Tanda baca koma merupakan salah satu jenis tanda baca
yang sangat lazim digunakan dalam penulisan bahasa Indonesia. Penggunaan tanda baca
koma mempunyai fungsi dasar yaitu untuk memisahkan antara satu hal dengan
bagian lainnya sehingga tidak terjadi kesalahan makna pada saat membaca suatu
kalimat atau pernyataan maupun penulisan angka atau bilangan. Bentuk sederhana
dari penggunaan tanda baca koma ternyata tidak diiringi dengan tata cara
penulisan atau penggunaan yang sederhana pula. Dalam artikel ini, kita akan
membahas dan menjelaskan tentang penggunaan tanda koma sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam
suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Telepon
seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku,
majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Satu,
dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti
tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya
ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini
bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
Dia
membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat
yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau
diundang, saya akan datang.
Karena
baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar
memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Saya
akan datang kalau diundang.
Dia
mempunyai banyak teman karena baik hati.
Kita
harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa
itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar
negeri.
Anak
itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang
pelajar
Orang
tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata
seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan,
seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O,
begitu?
Wah,
bukan main!
Hati-hati,
ya, jalannya licin!
Nak,
kapan selesai kuliahmu?
Siapa
namamu, Dik?
Dia
baik sekali, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata
nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
"Kita
harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya, "karena manusia
adalah makhluk sosial."
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat
tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
"Di
mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
"Masuk
ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
"Wow,
indahnya pantai ini!" seru wisatawan itu.
7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat,
(b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr.
Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman,
Jakarta 13130
Dekan
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya,
10 Mei 1960
Tokyo,
Jepang
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama
yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan,
Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim,
Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tulalessy,
D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur.
Ambon: Mutiara Beta.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam
catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan
Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma
Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni,
1977), hlm. 12.
W.J.S.
Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP
Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan
singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B.
Ratulangi, S.E.
Ny.
Khadijah, M.A.
Bambang
Irawan, M.Hum.
Siti
Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas
Agung).
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di
antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5
m
27,3
kg
Rp500,50
Rp750,00
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di
daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua
siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
Soekarno,
Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
Pejabat
yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib
menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan
dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
Siswa
yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa
melalui tes.
13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam
pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas
perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan
dengan:
Dalam
pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas
perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
Post a Comment
Post a Comment