Positivisme
logika pertama muncul pada
tahun 1920-an. Positivisme logika lahir untuk melawan konteks kultural, dimana
orang semakin percaya- yang tentu saja didorong oleh semakin suksesnya sains-
bahwa sains dapat memberikan jawaban atas semua persoalan penting dari sejumlah
bidang. Pandangan dunia ilmiah yang baru muncul ini menekankan persatuan antara
berbagai penelitian dan para peneliti yang berbeda dengan tujuan pencapaian
penjelasan tunggal yang dapat mencakup segala-galanya di dunia.
Saat dominasi sains dalam bidang intelektual semakin
besar, begitu juga halnya kecenderungan untuk memperlakukan, dengan penghinaan
akademis, berbagai pertanyaan dan penelitian yang tidak dapat diasimilasikan
dengan mudah dalam metodelogi sanis. Positivisme logika berfungsi untuk
melegalkan sentimen-sentimen chauvinisme sains ini dan penghinaan terhadap
pertanyaan-pertanyaan non-ilmiah yang menyertai chauvinisme ini dengan
menegakkan norma-norma dan standar-standar sains sebagai kriteria wacana yang
bermakna dalam penelitian. Dengan cara demikian, setiap pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenarannya dengan metode-metode sains- khususnya, yang dapat
diverifikasi oleh pengalaman- dinilai bermakna. Kurangnya verifikasi oleh
pengalaman, semua pernyataan lain, khususnya pernyataan-pernyataan agama dan
moral, dianggap ‘kosong makna’ dan dibatasi pada cabang filsafat yang tidak
dapat dimengerti yang oleh kalangan positivisme logika disebut metafisika.
Post a Comment
Post a Comment