Metode dan Media Pembelajaran Berbicara

Post a Comment


Metode pembelajaran adalah cara menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Apabila dikaitkan dengan pengalaman belajar, metode berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang (Tarigan, 1980:260). Beberapa metode pembelajaran berbicara yang dapat diterapkan (Tarigan dalam Idra, 2002: 56) adalah metode ulang ucap, lihat ucap, memerikan, menjawab pertanyaan, bertanya, bertanya menggali, melanjutkan cerita, menceritakan kembali, bercakap-cakap, mereka cerita gambar, bercerita, memberi petunjuk, melaporkan, bermain peran, wawancara, diskusi, bertelepon, dan dramatisasi.
Adapun media pembelajaran adalah sarana pembelajaran yang digunakan siswa dan guru untuk proses belajar mengajar. Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara adalah telepon, pengeras suara, bahan bacaan, gambar, radio, tape recorder, program televis, dsb. Berikut ini penjelasan beberapa metode pembelajaran berbicara.

1. Ulang Ucap Metode ulang ucap sangat cocok untuk siswa SD karena pada tahap-tahap awal siswa belajar berbicara memerlukan contoh pelafalan secara benar sebagai pajanan (Expose). Jika siswa salah mengucapkan dalam menirukan kata itu dapat diulang lagi sampai lafal siswa betul (sesuai dengan lafal guru). Di sini dapat menggunakan kartu transkripsi fonetis sebagai media.
Misalnya:
Guru                :           mama
Siswa               :           mama
Guru                :           ini mama
Siswa               :           ini mama
Guru                :           ini nana
Siswa               :           ini nana
Guru                :           ini mama nana
Siswa               :           ini mama nana

2. Lihat Ucap
Metode ini dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan sesuatu yang konkret atau gambar benda sebagai media, kemudian siswa menyebutkan warna benda tersebut dan menceritakan isi gambar. Metode lihat ucapkan dapat digunakan untuk lafal yang masih sering salah bagi siswa kita atau model penseritaan deskriptif.
Misalnya:
Guru menunjukkan gambar berseri.
Siswa membaca gambar dengan lafal gambar ber-[seri].
Guru menunjukkan gambar orang senyum berseri-seri.
Siswa membaca gambar dengan lafal gambar [seri].

3. Memerikan
Dalam pelaksanaannya, siswa disuruh memperlihatkan sesuatu yang dapat berwujud benda atau peristiwa dengan waktu yang telah ditentukan, kemudian siswa disuruh memerikan atau mendeskripsikan sesuatu yang diperlihatkan tersebut secara lisan. Misalnya, guru membawa dan memperlihatkan daun pepaya kepada siswa dan meminta siswa sejenak mengamatinya. Setelah itu, guru meminta siswa memerikan bentuknya, wana daunnya, manfaat dan sebagainya.
4. Menjawab Pertanyaan
Metode ini digunakan untuk semua mata pelajaran dan dalam pembelajaran BI dapat digunakan untuk semua standar kompetensi karena dalam setiap pembelajaran guru dapat mengawali dengan memberikan pertanyaan. Siswa yang pemalu lama-lama akan menjadi terlatih keberanian berbicaranya apabila ia selalu diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara lisan.
Mislanya:
Guru                : siapa namamu?
Siswa               : Ariel, Bu
Guru                : di mana tempat tinggalmu?
Siswa               : di Malang
Guru                : sempurnakan jawabanmu!
Siswa              : saya tinggal di jalan Jembawan XII Nomor 25 Sawojajar  Malang
Guru                : kamu tinggal bersama siapa saja?
Siswa              : saya tinggal bersama ayah, ibu, kakak, dan adik.
Guru                : bisakah kamu gambarkan keluargamu dengan kalimat yang lengkap?
Siswa              : Kakak saya bernama Arief, adik saya bernama Aries, kami saling menyayangi, kedua orang tuaku bekerja di kantor.

