepada mulutnya, kau….

MARKABA
Tidak. Tapi saya lebih tidak percaya kepadamu. kau licik, itu sudah jelas dalam cara kau berjudi. Juki, lihat mata saya. Sering kamu melihat saya marah, tapi lihatlah. belum pernah saya marah sedemikian hebatnya. Selama hidup bertualang belum pernah saya dikhianati kawan sendiri sedemikian rendahnya. Jangan pula kau mengira saya takut mati.

Saya tidak pernah takut sama siapapun. Kalaupun polisi akan membelah dada saya menjadi dua puluh kerat, saya juga tidak akan takut. Mati bagi saya tidak berarti apa-apa. Tidak ada Tuhan!

JUMENA
Tidak ada surga

MARKABA
Tidak ada neraka

JUMENA
Tidak ada malaikat

MARKABA
Tak ada apa-apa di sini dan di mana saja

JUMENA
Nonsens!

MARKABA
kau pengecut! tak usah kau pungkiri. Dan kau memang kerbau berpipa! Saya ingin menampar mulutmu yang berewok itu. Sedemikian marah saya dan sedemikian terkejut saya karena tidak sedikit pun saya mengira ini semua bisa terjadi, padahal saya percaya kepadamu!

JUKI
Tapi semua itu dusta, Mar

MARKABA
Kamu tidak punya apa-apa lagi untuk membela dirimu, Juki

JUKI
Terserah. terserah kalau kamu bisa terpengaruh oleh mulut perempuan itu, tapi tentu kamu bisa memaafkan saya, Mar, Ambilah harta itu semua, tapi maafkanlah saya. Mar, kau lupa saya sahabatmu. Mar?

MARKABA
Kamu yang lupa saya dan kawan-kawan kamu!

JUKI
Mar, maafkan saya! (Lari, pergi)

MARKABA
Lodod! (Mengejar bersama Lodod)

SEJUTA EKOR ANJING MENGGONGGONG. EUIS MENENGADAH DAN MENUTUP TELINGANYA. KEMUDIAN DIA LARI


12

JUMENA (Yang di kursi berseru gembira)
Nyai!

P. TUA (Di tepi ranjang)
Ya, gan

JUMENA
Kalau alam bisa memperlakukan saya seperti itu, saya kira alam juga bisa memperlakukan orang-orang itu seperti yang saya bayangkan. Jadi begini setelah menyembelih Marjuki, kedua orang asing itu pasti kemudian mati diracun oleh perempuan tukang sihir itu. Sedangkan Euis akan mati karena gila. Euis kejatuhan buah kelapa.

Nah, akhirnya amanlah hidup dan harta saya. Aman sudah. Sekarang, pintu-pintu dan jendela supaya kembali dibuka seperti biasanya. Tapi sekalipun demikian, ada satu yang tidak akan pernah selesai: kita tidak akan pernah sampai, tidak saya, tidak juga kau. Ayo, buka semua!

P. TUA
Ya, gan

JUMENA
Dan saya akan kawin lagi! Saya akan mulai hidup lagi dengan sikap pura-pura seperti setiap orang, karena agaknya, hidup hanya bisa diatasi dengan cara kucing-kucingan seperti itu, sambil kita rangkai kembang-kembang kematian dan kelahiran, dalam perasaan harap-harap cemas

13

SEJUTA SENAPAN MELETUS BERSAMA, LALU SEJUTA LONCENG BERDENTANG BERSAMA
PEMBURU
Kau tahu kau sudah mati?

JUMENA
Apa?
PEMBURU
Kau sudah mati

JUMENA
Gila! Saya sendiri tidak tahu (Senyum pahit) Apa boleh buat

PEMBURU
Tidak perlu tahu, seperti halnya tentang hidup

JUMENA
Tapi saya selalu ingin tahu

PEMBURU
Hampir semua orang juga ingin tahu, tapi umumnya orang lebih hemat dalam segala hal dan lebih sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk menuju surga. Kau telah memakan buah khuldi, sementara orang umumnya lebih suka menelan air liurnya, lantaran mereka tak mau kehilangan surganya

JUMENA
Kau ini sebenarnya siapa?

PEMBURU
Yang kau cari. Yang kau rindui. Ayahmu alias Tanya

JUMENA TERPESONA. PEMBURU TERSENYUM. AGUNG SEKALI

JUMENA
Bajingan!

PEMBURU
Mulutmu kotor seperti otakmu

JUMENA TERSENYUM

JUMENA
Kalau begitu, betul saya sudah mati?

PEMBURU
Begitu kata orang

JUMENA
Lalu bagaimana? apakah ini berarti saya harus mulai lagi?

PEMBURU
Tidak, anakku. Lebih baik kau lanjutkan. ikutilah saya

JUMENA MENGIKUTI LANGKAH PEMBURU MENUJU LONCENG RAKSASA ITU

JUMENA
Dari sini kita mulai?

PEMBURU
Ya

SEMUANYA MASUK KE DALAM LONCENG RAKSASA ITU, SEMENTARA SEBELUMNYA IA SUDAH MEMPERDENGARKAN BUNYINYA YANG MENGGEMA TEPAT PUKUL 12

KETIKA MUNCUL PEREMPUAN TUA MENGAMBIL TEMPOLONG LUDAH DI KAKI KURSI GOYANG, DAN TEPAT SELANGKAH KETIKA IA MASUK KE DALAM, SEMUA LAMPU SUSUT CAHAYA DAN LAYAR TURUN PERLAHAN

SELESAI

Postingan Terkait

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter