Perubahan makna sering disebut juga dengan pergeseran makna, pengembangan makna, atau penyimpangan makna merupakan sebuah evolusi penggunaan kata — biasanya hingga tahapan makna modern menjadi sangat berbeda dari makna aslinya. Dalam linguistik diakronis atau historis, perubahan makna kata merupakan perubahan pada salah satu makna sebuah kata. Setiap kata memiliki beraneka makna dan konotasi yang dapat ditambah, dikurang, atau diubah sepanjang masa makna kata tersebut memiliki makna-makna yang sangat berbeda. Pengkajian perubahan makna menjadi bagian pengkajian etimologi, onomasiologi, semasiologi, dan semantik. Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai perubahan makna kata yang sering dijumpai pada sebuah teks atau paragraf.
Kata yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia seringkali mengalami perubahan makna, di antara adalah perluasan, penyempitan, peninggian, penurunan, dan sebagainya.
A. Peyorasi, maksudnya adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih rendah daripada kata sebelumnya.
Contoh:
pramuniaga menjadi pelayan
Kata pramuniaga memiliki makna karyawan dalam bidang industri dagang yang bertugas untuk melayani pembeli/konsumen pada sebuah toko. Setelah mengalami peyorasi, kata ini diubah menjadi pelayan.
Contohnya dalam kalimat:
Restaurant tersebut memiliki lebih dari 5 pramuniaga.
Restaurant tersebut memiliki lebih dari 5 pelayan.
B. Ameliorasi, yaitu perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggi dari asalnya.
Contoh:
gelandangan menjadi tunawisma
Kata gelandangan ditujukan untuk seseorang yang memiliki masalah kesejahteraan sosial (tidak mempunyai tempat tinggal). Setelah mengalami ameliorasi, kata gelandangan berubah menjadi tunawisma. Kata tunawisma dianggap memiliki kesan yang lebih halus dibandingkan dengan gelandangan.
Contohnya dalam kalimat:
Ada banyak gelandangan yang hidup dan tinggal di bantaran sungai.
Ada banyak tunawisma yang hidup dan tinggal di bantaran sungai.
C. Generalisasi (Perluasan Makna Kata), Hal ini terjadi apabila cakupan makna suatu kata lebih luas dari makna asalnya.
Contoh:
Ibu (pada awalnya kata ibu digunakan sebagai seorang perempuan yang telah melahirkan anak, tetapi sekarang kata ibu digunakan sebagai sapaan takzim kepada perempuan, baik yang sudah bersuami maupun belum)
Contoh dalam kalimat:
Diana telah menjadi seorang ibu setelah melahirkan putra pertamanya.
Ibu Sukmawati sedang mengajar matematika di kelas XI MIPA 1.
D. Spesialisasi (Penyempitan Makna), Hal ini terjadi apabila makna suatu kata lebih sempit cakupannya dari makna asalnya.
Contoh:
sarjana (Makna asalnya berarti cendekiawan atau orang yang pandai (ahli ilmu pengetahuan), sedangkan makna baru berarti gelar strata yang dicapai oleh seseorang yang telah menamatkan pendidikan tingkat terakhir di perguruan tinggi).
E. Asosiasi (Asosiasi, yaitu perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat)
Contoh:
amplop (Makna kata asalnya berarti tempat untuk memberi uang, sedangkan makna baru berarti suap).
F. Sinestesia yaitu perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berlainan.
Contoh:
Kata-kata yang dia ucapkan cukup pedas sehingga membuatku kesal.
Kata-kata yang seharusnya diterima oleh indra pendengar, tetapi diterima menggunakan indra pengecap. (kata-kata yang dia ucapkan (indra pendengar) pedas (indra pengecap) )
Post a Comment
Post a Comment