5. Bertanya
Guru yang baik selalu memberika kesempatan kepada siswanya untuk bertanya. Jangan lupa bahwa setiap guru akan mengawali pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terhadap materi yang akan dibahas, dan belum mengakhiri guru harus memberi tugas atau memberitahukan materi yang harus dikerjakan siswa untuk pelajaran yang akan datang. Dengan demikian, akan sering terjadi tanya jawab atau pertanyaan dari siswa-siswi tentang tugas yang diberikan. Bertanya kepada siswa bukan hanya pada kegiatan berbicara saja karena pada hakikatnya pembelajaran semua keterampilan selalu ada pertanyaan. Melalui pertanyaan siswa dapat mengungkapkan keingintahuannya tentang sesuatu hal. Melalui pertanyaan pula guru akan tahu kemampuan siswa dalam berbicara.
Misalnya:
            Guru membawa/menyimpan benda dalam dos atau di atas meja yang ditutup. Kemudian, siswa disuruh bertanya tentang benda yang dimaksud secara bergilir. Pertanyaan yang diajukan siswa harus bisa dijawab dengan jawaban ya atau tidak.
Guru    : Benda apa yang ada dalam dos ini?
Siswa   : Apakah benda itu bernyawa?
Guru    : Tidak
Siswa   : Apakah benda itu berwarna? Guru Ya
Siswa   : Apakah benda itu untuk kegiatan belajar?
Guru    : Ya
Siswa   : Buku
Guru    : Bagus (guru memberi reward)

6. Bertanya Menggali
Pertanyaan menggali dimaksudkan untuk melatih siswa banyak berbicara karena pertanyaan menggali merangsang siswa untuk banyak berpikir. Pertanyaan menggali merupakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang berupa penjelasan. Jadi, bukan sekedar jawaban ya atau tidak. Pertanyan menggali yang dilakukan guru dapat juga digunakan untuk mengetahui kedalaman pemahaman siswa terhadap suatu masalah.
Misalnya:
Guru                : Apa yang Anda ketahui tentang hujan?
Siswa               : Hujan itu adalah air yang turun dari langit.
Guru                : Bagaimana proses terjadinya?
Siswa                             : Hujan berasal dari air yang menguap karena adanya panas. Uap tersebut membentuk awan, setelah terkumpul jadilah hujan.

7. Melanjutkan Cerita
Pelaksanaan metode ini, kita sebagai seorang guru dapat membuat sesuatu permainan cerita. Siswa disuruh menceritakan sesuatu, kemudian siswa yang lain disuruh melanjutkan cerita itu. Guru dapat terlibat langsung dengan bertindak sebagai motivator atau pengumpan.
Misalnya:
Guru                            : Kelas IIB selalu menjadi juara. Ruang kelas terletak di dekat ruang guru. Suasana kelas ini tertata baik karena siswa-siswinya selalu bekerja sama.
Siswa A          : Iuran untuk penataan kelas pun dilakukan bersama-sama. Pemilihan dekorasinya selalu dimusyawarahkan.
Siwa B            : Semua siswa kelas IIB selalu merasa nyaman di kelas dan nyaman dalam belajar sehingga selalu memperoleh prestasi yang membanggakan.

8. Melanjutkan Cerita
Metode ini dapat diterapkan untuk mengintegrasikan kompetensi membaca, mendengarkan, dan sastra. Untuk memulai pelajaran guru dapat memutar kaset, memberi bahan bacaan, atau membacakan sebuah bacaan sastra kepada siswa. Tinggal dari mana guru memulai pembelajaran jika dengan kaset, guru cukup memutarkan kemudian siswa disuruh melanjutkan ceritanya. Apabila memberikan bahan bacaan, siswa disuruh membaca kemudian disuruh menceritakan isi bacaan.
9. Bercakap-Cakap
Percakapan merupakan pertukaran pikiran atau pendapat tentang suatu masalah atau topik antara dua orang atau lebih. Pada umumnya, suasana dalam percakapan adalah suasana akrab dan spontan. Dalam penggunaan metode ini, guru dapat menanyakan apa yang sedang siswa bicarakan atau mereka terima sebelumnya. Kemudian, guru gunakan sebagai bahan percakapan siswa.
10. Mereka Cerita Gambar
Guru menunjukkan beberapa gambar atau rangkaian gambar, kemudian siswa disuruh menceritakan isi gambar yang telah guru tunjukkan dengan bahasanya masing-masing sesuai dengan pemahamannya.
11. Bercerita
Dengan metode ini guru dapat meminta siswa memilih cerita yang menarik tentang dirinya, cerita orang lain, atau cerita yang pernah ia baca. Kegiatan bercerita ini akan menuntun siswa menjadi pembicara yang baik. Perlu diingat, dengan menggunakan metode ini bukan berarti seluruh kegiatan diisi siswa bercerita. Akan tetapi, diselingi dengan lain yang menunjang kegiatan bercerita siswa.
12. Memberi Petunjuk
Dalam menggunakan metode ini, guru meminta siswa untuk memberi petunjuk tentang suatu acara, tempat, letak, atau cara menggunakan/mengerjakan sesuatu dengan bahasa
yang singkat, jelas, dan tepat.
Misalnya:
Guru                            : Coba kalian jelaskan bagaimana cara menuju sekolah ini dari rumah masing-masing.
Siswa                           : Rumah saya di jalan Danau Sentani. Dari rumah ke sini bisa jalan kaki, naik sepeda, atau naik angkot jurusan Cemorokandang-Landungsari.

13. Melaporkan
Dalam pembelajaran dengan teknik “Melaporkan”, guru dapat meminta siswa untuk melaporkan sesuatu secara lisan. Agar laporan baik dan lancar terlebih dahulu siswa disuruh menulis apa yang akan dilaporkan. Hal yang dilaporkan dapat diambil dari peristiwa yang ada di sekitar siswa.
Misalnya:
Guru      : sesuai dengan tugas yang ibu berikan minggu lalu maka sekarang ibu minta secara bergilir melaporkan ke depan. Siapa yang berani?
Siswa     : Saya, Bu. Boleh saya mulai, Bu?
Guru      : Boleh silakan.
Siswa     : Pulang sekolah kemarin, saya ke sebuah toko buku di jalan Bali, di sana banyak orang tua yang mencarikan buku anak-anaknya. Ternyata buku yang dicari banyak yang tidak tersedia. Setelah mencari buku yang dimaksud saya pergi ke toko buku lainnya untuk membeli buku yang tidak ada di toko buku di jalan Dieng.

14. Bermain Peran
Bermain peran hampir sama dengan percakapan. Hanya saja, dalam percakapan seseorang memerankan diri sendiri masing-masing, sedangkan dalam bermain peran seseorang memerankan orang lain.

15. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Dalam situasi formal, orang yang diwawancarai adalah orang yang berprestasi, ahli, atau yang mengalami. Adapun dalam situasi nonformal, wawancara dapat berlangsung antarteman. Agar siswa dapat mewawancarai dengan baik, terlebih dahulu siswa dilatih membuat pertanyaan secara tertulis apa yang akan ditanyakan.
Misalnya:
Guru      : Anak-anak kalian buat daftar pertanyaan untuk tugas kalian berwawancara. Kalian boleh memilih siapa yang akan kalian wawancarai, boleh di kantor puskesmas, sekolah, atau teman.
Siswa     : di puskesmas saja Bu.
Guru      : menentukan harinya dan membentuk kelompok. Kelompok satu mewawancarai dokter umum, kelompok dua mewawancarai dokter gigi. Kelompok tiga mewawancarai bagian obat, dan kelompok empat mewawancarai pasien. Sebagai contoh:
Kel. 1     : Selamat pagi Dokter? Maaf mengganggu, sampai jam berapa waktu periksa dok? Jumlah pasien tiap hari berapa ya, dok? Kebanyakan yang diderita pasien apa, dok? Dan seterusnya.
 16. Diskusi
Diskusi adalah percakapan dalam bentuk lanjut karena isi, cara, dan bobot pembicaraan lebih tinggi daripada percakapan biasa (Tarigan dalam Idra, dkk. 2002:68). Oleh sebab itu, metode diskusi dapat digunakan pada kelas tinggi, khususnya kelas 5 dan 6.
17. Bertelepon
Melalaui metode ini, guru dapat meminta siswa untuk mendemonstrasikan berbicara lewat telepon. Yang perlu diketahui siswa bahwa dalam telepon, pembicaraan harus jelas, lugas, dan singkat karena waktu sangat diperhitungkan. Media yang dapat digunakan adalah telepon-teleponan (telepon mainan) dan jika sekolah bisa digunakan sekadar contoh.
18. Dramatisasi
Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran karena guru dan siswa harus mempersiapkan skenario, pelaku, dan perlengkapan. Dalam hal ini, skenario dapat dibuat oleh guru atau siswa dan dapat juga menggunakan skenario yang sudah ada yang ditulis orang lain. Dengan dramatisasi ini, siswa di latih mengekspresikan perasaan dan pikiran tokoh dalam bentuk bahasa lisan.

Postingan Terkait

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter