Naskah Drama Telah Pergi Ia Telah Kembali Ia

Post a Comment
Contoh naskah drama karya Arifin C. Noer yang berjudul Telah Pergi Ia Telah Kembali Ia.



Para pelaku   :
                        Pemimpin Koor
                        Koor
                        Penjahit
                        Thulaihah
                        Musailamah
                        Ali
                        Usman
                        Umar
                        Abu Bakar



12 Rabiul Awal 11 H
6 Juni 632 Masehi

Pada suatu sore di padang pasir yang luas, penduduk Madinah tengah mendapat kecaman yang luar biasa. Mereka panic oleh kekhawatiran, kacau oleh katakutan. Semua kahirnya menjadi satu bahwa pemimpin mereka, orang yang paling dicintai dan dimuliakan akan meninggal (wafat) di tengah-tengah kehidupannya. Siapa orang tersebut? Ternyata adalah Nabi Muhammad Saw.

Lihatlah mereka menunduk bagai menghindari bayangan mereka sendiri. salah seorang dari mereka menengadah ke langit, dia seperti meminta jawaban dari Allah terhadap pertanyaan yang merunyak di dalam dada dan kepala setiap orang.

Pengikut yang lain pun demikian halnya, mereka sama-sama mengharap jawaban tentang apa-apa yang tidak diketahuinya.

Laki-laki tadi adalah seorang tokoh atau pemimpin koor dalam pertunjukan Dramatik Reading ini dan yang lainnya adalah para koor. Dengan demikian pimpinan dan anggota koor adalah penduduk Madinah (muslim) yang senantiasa bertanya tentang manusia yang sebenarnya, yakni manusia kapan saja dan di mana saja.


ADEGAN 1

Pimpinan Koor
Ya Allah, Ya Rabbi! Ya, Allah, Ya Rabbi!

Koor
Ya Allah, Ya Rabbi! Ya, Allah, Ya Rabbi!

Pimpinan Koor
Ya, kekuasaan yang mengalirkan kehidupan
Ya, kekuasaan yang menyebarkan kehidupan

Koor
Ya, kekuasaan yang mengalirkan kehidupan
Ya, kekuasaan yang menyebarkan kehidupan

Pimpinan Koor
Taburkan ampun, tangan ini banyak dosanya

Koor
Turunkan ampun, tubuh ini bersimbah dosa

Pimpinan Koor
Wahai, demikian lunglaikan tulang-tulang?

Koor
Ya, sahabat. Ya, sahabat.
Tangan dan kaki tak bergerak.
Cemas dan khawatir tak berdesak-desak.
Alangkah lebat, o, alangkah lebat
Ketakutan menyebat-nyebat.
Ya, sahabat, ya sahabat

Pimpinan Koor
Gerangan apakah yang menyebabkan
Gerangan apakah yang telah datang

Koor
Baginda sakit yang menyebabkan kebimbangan berputar-putar
Rasulullah terbaring lemah badan, membuat dada bergetar-getar

Pimpinan Koor
Sakit apakah. Sakit apakah?
Dapatkah tangan yang dina, dapatkah hati yang papa
Menolong menyembuhkan, ya Allah?

Koor
Sakit apakah yang ia rasa, sakit apakah yang ia derita
Kita tak tahu apa obatnya, hanya tahu bingung saja

Pimpinan Koor
Dan Madinah, makin hari makin merana
Sebab merasa bencana atau sebangsanya akan segera tiba
Yang getir dirasa akan segera tiba

Koor
Apakah tak ada obat, apakah tak ada obatnya?
Atau memang sudah saatnya dia akan pergi dan kita harus sedih?

Pimpinan Koor
Demikianlah rupanya. Batang-batang korma yang telah juga memberitakan
Onta-onta yang payah juga telah menceritakan
Dan apabila kami semakin mengerti, maka hati pun terpekik

Koor
O…ya Allah.



ADEGAN 2

Datanglah dari rumah Rasulullah si penjahit

Penjahit
Makin payah!

Pimpinan Koor
Siapa?

Penjahit
Makin payah tangan yang telah menguraikan setiap belenggu itu, Muhammad Saw, orang yang telah membuatku merdeka, Al Amin. Manusia dan hamba Allah yang jitu.

Pimpinan Koor
Kau dari rumah itu?

Penjahit
Dari rumah Siti ‘Aisyah, ya. Tapi simpanlah semua pertanyaan. Mulutku tak akan mau menceritakan, sebab akibatnya hanya kesedihan dan kecemasan dan akan membuat tangisku belaka.

Pimpinan Koor
Tapi menjawab pertanyaan adalah sebuah kebajikan bila kita kuasa memberikan jawaban.

Penjahit
Tentu saja.baiklah, dengarkanlah! Tidak! Aku akan menangis lagi jadinya. Kembali dihantui di hari-hari di muka yang menawarkan pedang dan rantai. Belenggu dan belenggu. Tapi baik, dengarkanlah.

Lelaki yang bijaksana itu terbaring di rumah ‘Aisyah di ruang yang kelabu dan teduh. Adapun ruang itu terbagi oleh suatu tabir yang membatasi tempat tidur itu dengan ruang dimana para wanita dan anak-anak tertunduk dan haru biru.
Muhammad Saw, terbaring. Di sebelah sana ‘Aisyah, disebelahnya lagi putrinya tercinta, siti Fatimah…

Tidak, aku tidak dapat meneruskannya, kalau aku terus menceritakan, pikiranku nisacaya kusut tak keruan. Aku akan semakin takut dan cemas terhadap apa yang bakal tiba. Oh, aku ini penjahit yang malang yang dari lembah perbudakan asalnya, kalau saat yang kutakutkan itu tiba…oh, tidak! Lebih baik aku mencoba percaya pada bayangan yang penuh gambaran bahagia gembira dan pada warna-warnanya yang cerah, agar diriku tidak selalu berduka.

Pimpinan Koor
Bagaimanakah keadaan penyakitnya?

Penjahit
Cuma satu kalimat dan selebihnya air mata! Beliau makin payah!
 (Pergi)s


ADEGAN 3


Pimpinan Koor
O, makin nyatalah rupanya kini. Hubungan dari tanda-tanda yang diguratkan Illahi:
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan dan apabila telah kau saksikan berduyun-duyun insan datang ke dalam agama Allah, maka bertasbihlah engkau, memuji, mintalah ampun padanya sebab ia penerima ampun”

Koor
Surat itu yang kau kirimkan, ya Tuhan
Warkah itu yang kau kirimkan, ya Tuhan
Firman itu yang kau kirimkan, ya Tuhan
Bagai sebuah firasat, menjadikan kami terperanjat

Pimpinan Koor
“pada hari ini Aku sempurnakan agamamu, Aku cukupkan nikmatku atasmu”

Koor
Demikianlah pula telah Kau wartakan, Ya Allah
Demikian pula telah Kau pastikan, ya Allah
Malam yang hitam akan membayangi kota Madinah yang telah walang

Pimpinan Koor
Dan pada Hajjatul Wada’ dimana telah hadir umat yang beribu-ribu membanjiri keluasan padang Arafah dengan semangat dan iman yang ketat. Sekonyong-konyong dikejutkan ketakutan dan kecemasan sebab lelaki yang baik itu bersabda, seraya duduk di atas ontanya,
Wahai manusia, dengarkanlah perkataan ini. Sebab tak dapat kupastikan apakah pertemuan semacam ini akan terjadi lagi di tempat ini sesudah tahun ini atau kapan jua. Tak dapat kupastikan…
demikianlah awal sabdanya, sehingga kita gemetar mendengarnya. Kemudian setelah usai menunaikan rukun kelima di kota kehairannya, pulanglah ia, ditinggalkannya tanah Mekah kembali ke Madinah. Lalu setelah beberapa bulan kemudian kesehatannya pun tergoyahkan oleh sakit dan mungkin oleh usia tua.

Koor
Dan sekarang ia terbaring, dan sekarang ia gering

Pimpinan Koor
O, ia terbaring sepi sementara bintang-bintang yang dipasangnya telah menyala. O, ia terbaring sunyi tatkala bulan yang dibentuknya telah menyala. Ia pun terbaring ketika berjuta lampu di tangan diacungkan kepada kegelapan malam.

Koor
Terbaring, terbaring. Hatiku hening, hatiku hening.
Cemasku, khawatirku! Berkeping-keping memenuhi dada, memenuhi saat-saat yang genting. Cemasku ya Allah, khawatirku ya Allah.

Pimpinan Koor
Akan datangkah malam yang dulu lagi, akan gaibkah bulan di saat itu, akan berpadamkah bintang-bintang itu. akan kembali sunyikah bumi, tanpa isi tanpa arti. Kecuali naluri yang liar berlari dalam kekosongan dan kesombongan kami, ya Rabbi!?

Koor
Semuanya telah ditandai, semuanya telah mengisyarati. Dan kami pun mengerti…

Pimpinan Koor
Akan datang yang dulu lagi; padang pasir kering, oase kering dengan sekeliling pohon-pohon kering. Serta sinar terang terbaring, sepi dan terasing,

Koor
sepi dan terasing.


ADEGAN 4

Muncul Abu Bakar As-Sidiq Ra. Seorang lelaki kira-kira berusia enam puluh satu tahun, dia adalah salah seorang sahabat Muhammad Saw

Abu Bakar
Assalamu’alaikum

Koor
Wa’alaikum salam

Pemimpin koor
Ya, Sayyidina Abu bakar tercinta

Abu Bakar
Ya, sahabat-sahabatku

Koor
Ya, Sayyidina Abu bakar tercinta

Abu Bakar
Kalau lebih dulu kita meratap, kalau lebih dulu kita bertangisan, kalau lebih dulu kita menduga seakan kita lebih tahu, daripada yang maha tahu.
Yang akan terjadi, yang aka nada, kita tak tahu kapan datangnya, kita tak tahu apakah ada

Pimpinan Koor
Benar, Abubakar

Abu Bakar
Sebab itu kenapa mesti bersusah, sementara kita masih bertanya?

Koor
Benar Abubakar

Abu Bakar
Yang terbaik, yang patut kita lakukan adalah memuji nama Tuhan, memohon keselamatan agar dililmpahkan selalu nikmat kebenaran. Yang sekarang sedang terbujur di atas tempat tidur itu tidak mengharap tangis. Kalau ia tahu kita tengah memuji Tuhan Yang Maha Esa, niscaya akan tersenyumlah ia dengan hati yang bahagia.
Jadi tahankan semuanya dalam iman yang tak akan pernah lapuk oleh beragam cobaan.
Allah menaungkan kasih sayangnya bagi setiap insan beriman dan penuh kesabaran. Sekali lagi jangan suka mendahului sebelum Allah sendiri berkenan mengkehendaki. Segalanya belum tentu, segalanya belum kita tahu.
Barangkali akan sembuh kitapun tidak tahu
(Pergi)
ADEGAN 5

Pemimpin Koor
Benarlah, warkah duka belum tentu tiba
Warkah suka mungkin yang tiba
Barangkali sakit melepaskan renggutannya
Barangkali penyakit mencabut kuku-kukunya

Koor
Barangkali
Kita akan menggembira
Mungkin saja

Pemimpin Koor
Barangkali waktu masih panjang
Barangkali sembuh akan datang

Koor
Barangkali
barangkali

Pemimpin Koor
Mungkin, mungkin sekali
Pada suatu subuh yang sahdu putih. Pada pagi yang telah menyanyikan adzan suci
Tatkala berjemaah kita menhadap Allah, lelaki yang manis itu menjenguk kita
Di pintu masjid dengan bertopang pada Ali dan Fadloli
Ia tersenyum pada kita, memancarkan pandangannya yang berhikmah
Kebenaran dan kesucian
Abu bakar tersenyum membalas senyumnya
Sedang kita terharu menyaksikannya
Dan kita bagai mendapat siraman air
Setelah berjemur dalam kehidupan yang getir
Dan kita bagai disuguh lukisan-lukisan indah
Dari wajahnya kemilau cerah

Koor
Akan semuhkah ia?

Pemimpin Koor
Mungkin. Sebab itu benar tak patut kita yakin pada yang belum yakin

Koor
Semoga

Pemimpin Koor
Semoga terus benderanglah hari-hari. O, cahaya yang menerangi semesta, semoga terus cemerlanglah hari-hari. O, gemilang di atas kegemilangan.

Koor
Semoga, semoga.

Pemimpin Koor (menyanyi, berzanzi)
Ya Nabi salam ‘alaika
Ya rasul salam ‘alaika
Ya rabbi sala ‘alaika
Salawatullah ‘alaika

Koor (menyanyi)

Pemimpin Koor
Allahu Akbar!

Koor
Allahu Akbar!

Pemimpin Koor
Allah yang maha besar!

Koor
Allah yang maha besar!

Pemimpin Koor
Sejahteralah semoga meneduhi orang yang sedang menderita sakit, aku yakin di sisinya Allah megah berdiri, menjanjikan kemenangan seraya mengusapkan telapaknya yang halus, di mana bersemi kasih saying yang diimpikan setiap orang. Aku yakin keselamatan akan menguatkan kakinya untuk berdiri dan kembali mengimami kita yang sudah rindu dan berhasrat benar mencium tariannya. Ya Allah!

Koor
Ya, Allah!

Pemimpin Koor
Sakiti tubuhku jangan sakiti Nabiku

Koor
Pukul kepalaku tapi jangan pukul Nabiku!

Pemimpin Koor
Kenikmatan dan kelezatan yang kau pancurkan lewat Muhammad, pada lakunya yang mengagumkan belum cukup membasahi tanah ini dan juga tanah ini wadas sama sekali (menyanyi, berzanzi)

Koor (berzanzi)

Pemimpin Koor
Bergembira karena sebuah harapan adalh sebuah kesenangan dari keindahan angan-angan. Bergembira karena mengharapkan kebaikan adalah juga keimanan yang selalu merayakan nama Tuhan.


Koor
Bergembira
Bergembira

Pemimpin Koor
Gembira-gembiraku Madinah
Gembiraku gembira ini tanah
Gembira setiap orang ketika menjelang Nabi hijrah
Dari mekah kemari menghindari Quraisy yang mengusirnya
gembira kitamenjemput kehadiran cahaya
yang diacungkannya
Gembira kita menantikan kedatangan bahagia
Yang dijanjikannya
Gembira ini tanah yang terbuka
Bagi siapa saja yang bernama kebenaran
Dan segala kerabatnya

Koor
Gembira. Bahagia
Makanan lebih dari makanan
Yang lezat dirasakan
Itulah bahagia. Itulah yang didamba

Pemimpin Koor
Ya. Betapa begembiraan yang ada
Sebelas tahun yang sudah
Tatkala Muhammad datang kemari
Dan mengajak senyum kepada setiap
Seraya melambai-lambaikan tangannya
Seraya duduk dipunggung Al-Qiswa
Onta kesayangannya
Betapa kita bersuka

Mudah-mudahan malam nanti
Ia akan dapat mengimami kita kembali
Atau bicara-bicara dengan kita
Atau menjawab segala Tanya kita
Atau apa saja yang bernama keramahan
Yaitu bertegur sapa; saling menggambarkan keselamatan

Semoga malam nanti, bintang-bintang akan membangunkannya
Semoga malam nanti, bulan akan menguatkan tubuhnya
Sebab Tuhan memerintahkan
Sebab Tuhan menginginkannya
Sebab kita mengharapkannya





ADEGAN 6


Thulaihah
Semoga!

Koor
Thulaihah

Thulaihah
Semoga, semoga
Punahlah ia Muhammad tercinta
Semoga, semoga
Dikuburkan ia, Muhammad tercinta

Koor
Wajah bencana, licik mulutnya
Mulut bencana, busuk do’anya

Thulaihah
Wajah Thulaihah anggun rupanya
Mulut Thulaihah merdu suaranya

Pemimpin Koor
Wahai, gemetarku
Lihatlah dan tataplah
Mata Thulaihah yang marah!

Thulaihah
Wahai senangku, lihatlah dan tataplah
Mata Thulaihah yang indah
Lihat dan perhatikan apa yang Thulaihah kerjakan

Datang angin datang api
Datanglah angin datanglah api
oo.. hembus…O, hembus
datanglah kegaiban
datanglah keajaiban
inilah Thulaihah tukang sihir perkasa
datanglah, datanglah
ilmu tenung mencekam bumi
dan berputarlah nasib di sini
dipangku tangan Nabi yang cendekia

Koor
Tuhan! Tuhan!

Thulaihah
Lihatlah, kusihir pohon, menjelmalah perempuan
Kusihir tongkat, melingkarlah ular
Kusihir telur burung, muncullah jamrud
Yabuy! Yabuy! Jari-jariku banyak tuahnya
Dan mantraku syair-syair yang merdu

Lelap. Lelap. Inilah Thulaihah
Penenung bijaksana sedang tertawa dan gembira
Sebab Muhammad dekat ajalnya

Koor
Pergilah. Pergilah Thulaihah
Ya Allah laknatlah Thulaihah!

Thulaihah
Ya, saudara-saudaraku
dengarkan dan perhatikan
jangan berdoa yang mencelakakan
sebab agama pun tak menginginkan

Ya shohib-shohibku
kalau muhammad sakit itu bermakna
masa wafatnya segera datang menjelma
akhirnya tanah yang kering kerontang ini
dengan hawanya yang panas bukan main
atau dingin bukan main
dimana angin berisi pasir dan debu menyesakkan.
akhirnya tanah ini akan kehilangan pemimpinya
akan kehilangan Nabinya
akhirnya lampu-lampu sepanjang lorng-lorong yang telah disulutkan
akan sama padam segera.

Gelap dan gelap
gelap dan kembali gelap, kita tak lagi bisa saling bertatap
sebab itulah kita saling menguntap, dalam wujud peperangan

begitukah? Begitukah?
Hap, jangan bodoh sahabat . Lihat apa yang aku perbuat, lihat betapa ini tangan cekat
akan sanggup mengubah batu menjadi permata atau kucing yang lucu

hap, jangan ternganga atau terperanjat terhadap tiap azimat
sebab tangan cekat ini memang tangan malaikat
sebab orang ini adalah Nabi yang ternobat
oleh kecerdikan sulapan dan ilmu tenungnya yang dahsyat
lihat, lihat.
Betapa hebat Thulaihah yang kaya mukjijat
dan ingat
muhammad sebentar lagi akan lenyap dan minggat
merat ia keluar jagat
dan sesudah itu?
adakah yang akan menggantikan yang sudah berlalu?
adakah Nabi yang baru?

Pimpinan Koor
Barisan telah sampai pada ekornya (Koor; Ya)
Telah berakhir. Muhammad adalah baris penghabisan (Koor; Ya)
Rasul penghabisan (Koor; Ya)
Tak ada lagi yang dibelakang (Koor; Ya)
Tak ada lagi yang menggantikan (Koor; Ya)

Thulaihah
Tentu. Tentu. Bagi otak dan benakmu yang dungu dan beku
tapi bagiku? yang busuk diganti yang baru
yang mati diganti yang hidup
itulah hokum yang berlaku dari logika yang jitu

Dan inilah orangnya; pengganti yang akan ebrlalu
inilah Nabi baru dengan ajaran yang baru
untuk jaman yang baharu

Koor
setan mendo’akan keruntuhan
setan mengharapkan kekuasaan
imanku! Ya Allah. Teguhkanlah

Thulaihah
Ha, jangan kenang atau sedihkan Muhammad yang akan pulang
karena Thulaihah segera datang menjelang
Yabuy! Yabuy! Inilah Nabi Thulaihah
Yang arif dan luar biasa
Dengan ilmu tenung yang tak ada bandingannya
di sumairah tempatku berbenah pada berdatangan
para kaumku dari bani Israil yang ramah tamah
Kalau nanti Muhammad lenyap, tentulah berlipat ganda pengikutku dan bertambah jumlahnya.
Yabuy! Yabuy!
(Pergi)


ADEGAN 7

Pimpinan Koor
Betapa hitam!

Koor
Hitam. Hitam. Hitam dan kelabu
Kotor. Kotor. Kotor penuh debu
Mulutnya berbusa Thulaihah tak tahu basa

Pimpinan Koor
Pemandangan sekonyong tak tak keruan
pasir-pasir beterbangan mengisi udara
menjelmakan kekaburan
Ya Allah.
Tangan yang dina ini meraba-raba di sela-sela soal dan perkara
yang mengancam tiba-tiba.
Thulaihah telah mulai membuka mulutnya
meneteskan lagi tenungnya, mengucapkan khotbah palsunya
serta mensyahkan kesaksiannya menjadi Nabi yang gila
Duh, pemandangan macam apakah kalau Nabi pulang ke rumahMu ya Allah?
Duh, nasib apakah yang menimpa kami manusia?

Koor
Allah. Para setan menunjukan tangan! Menjanjikan kemurtadan
Telah datang para setan dan kami ketakutan
Malam. Malam. Datang.
Malam. Malam. Bimbang.
Malam. Malam. tegang

Pimpinan Koor
Setan mulai menyebarkan kuman-kuman
maka apabila malam nanti telah menyelimuti
setiap sukma insan
akan mengigillah setiap badan dan naiklah panas di kepalanya
sementara mulut melontarkan kata-kata dusta
dan menghina nama Tuhan Subhanahu Wa Ta’ala

Sekarang lihatlah siapa lagi yang akan tiba?
langkahnya tegap dan gembira
tapi sungguh menucirgakan senyumnya
di saat bibir, setiap orang terbungkam oleh kecemasan yang terpendam

Koor
Siapa? siapa?


ADEGAN 8

Muncul Musailamah Kadzdzab dari bani Hanifah

Musailamah
Aku Abu Thumamah haran anak Habib alias Musailamah dari bani Hanifah

Koor
Musailamatul Kadzdzab!

Musailamah
Musailamah Kadzdzab! Sang pendusta, nama yang indah.
Demikian gelar yang kudapat dari anak Abdullah Muhammad si bedebah. Gelar yang megah dengan sindir cela laknat mulut yang gemar merubah nama!
Betulkah aku pendusta!?

Koor
Apa-apa yang Muhammad ucapkan selalu berdasar kenyataan

Musailamah
Betulkah aku sang pendusta?

Pimpinan Koor
Muhammad selalu memberi nama pada setiap benda berasal dari benda itu dan apa adanya

Musailamah
Betulkah aku pendusta?

Koor
Barangkali, lebih dari raja. Barangkali kaisar namanya.
Kaisar sang pendusta, namun Nabi tak mau berkata
lebih dari satu kata yang berasal dari jiwa

Musailamah
Musailamah Kadzdzab? Tidak! Aku pun tidak akan menyebut Muhammad sang pendsuta atau pemimpin pendusta. Tetapi aku pun bukan bapak si pendusta, bukan pula embah si pendusta.

Aku adalah manusia juga
Seperti Muhammad, aku pun hamba Allah
Seperti juga dia, akupun Rasulullah. Nabi Allah

Koor
Lidah pembohong! Selalu kosong!
Jiwanya bohong! Hanya pandai menggonggong!

Musailamah
Bohon dan bohong. Bohong dan bohong
Kalianlah pembohong, anak buah pembohong
Muhammad sang sombong!

Pimpinan Koor
Muhammad dilahirkan sebagai insan mengagumkan
Kejujurannya dan kebaikannya sungguh suci mulia
Karenanya AlAmin namanya

Koor
Ya.

Musailamah
Bah! Sebelum mendengarkan janganlah kalian memikirkan atau bahkan memberikan jawaban. Sebab hanyalah menghasilkan kesalah pahaman sebab sumbernya ketidakjujuran.
Dengarkan dan baru lahirkan jawaban dan ujilah aku sebagai utusan Tuhan.
Apakah layak apakah gadungan. Ujilah bahwa betapa agungnya aku; Musailamah!


Koor
Kata-katamu membahayakan

Musailamah
Otakmu membahayakan! Dengarkan! Apakah yang dinamakan keadilan? Bukakah semuanya pembagian?

Koor
Sama pembagian…bagi yang berhak, menerima bagian

Musailamah
Apakah aku tak berhak?
Tapi jawaban Muhammad juga serupa dengan jawabannya di dalam suratnya baru saja dan serupa dengan lidah kalian yang hampa! Muhammad bersembunyi di balik kata-kata yang bersumber firman katanya, di samping mencap aku sebagai sang pendusta. Betulkah aku pendusta? Tidak!

Sekarang Muhammadlah sang pendusta, sebab berlindung di belakang kata tak nyata. Ya, aku berhak menyebutnya begitu seperti ia juga menyebut namaku.

Tambahan sekarang Muhammad tak lagi punya tenaga sebab tengah terbaring payah di rumah istrinya. Dan sebentar lagi kesempatan akan terbuka untuk niatku menjadi raja sang penguasa dan menjadi Nabi Allah yang mulia.

Hahahaha! Tidak, kalau demikian aku bukan seorang yang sopan, terlalu tak sopan orang yang semenanya memaki orang yang sedang sakit kepayahan. Aku adalah orang yang sopan. Karenanya tidak akan kucaci Muhammad yang kini sedang meringkuk dan terjerat oleh rasa sakitnya yang jahat. Sekarang aku hanya ingin mendamaikan dan menentramkan hati kalian yang takut akan kehilangan seorang junjungan.

Memang aku kemari hanyalah berniat membuang senang sertamenguraikan kusut pikiranmu yang tak keruan sebab takut akan kehilangan pimpinan.

Untuk bisa senang dan tentram, dengar kataku dengan cermat. Janganlah menggugat sebelum kata bicarakau tamat! Ketahuilah Nabi Muhammad wafat. Janganlah terperanjat ataupun menengangkan urat meski saatny memang telah dekat. Namun janganlah biarkan mukamu pucat darahmu menjadi beku dan sesat, sebab Musailamah masih sehat. Dan bolehlah kalian meminta selamat, bolehlah kalian meminta nasihat kepadaku; Musailamah sang penyelamat, Musailamah yang masih hebat, pengganti yang akan wafat. Jangan sedih dan jangan berat, kalau ia mangkat. Sebab orang yang arief ini masih kuat dan afiat.

Selamatlah! Kurestui, hai umatku. Do’aku doa yang selalu didengar para Malaikat. Selamat! (pergi)


ADEGAN 9

Pimpinan Koor
Lihatlah! Para Iblis mulai mengasah pedang.
Setan-setan menggosok-gosok punggung untuk berperang
Sedang kuku-kukunya yang lancip berkilatan, menhina dan mengancam

Koor
Mana pegangan, mana pedoman
Mana utara, mana selatan

Pimpinan Koor
Kemana arah perahu kami ditujukan, angin dari mana-mana berpusaran
Membuat pusingan dan kami pun berputar tanpa haluan.
Kemana arah kafilah ini berjalan
Padang pasir telah kehilangan batasnya.

Ya Tuhan.
Apakah ini gejala akan datangnya malam yang betul malam
Malam yang panjang sekali, dengan alam yang hitam legam
Di mana di dalamnya kami etrendam tenggelam
Dalam kepandiran yang memalukan
Dalam kerendahan peradaban, seperti kami waktu telanjang!?

Koor
Ya, Tuhan. Setan-setan meruncingkan giginya
Dan kami menggigil sejadi-jadinya.
Aku tak tahu, apalagi yang mesti dikatakan
Sebab pikiranku kacau bukan buatan.

Pimpinan Koor
Ya Tuhan, akankah kembali masa kebodohan
dimana perempuan-perempuan dihinakan?

Koor
Akankah kembali? Akankah kembali?
Ya Rabbi, ya Rabbi…


ADEGAN 10
Muncul penjahit

Penjahit
Saudara-saudara.
Apa yang kau resahkan aku resahkan.
Apa yang kau gelisahkan aku gelisahkan
Aku adalah kamu, kamu adalah aku
Aku dan kamu adalah menusia
Aku dan kamu adalah umat Islam
Dari pemimpin yang sekarang sedang sakit, hingga kita pun turut merasa sakit
Saudara-saudara
Aku hanya penjahit, hanya tahu menjahit
Untuk menjawab arti hidup dan tujuannya
Pikiranku terlampau sempit, sebab itu kalau aku bertanya tentang apa saja adalah wajar, dan terus terang sifatnya. Dan itulah kepandaian saya, kepandaian siapa saja, mahluk Allah! Bertanya dan bertanya. Namun jangan keliru, sebab bertanyapun adalah pucuknya ilmu.
Sekarang dan kapan saja terlebih semenjak beliau sakit parah, aku selalu bertanya.

Pimpinan Koor
Tentang apa kau bertanya?

Penjahit
Tentang apa yang kau dan kalian Tanya. Tentu aku pun tak pernah bertanya bagaimana cara menambal atau menajhit gamis dan jubah atau sorban atau pakaian apa saja. Sebab menjahitlah pekerjaan saya.

Tetapi, oh…lihatlah aku menangis. Aku menangis sebab tak tahu apa yang seharusnya kukerjakan. Aku menangis sebab bisanya hanya menangis. Aku menangis sebab ketakutan. Aku tidak mengerti lalu aku menangis. Aku bertanya lalu aku menangis. Aku menangis sebab dilimbur bingung oleh kedunguanku tentu.

Karena pikiranku rumit setiap memandang mata-mata bayi, seraya aku sendiri bertanya pada diri, kenapa Nabi harus sakit? Kenapa sang pahlawan yang melepaskan belenggu di kakiku dulu harus diserang penyakit. Kenapa pembawa cahaya yang member sekedar pengetahuan kepadaku, meski sakit?

Kenapa dan kenapa? Mengapa dan mengapa? Dapatkah ia juga meninggal seperti orang-orang lain atau seperti manusia biasa? Aku takut dan…. Oh, kata apakah yang tepat untuk menyebut kebodohanku. Aku juga heran; kenapa Muhammad bisa juga diserang penyakit? Atau karena sudah meningkat tua? atau?.

Ah, baiklah, baiklah. Kukunci saja otakku yang kecil. Kalau kubiarkan diriku terus bertanya, takutlah aku menajdi ahli syair atau ahli pikir. Sebab kalau aku selalu bertanya dan berpikir tanpa putus-putus dan renung lamun terus mengalir, maka jubah atau gamis orang-orang akan lupa aku tambal dan setiap orang akan marah. Kepadaku akan sebal dan kalau sudah demikian halnya dengan apa mulutku harus kusumpal dan perutku harus kutambal?
Baiklah, baiklah, penjahit sebaiknya diam saja. Kalau mau bertanya simpan saja. Baiklah, baiklah. Aku bodoh saja.

O, aku ini mau pergi kemana, kesini-kesana-kesini-kesana tak tentu tuju hanya bingung saja. Akan ke rumah itu lagikah? Tapi kalau ia mati?, ia wafat?
Ah, baiklah, baiklah. Yang pasti aku akan dapat susah. Bukankah aku budak asalnya, tentunya akan kembali….
Tidak, ah, baiklah, baiklah.
(Pergi ke rumah Rasulullah)


ADEGAN 11

Pimpinan Koor
Ya. Haruskah aku diam meniudrkan soal dalam kediaman
Dan berserah pada kepatuhan tanpa pengetahuan dan keinsyafan
Sekedar untuk menenangkan kepala yang kewalahan

Haruskah pertanyaan disimpan dan membiarkan kebodohan membelai kegelisahan
Dengan khomar yang memabukan untuk mendapatkan ketentraman fana?
Oh, pikiran tanpa keimanan.

Kalau aku diam maka aku akan terbenam tanpa arti apa-apa
Bahkan sebagai manusia. Matahari akan tenggelam
Tanpa meninggalkan panas serta cahayanya yang berharga

Koor
Kalau aku bertanya, siapa yang akan menjawab?

Pimpinan Koor
Kalau aku bertanya, setan-setan memutar lidahnya, menyerahkan jawaban-jawaban yang membingungkan. Kalau aku bertanya jawaban bersimpangan sepanjang jalan dan aku akan makin tak tahu dan tak punya pendirian.

Koor
Para peri dan roh-roh jahat berloncatan
Memekikkan nyanyian perang, menggoyahkan tarian perang

Pimpinan Koor
Pikiranku buntu dan tak tahu.
Kalau bertanya jawaban palsu semata
Dari mulut setan yang lata.
Haruskan aku diam?

Koor
Haruskah kita sidakap dengan lutut dilipat tanpa ada yag diperbuat?

Pimpinan Koor
Audzubillah himinas syaiton nirrodzim
Bismillahirrohamanirrohim

Qul audzu birobbinnas
Malikinnas, ilahinnas, min syarril waswasil khonnas
Alladzi yuwaswisu fi sudurinnas, minnal jinnati wannas

Topan telah merabakan telapaknya yang kasar, sehingga setiap orang  terpukau dan berdebar sebab tak tahu tindakan apa dapat meredakan, menghalang bencana yang bakal datang dan tiba-tiba.

Saksikanlah! Belum ia pergi matahari sudah keruh sinarnya. Langit tanpa warna. Kekotoran dan niat buruk belaka saling berlomba dan mengisi hati manusia.
Saksikanlah! Siapa lagi mengaku Nabi, siapa lagi berhati dengki?

Koor
Lihatlah! Setan, iblis, nafsu jahat beragntungan pada telinga, lidah, jubah dan sukma yang hampa!

Pimpinan Koor
Wahai, setelah Thulaihah dan Musailamah merusak cuaca Madinah dengan tingkahnya, seperti orang gila telanjang dan terbuka tanpa malu mengaku Nabi. Sekarang yang akan menyusul siapa lagi?

Koor
Wahai, akan bertambah panjangkah barisan nafsu dengan pimpinan setan pemalsu dengan janjinya yang palsu tentang bahagia semu?

Pimpinan Koor
Takut makin ke puncak. Bayangan bencana makin Nampak. Terdengar pilar-pilar pasjid berderak. Digoyah para setan yang tak Nampak.

Koor
Ya Allah…
Makin mendesak, makin mendesak. Malapetaka.
Makin mendekat, makin mendekat. Bencana
Makin dekat, makin dekat, makin dekat

Seketika alam pun Nampak pucat, tanpa warna, pucat badai setiap wajah mereka. Mereka sama merasakan suatu perasaan asing, ganjil, aneh; perasaan mereka yang asing dan tak ada. Suatu perasaan yang mengguncang setiap manusia dan bahkan mengguncangkan seluruh alam, seantero jagat. Setiap telinga bagaikan mendengar gemuruh yang gaib yang tak terang sumbernya, hanya terasa terdengar dari dalam lubuk sukma masing-masing. gemuruh itu suara yang memujikan nama Allah – la ilaha illaAllah – berulang kali.

Pimpinan Koor
Gemuruh apakah?

Koor
Dimanakah?

Pimpinan Koor
Di kepalaku?

Koor
Ya?

Pimpinan Koor
Wahai, deru apakah?

Koor
Dimanakah?

Pimpinan Koor
Di hatiku

Koor
Ou….

Pimpinan Koor
Ouuu….

Koor
Suara apakah?

Pimpinan Koor
Napasku berdesah

Koor
Gelisah. Wahai apakah yang ada?

Pimpinan Koor
Kilat tanpa cahaya di siang yang terang, mendung kabut di langit yang cemerlang
Hujan tanpa air tanpa apa-apa, serasa menggenggam kita dan menyerahkan lagi sejuta tanya.

Koor
Suara apakah?

Pimpinan Koor
Langkah sejarah

Koor
Langkah sejarah?

Pimpinan Koor
Langkah masa

Koor
Saksikan ya sahabat, kisahkan apa yang kaulihat
Saksikan ya sahabat, saksikan
(pimpinan Koor pergi)

ADEGAN 12

Koor
Kalau ia pergi, apa yang bakal terjadi, kalau ia pergi nasib apa yang menimpa kami
Kalau ia pergi Thulaihah mengoceh apa lagi?, Musailamah membuat apa lagi?
Kalau ia pergi, bulan mana akan bercahaya, mentari mana akan bercahaya, bintang mana yang akan bercahaya.
Kalau ia pergi, kalau ia pergi, kalau ia pergi
Ya Rabbi….ya Rabbi…ya Rabbi….

ADEGAN 13

Penjahit
Sengara, derita, semuanya, derita, rasa duka. Tanganku gemetar, tak kuasa lagi menambal baju atau menjahit apa saja. Pikiranku tak lagi bisa berpikir. Sebab yang minta dipikir terlalu banyak, banyak, banyak….sedang aku terlalu pander. Semuanya lalu hanya menjadi sengsara yang tak kutahu apa tumbalnya. Aku tak lagi bisa bekerja, kesedihan luar biasa.

Koor
Apa? Lantaran apa?

Penjahit
Mulutku kaku dan semutan untuk mengatakan tak ada kekuatan. Aku hanya dapat mengucapkan kata-kata berisi air mata, selebihnya terendam dan mengendap dan akan terus mengendap…mengendap….mengendap….sampai kapan saja….

Koor
Katakan, apa? Katakan! Katakan!

Penjahit
Aku hanya sanggup bicara, ini semua sengsara. Sedihku membara, membakar segenap jiwa. Aku hanya dapat mengabarkan, ini semua penderitaan, kesengsaraan, maha sengsara. Dan kakiku…o….kakiku akan terbelenggu lagikah? Dan tanganku….o….tanganku akan terbelenggu lagikah? Ya Nabi…o…budak yang papa. Ya Nabi….!
(Pergi)


ADEGAN 14

Koor
Apa? Apa?
Bingung, bingung…
Takut, takut….
Gemetar, gemetar….
Apa, apa?....
Allah, Allah, Allah…..

ADEGAN 15

Pimpinan Koor
Saudaraku….

Koor (Tak bertenaga)
Apa yang terjadi? Gelisahku tidak terperi sebelum tahu apa yang pasti. Apa yang terjadi, apa yang terjadi?

Pimpinan Koor
Ketakutanku menolak mataku, menyaksikan sendiri apa yang berlaku. Ketakutan menghalang kakiku memasuki rumah itu. rumah ‘Aisyah yang tersedu. Tetapi setiap orang menangis tersedu-sedu sepanjang jalan; di jendela dan di pintu. Menjadikan hatiku tahu sebelum mataku sendiri tahu.

Koor
Apakah itu?

Pimpinan Koor
Saudaraku

Koor
Ya, karibku

Pimpinan Koor
Sungkawa telah tiba

Koor
Sungkawa?

Pimpinan Koor
Langit biru rata

Koor
Sungkawa?

Pimpinan Koor
Mentari tanpa cahaya

Koor
Hari berduka?

Pimpinan Koor
Bulan tanpa cahaya

Koor
Saat meratap

Pimpinan Koor
Bintang-bintang emncucurkan airmata

Koor
Angin berhembus, pasir berhembus
Kedalam mata, ke dalam dada

Pimpinan Koor
Telah pulang ia, telah pergi ia.
Di sini kita bertanya-tanya, cerita apalagi yang akan dikarangkan orang. Nyanyian apalagi yang akan dilantunkan orang, tarian apa lagi yang akan di gayakan orang. Sebelah mata yang berbinar itu, menutup kelopaknya yang teduh. Setelah lengan yang mulus itu tersilang di dada. Setelah kaki yang ringan itu diam dan terbujur.

Koor
Telah pergi ia, telah kembali ia. Sedih ini sedih bumi.

Pimpinan Koor
Telah pergi ia, telah kembali ia ke hadirat Allah

Koor
Apa kata Thulaihah? Apak kata Musailamah?

Pimpinan Koor
Kita tak tahu lagi berbahasa. Sedih maha sedih. Kesedihan tak terkira.

Koor
Ini semua sengsara. Ini semua sengsara.

Pimpinan Koor
Angin betapa kencang, mega terombang-ambing
Langit pun terbelah melemparkan perkara betapa banyaknya.

Koor
Apa?

Pimpinan Koor
Ya, itulah soalnya yang selalu ada kapan saja; apa?
Apa yang bakal tiba? Apa yang menanti kita? Setelah bulan itu tenggelam tanpa setahu kita.

Koor
Apa?

Pimpinan Koor
‘Apa’ terlampau beragam coraknya bagi kita. Persoalan terlampau beraneka warnanya bagi kita. Sehingga terasa sakit dan linu otak kita. Sebab itu sekarang dibutuhkan seorang yang pandai bertanya dan pandai pula menajwabnya. Kita bertanya padanya, kita harapkan pulajawabannya. Ya, Ali.

Koor
Ya, Ali

Pimpinan Koor
Ya, Ali

Koor
Ya, Ali

Pimpinan Koor
Kita bertanya padanya, sayidina yang paling belia
Diantara yang paling bijaksana

Koor
Ya, Ali

Pimpinan Koor
Kita harapkan komentarnya, kita harapkan petuahnya.
O, lepaskalah sengsara yang tegang mengekang dengan persoalan-persoalan dan ketidak tahuan. O, hentikanlah kekerasan yang akan membuahkan lagi kepanikan. Ya, Ali

Koor
Ali bin Abi Thalib

Pimpinan Koor
Bin Abdul Muthalib

ADEGAN 16

Muncul Ali bin Abu Thalib

Pimpinan Koor
Seorang dari tiga utama, seorang dari yang paling bijaksana
Putra paman Rasulullah

Koor
Ya, kemenakan tercinta

Pimpinan Koor
Ya, pahlawan keimanan

Koor
Ya, pahlawan yang penuh keberanian

Pimpinan Koor
Sudahkah kau dengar, hingar bingar dan rasa gemetar yang tengah mempengaruhi udara?

Ali
Setiap wajah tunduk ke tanah, bagai bercermin pada air mukanya yang basah.
Tegakkan wajah, tegakkan iman! Kalian berlutut pada kejadian?

Pimpinan Koor
Ketakutan membawa sengsara

Koor
Ketakutan membawa mar

Ali
Jatuhnya tanah Mekah di mana membuka jalan kita ke Ka’bah adalah berita menyimpan luka. Sekarang terbangkitlah bukti-bukti yang gembira dengan sebuah yang tersiar sejak mentari hendak menutup wajah dan bergegerlah bukit-bukit padang pasir yang sepinya mendengar mulut-mulut mengucapkan kata-kata ratapan dan kata-kata sedih.

Kekacauan menghasilkan kekosongan dan kehampaan yang berisi sia-sia. Sebab itulah ketenangan menerima suatu kejadian atau nasib dipinta. Dan nur Illahi yang kekal memancar kita tangkap dan kita endapkan dalam dada. Yang kuat bermuatan iman, keyakinan dan kesabaran dan keheningan berpikir dan berasa.

Terhadap suatu kejadian yang seakan mampu mengubah nasib kita. Baiklah kita tunda dalam pertimbangan dan penyelidikan. Kita cari mana salah mana benar. Apakah bohong apakah benar. Di bumi, setan dan iblis tak akan pernah punah, ujudkan kelicikan adalah wajahnya yang selalu menyeringai dan mengancam keteledoran dan kelalaian serta kepanikan dan rasa duka.

Sebab itu berita yang telah beredar barangkali berita bual yang sedang mengejar kelengahan kita dan sumbernya adalah mulut dajjal. Lihatlah ketenangan telah membawa aku kemari. Dengan ketenangan pula aku hendak mengetahui kejadian yang nyata dan berita yang nyata yang berasal dari kebenaran.
Ya, umat Muhammad!

Koor
Ya Sayidina

Ali
Terhadap apa yang terjadi di rumahnya yang sederhana itu, aku hendak mengetahui. Nanti aku kembali kemari membatalkan atau mengiyakan kejadian yang sudah terpancar kabarnya. Ya, umat tercinta.

Koor
Ya, Sayidina

Ali
Pastilah ketenangan akan menyenangkan hidupmu dan berdoalah serta selalu percayalah pada Allah ya, umat kekasih Allah!

Koor
Ya, Sayidina

Ali
Berdirilah pada ketenangan hatimu. Sementara aku ke rumah yang bersahaja itu menemui beliau. Audzubillahi minas syaitonirrojim

Koor
Audzubillahi minas syaitonirrojim

Pimpinan Koor
Terlindunglah kita daripada mulut kotor berbusa.
Loloslah kita daripada lilitan ular berbisa
Setan pada iblis tua! Amin.

Koor
Amin
(Ali pergi)


ADEGAN 17

Pimpinan Koor
Semoga tak benar

Koor
Semoga tak benar, semoga tak benar
Berita duka yang telah tersiar
Semoga tak benar kesedihan yang telah terpancar
Semoga tak benar, semoga tak benar

Pimpinan Koor
Ya Allah, kami pun bertanya bagaimana ujudnya rupa dunia.
Kami bertanya siapa yang akan menunggang onta terdepan, mengisyaratkan petunjuk dan keterangan. Siapa yang akan menaiki kuda paling depan membawa kami ke tempat yang aman

Koor
Siapa orangnya?

Pimpinan Koor
Pertanyaan bertimbun jumlahnya, sangat kecil kepala yang kita punya
Sebab itu datangah lagi sahabat yang dapat meringankan duka
Ya, Usman!

Koor
Ya, Usman

Pimpinan Koor
Ya, Usman

Koor
Ya, Usman


ADEGAN 18

Masuk Usman bin Afan

Usman
Asslamu’alaikum!

Koor
Wa’alaikum salam

Pimpinan Koor
Ya, Usman bin Afan

Koor
Ya, menantu Rasulullah

Pimpinan Koor
Ya, menantu tercinta

Koor
Ya, pahlawan yang punya dua cahaya mata

Pimpinan Koor
Ya, pahlawan yang menyumbangkan onta-onta dan kuda-kudanya. Yang telah mendermakan kekayaan seribu dinar, sudahkah kau dengar?

Usman
Langkah-langkah yang payah, tubuh-tubuh yang payah
Dibebani duka maha duka, dibebani kesedihan tak terkira

Koor
Ya, pemimpin. Ya, orang alim

Usman
Cemas pun telah sampai getarnya pada wajahku. Takut pun telah sampai pula getarnya pada jiwaku. Tapi kita tahu bahwa yang kita tahu hanyalah yang fana, kotak yang papa yang akan lapuk oleh waktu. Kita tak tahu apa yang bernyawa di dalamnya. Berita apa yang terkandung dari setiap kejadian zarrah hakikat betapa alitnya.

Sedang mata kita betapa lamurnya sebab itulah akupun berdo’a agar cahaya hari ini dipadatkan daya sinarnya daripada hari kemarin dan hari-hari yang sudah. Sebab itulah aku pun berdoa semoga hidayat diturunkan berlimpah-limpah untuk persiapan menghadapi kenyataan. Ya, saudaraku!

Koor
Ya, sayidina

Usman
Berita itu belum tentu ujudnya, sebab sekarang aku akan kesana, menengok apa yang sebenarnya ada. Sementara itu lahirlah sebab setiap kejadian, selalu berjalan di atas sifatnya yang ranchman.
Selamatlah semoga kita. Allah menenguhkan iman kita. amin

Koor
Amin.
(Usman pergi)


ADEGAN 19

Pimpinan Koor
Langit semakin pucat

Koor
Surya pun bagai terperanjat

Pimpinan Koor
Bahasa kejadian alangkah sukar diterjemahkan. Lidah kita betapa miskin dengan penegertian. Sebab itu pertanyaan pun tinggal pertanyaan dan kita pun tetap tinggal dalam kekhawatiran.

Koor
Tidak tahu dan sedih

Pimpinan Koor
Sengsaralah kami

Koor
Tapi jangan ia pergi

Pimpinan Koor
Kalau ia pergi, pasti malam yang seram itu akan datang lagi. Sengsaralah kami.

Koor
Tapi jangan ia pergi

ADEGAN 20
Masuk Umar bin Khatab
Umar
Tidak! Tidak!

Koor
Umar.

Umar
Tidak! Tidak!

Koor
Umar ibnul Khatab

Umar
Sedihku!
Dukaku!

Koor
Ksatria bani ‘Ady

Pimpinan Koor
Ya, umar Ibnul Khatab

Koor
Ya, keberanian

Pimpinan Koor
Ya, kesucian

Koor
Ya, pahlawanku

Pimpinan Koor
Ya, pemimpin. Bagaimana cuaca yang tengah melingkupi kota Madinah?

Umar
Apakah kalian akan berdusta?

Koor
Ya?

Umar
Apakah kalian akan menyempitkan dada?

Koor
Ya?

Umar
Apakah kalian mencucurkan air mata deras-deras?

Koor
Ya?

Umar
Tidak! Siapa yang mendongengkan tentang kematian? Siapa yang mendongengkan tentang kepergian? Siapa yang mendongengkan tentang hilangnya mahkota? Dikerajaan padang pasir ini?

Koor
Setiap mulut

Umar
Tidak! Siapa yang dengar suling parau itu? siapa yang dengar tepak rebanan yang kacau itu? siapa yang dengar berita sengsara?

Koor
Setiap telinga!

Umar
Tidak! Tidak! Kecutmu menipu kalian hingga tak tahu makna kejadian!?

Koor
Peristiwa yang ada, telah kami saksikan apa adanya

Pimpinan Koor
Tidak! Tidak! Kallah! Siapa yang mengatakan? Siapa akan mendongengkan? Siapa yang akan membual, pedangku akan menyumpal mulut yang kotor penuh tuba!
Dengar! Sebagaimana Musa menghadap Illahi, Muhammad telah pergi dan pasti akan kembali. Tentang ia mati hanyalah berita dari mulut dengki.
Dengar! Sekarang siapa yang mengatakan tentang kematian? Siapa? Siapa? Pedangku panas dan meleleh di tangan! Kau dengar!? Ya Allah. Hindarkan warna kelabu di angkasa, malapetakan menanti bangsa, rebahkan seribu bulan di kota ini. Malam mulai menyurukkan kepalanya yang hit am dan sunyi. Tidak! Tidak! Ya Allah, tidak!
(Umar pergi)

ADEGAN 21


Pimpinan Koor
Duka maha duka, berita maha berita.

Koor
Duka maha duka, bencana maha bencana

Pimpinan Koor
Duka macam apakah yang telah menggoncangkan ketenangannya. Bencana apakah yang telah membakar amarahnya. Rumah-rumahpun tertunduk oleh gelegar teriakannya, pohon-pohon tersingkup oleh dahsyat murkanya. O, kesedihan tak bertera. Kesediahn luar biasa.

Koor
Kesedihan luar biasa

Pimpinan Koor
Tapi barangkali benar kata Umar, bagai Nabi Musa menghadap Illahi, Nabi kita pergi dan barangkali bukan mati, dan barangkali ia akan kembali.

Koor
mungkin

Pimpinan Koor
Tapi sendiri masih sangsi, mana yang benar dan mana yang pasti. Kau yakin belaiu akan kembali?

Koor
Kita tak tahu.

Pimpinan Koor
Benarkah ia telah wafat

Koor
Kita pun tak tahu

Pimpinan Koor
Benarkah ia akan kembali pada kita? Dan anehkah atau mungkinkah Nabi mangkat atau dapat meninggal seperti kita atau seperti siapa saja?

Koor
Kita tak mengerti.

Pimpinan Koor
Ya Allah, pertanyaan meruyak datangnya. Jawaban sukar lahirnya.
O, datanglah pikiran yang tua.
O, datanglah akal yang dewasa.
O, datanglah ia dan tegakkanlah kepala kami

Koor
Ya, datanglah, ya hadirlah

Pimpinan Koor
Ya, Abu Bakar

Koor
Ya, Abu Bakar

Pimpinan Koor
Ya, muslim tertua

Koor
Ya, mukmin tertua

Pimpinan Koor
Datanglah dan halaukan badai di kepala

Koor
Halaukan guruh di dada!

Pimpinan Koor
Ya, yang dipercaya

Koor
Ya, sahabat tertua.

ADEGAN 22

Masuklah Abu Bakar

Abu Bakar
Assalamu’alaikum

Koor
Wa’alaikum Salam

Abu Bakar
Ya, anakku, ya,saudaraku

Koor
Ya, fajar menyingsing, ya, pagi yang bening

Abu Bakar
Ya, sahabatku. Ya karibku

Koor
Ya, Assidiq. Ya Abdullah

Abu Bakar
Warna kelam melabur di wajah kalian

Koor
Ya kekasihku

Abu Bakar
Jangalah melibatkan diri dengan kesedihan, sementara iman kau tahan dengan kabung yang terlalu panjang

Koor
Wafatkah?

Abu Bakar
Ya anakku?

Koor
Wafatkah?

Abu Bakar
Ya cucuku?

Koor
Wafatkah?

Abu Bakar
Kalau beliau wafat, patutlah sebab beliau manusia

Koor
Wafatkah?

Abu Bakar
Kalau beliau meninggal patutlah sebab beliau insan

Koor
Wafatkah?

Abu Bakar
Tapi baiklah, aku akan kesana dan memujilah engkau kepada yang menjadikan segala kejadian. Tapi baiklah aku akan kesana dan tebalkanlah iman serta kepercayaan yang telah dipancangkan tangannya yang lembut dan kuatkanlah tawakal yang telah disemaikan kasih sayangnya pada sesama.
Ya saudaraku…

Koor
Ya Sayidina

Abu bakar
Jantung yang bergerak cepat hanyalah mengisyaratkan kiamat dan kalau kita patuh padanya, kitapun akan terjerat.
Ya saudaraku…

Koor
Ya, kekasihku

Abu Bakar
Sebab itulah nantikanlah dalam kesabaran dan iman sementara aku menengok lelaki yang luhur itu.
Ya, Muslim! Aku akan kesana

Koor
Ya pemimpin

Abu Bakar
Semoga kokohlah keyakinan pada hatimu, setan betapa licik menyaru. Aku akan kesana, nantikanlah tanganmu menepuk dada. Tatap wajah dan berkata Allah maha kuasa.

Koor
Allah maha kuasa

Abu Bakar
Aku akan kesana
(Pergi)


ADEGAN 23

Pimpinan Koor
Seandainya ia betul pergi, betapa tanah ini menjadi sepi, bumipun hanya bumi sepi

Koor
Semakin sunyi, semakin ngeri, semakin sunyi

Pimpinan Koor
Betapakah keadaannya? Beratus juta manusia tanpa kendali, hilir mudik di atas jalan-jalan yang kacau. Lalu lintas nafsu yang balau. Beribu juta masih mata yang buta, termangu dan berputar-putar di tengah jalan tanpa bahaya.

O, lampu telah kehilangan sumbunya, minyaknya kering oleh masa. Beratus masih yang terpenjara dalam sel kesempitan dengan teralis-teralis kepandiran atau keangkuhan. Beribu juta masih tangan terborgol oleh pikiran yang tolol.

Koor
Kalau apakah jadinya

Pimpinan Koor
Itulah yang kita Tanya;
Siapa yang akan membuat sumbunya?, siapa yang akan mengisikan minyaknya?,siapa yang akan menyalakannya?. Angin kehidupan selalu topan dan lampu sering padam.

Koor
Siapa yang akan menegur tangan ini? Siapa yang akan menegur kaki ini? Siapa yang akan menegur mata ini? Siapa yang akan menegur telinga ini?

Pimpinan Koor
O… Al amin telah tiadakah?

Koor
O… telah pergikah?

ADEGAN 24

Masuk Ali dari rumah Nabi
Pimpinan Koor
Ya, Ali. Benarkah apa yang terjadi?, ya Ali, bukankah dia akan kembali?

Koor
Ya, Ali

Pimpinan Koor
Allah maha tahu, maha cendekia. Telah pergi ia, telah kembali ia.
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.

Pimpinan Koor
Dukaku?

Koor
Siang seketika menjelma malam dengan impian yang menyeramkan. Serta kesepian yang meremukan semangat dan keinginan.

Pimpinan Koor
Makin besar, makin lebarlah mulut Thulaihah dan berpestalah Musailamah. Sementara Al Aswad mengelus janggutnya. Dan kesombongan dari kepalsuan makin nyaring suaranya

Koor
Tidak! Tidak!

Pimpinan Koor
Ya Allah

Koor
Tidak! Tidak!

ADEGAN 25
Muncul pula Usman

Pimpinan Koor
Ya Usman. Apalagi yang akan kau katakan sekarang, derita telah bertimbun dan tak tertahan? Ya Usman.

Usman
Telah pergi ia, telah kembali ia. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Pimpinan Koor
Bencanaku!

Koor
Datar. Jalanan sepi, sunyi berkeliaran kesana kemari. Dengan bendera kabung, pucat dan putih. Tidak! Tidak!

Pimpinan Koor
Setan-setan meningkah rebana, iblis-iblis bersuka ria. Dan sepasang pelawak celaka Thulaihah dan Musailamah saling memenuhi gelas khomarnya seraya membusungkan dadanya yang kosong dan congkak.

Koor
Tidak! Tidak!

Pimpinan Koor
Kabut mendung alangkah tebal, merintang pandang terhadap yang halal. Kesedihan telah mengharamkan kita berharap dan percaya pada yang nyata.

Koor
Beku dan buntu

Pimpinan Koor
Ia pergi. manusia agung itu pergi meninggalkan kami. Meninggalkan kami yang makin jenuh dengan onar serakah nafsu.

Koor
Tidak! Tidak!

Pimpinan Koor
Pedagang-pedangang akan kembali berdentang menyorakkan kegarangan insan. Orang-orang akan kembali saling berperang saling berbantahan.

Koor
Bulu-bulu kudukku berdiri, hari-hari dimuka mencibiri.

Pimpinan Koor
Dan Thulaihah akan lebih gila daripada orang-orang gila. Akan disusunnya lagi firman-firman palsu dari pengetahuan dan ilmu palsu.

Koor
Pastilah! Pastilah! Ya Allah, para peri menghina dan rasa kami tak berdaya. Tolonglah! Tolonglah! Akalku dimatikan oleh kesedihan tolonglah! Tolonglah! Ya Tuhan



ADEGAN 26
Abu Bakar muncul

Pimpinan Koor
Ya Abubakar

Abu Bakar
Ya saudaraku

Koor
Ya sayidina

Abu Bakar
sesungguhnyalah

Koor
Ya sayidina

Abu Bakar
Siapa bersimpuh menyembah Muhammad. Ketahuilah, Muhammad telah tiada.

Koor
Tidak!

Abu Bakar
Siapa bersimpuh menyembah Allah. Allah langgeng hayatnya. Akhir dan mati tak ada baginya, hidup baginya amat panjang, amat panjang-panjangnya.

Koor
Sengsaraku, deritaku. Ratapku. Tangisku. Semuanya, semuanya. Warna biru. Semuanya, semuanya. Kelu! Kelu!

Abu Bakar
Saudaraku.

Koor
Tenagaku menguap, semangatku menguap, gairahku menguap, kekuatanku menguap.

Abu Bakar
Dan imanmu juga menguap

Koor
Semuanya, semuanya! Menguap dan tinggal hampa. Ruang dada ruang kepala kembali kosong, tak berisi apa-apa

Abu Bakar
Saudaraku, umat Muhammad!

Koor
Tangisku. Dengarkan tangisku!

Abu Bakar
Saudaraku Umat Islam

Koor
Ya Sayyidina

Abu Bakar
Dengarkan! Dengarkan!
Telinga untuk mendengarkan, sementara perasaan dan pikiran akan menghitung dan mempertimbangkan. Dengarkan! Dengarkan! Sedih kalian tidak kepalang!

Koor
Tidak kepalang! Tidak kepalang! Semuanya hilang! Semuanya terbang!

Abu Bakar
Dengarkan! Dengarkan! Ingat! Insyaf! Insyaf! Kalian punya kepala dan punya perasaan. Sekarang tafsirkan firman Allah “Wahai Muhammad illa Rasul qodcholat min qoblihirrusul afa immatan aukutilan qolabtum’ala ‘aqobikum waman yanqolibukala ‘aqibaihi falan ya yadurrullahu syaidn” “dan Muhammad itu tidak lebih dari seorang utusan dari utusan-utusan sebelum dia sudah lewatlah adanya. Maka apabila mati ia atau dibunuh ia pakah kalian akan berbalik haluan? Barang siapa berubah haluan sedikitpun tak akan mendatangkan bahaya bagi Tuhan.

Demikianlah Allah sendiri berfirman, sebab itu perasaan yang nyaman lebih menguntungkan daripada kegaduhan dan selalu yakin terhadap segala kejadian selalu diciptakan di atas kasih sayangnya yang dalam maha dalam bukan buatan.
Saudara-saudaraku!

Jangan biarkan tangis mengumpat pikiran dan kesedihan dipanjang-panjangkan tentang kematian bukankah suatu kemalangan atau nasib buruk. Aku juga mengerti perasaan apa yang mendorong air dari mata kalian membasahi wajah dan bahkan membasahi bumi Madinah.

Perasaan cinta yang mesra yang selalu cemas pada saat perpisahan menyuruh setiap hari kalian meremas-remas  tangan dalam panik kedukaan. Aku mengerti. Tapi kalau kalian terus melibatkan diri dalam seguk sedu tangis yang mengiris, makka tanpa sadar kalian telah alpa dan lupa bahwa di atas segala ini ada yang maha kuasa.
Maka tanpa kalian ketahui seolah kalian tak lagi percaya bahwa Muhammad kini pergi adalah pergi ke rumah Illahi, pergi ke keadaan yang lebih murni pergi kea lam yang putih tanpa dosa tanpa sepi baka dan abadi.

Innalillahi Wa Inna Illaihi Ro’jiun. Sebenarnyalah kita dari Allah dan sebenarnyalah kepadanya kita balik pula. Jangan sangka kkesedihan tidak mengena hatiku. Jangan sangkka au tidak meratap dengan ngilu. Jangan sampai aku begitu. jangan sangka aku berhati batu. Beku tanpa haru. Jangan sangka begitu. aku pun merasa sedih. Semua orang merasa sedih tetapi aku dan juga semua orang harus mengerti bahwa apa-apa yang Tuhan kehendaki selamanya adalah yang terbaik bagi kita insani.


ADEGAN 27

Muncul Umar

Umar
Siapa akan menyanyikan lagu kesedihan itu? siapa akan menyanyikan lagu perpisahan itu? siapa yang akan melambaikan tangan? Siapa yang akan membasahi ujung serbannya dengan air mata? Siapa? Pedangku panas di tangan.

Abu Bakar
Umar saudaraku

Umar
Siapa? Pedangku akan mengunci setiap mulut yang mewarkahkan berita dukka

Abu Bakar
Umar!

Umar
Siapa? Tanganku gemas, hatiku gemas, pedangku gemas. Siapa?

Abu Bakar
Aku! Abu Bakar, saudaramu!

Umar
Tidak! Pedangku panas dan meleleh

Abu Bakar
Umar!

Umar
Tidak!

Abu Bakar
Sahabat tercinta, sahabat Rasulullah!
Wanna Muhammadun illa Rosul qodkholat min Qoblihirrosul waman yanqolibu’ala ‘aqibanhi falam ya diurrallaha syai’an

Umar
Abu Bakar!?

Abu Bakar
“dan Muhammad itu tidak lebih dari seorang utusan utusan-utusan sebelum ia, sudah lewatlah adanya. Maka apabila ia mati ia atau dibunuh ia, apakah kalian akan berbalik haluan? Barang siapa berubah haluan, sedikitpun tak akan mendatangkan bahaya bagi Tuhan.

Umar (menangis parah)
Aku tahu ia telah wafat, aku tahu ia telah mangkat, aku tahu ia telah berangkat. Tapi hatiku mencegat mulut dan kepala untuk mengiyakan peristiwa yang ada, peristiwa dukka maha ta bertara.
Tentu belum kering danau Muhammad. Ya Maliki tentu belum kering. Anak-anak di sini, di bumi masih merasa asing terhadapmu. Sebab itu air danau dibutuhkan bagi saat yang lama sekali.
Tentu belum padam purnama Muhammad ya Illahi. Tentu belum padam. Anak-anak manusia masih merasa asing terhadap kebenaranMu. Karena cahaya itu masih dibutuhkan selalu bagi saat yang lama sekali.
Tentu belum belum capek tangan Muhammad, ya Maliki tentu belum cape. Anak-anakk di sini masih suka mendurhaka orang tua dan sombong. Karenanya tangan yang lembut itu kuharap akan selalu menuntun kami anak-anak manusia yang dina.
Muhammad tidak mati ya Illahi. Muhammad tidak mati ya Maliki. Muhammad dalam hati sanubari. Sepi dan sendiri bersama sinarmu yang putih memancar di matanya. Muhammad dalam hati.

Abu Bakar
Umarku

Umar
Abubakarku

Koor
Umar kami, Abubakar kami

Abu Bakar
Apa yang kau rasakan?

Umar
Aku tidak merasakan sekarang, aku sedang berpikir sekarang atau mungkin aku juga masih merasakan disamping berpikir.

Abu Bakar
Ya, dan selamanya kita tahu apa yang sebaiknya kita pikirkkan bagi umat yang tengah berbela sungkawa. Lihatlah, mereka gelisah dan onar niscaya akan tiba.

Pimpinan Koor
Ya, sayyidina. Kami bertanya dan akan selalu bertanya. Kami merasa kesedihan ini erat sukmanya dan sukar hilangnya. Kami takut terhadap apa yang akan tiba. Kami takut terhadap hari dimukka. Terbayang oleh kami kota ini terbakar dan masjid musnah. Rata dengan tanah. Sebab peperangan atau pertikaian sebab kehilangan pimpinan.

Koor
Kami adalah bocah yang kehilangan bapak dan ibu tercinta.

Abu Bakar
Saudara-saudaraku. Setelah Da’tsur dan pasukannya lari bercerai berai, tatkala Nabi dan pasukannya yang berani datang menandingi. Maka Nabipun tidurlah akan melepas lelas. Tidur beliau di bawah sebatang pohon. Beliau sendiri tanpa penjaga tidur dengan enaknya.
Demi melihat Nabi nyenyak terlelap yang jauh dari tempat tentaranya bersiap. Segeralah da’tsur datang dengan pedang terhunus. Dihampirinya Nabi hingga Nabi pun terjaga oleh gemerisik usik kedatangannya. Nabi terjaga dari tidurnya.
Da’tsur membusungkan dadanya dan seraya menyeringai dengan pedangnya mengancam, ia bertanya dengan kerasnya
“Hai Muhammad siapa bisa melindungi kamu sekarang”
Dengan tenang dan perasaan yang aman Nabi menjawab perlahan tapi penuh keyakinan
“Allah” seketika bergetarlah tubuh da’tsur dan gugurlah pedangnya di tanah….

Ya saudaraku, penolong ita dan penolong bagi yang takwa adalah Subhanahuwata’ala. Dengan pertolongannya kita bahagia sejahtera. Takutlah hanya pada Allah terhadap apa yang datang, kita harus berani menentang

ADEGAN 28

Muncul tergopoh-gopoh penjahit

Penjahit
Aku masih terseguk menangis, tapi dengarlah ya Ali, ya Usman, ya Umar, ya Abu Bakar, ya semuanya saudaraku.
Kalau aku ingin berbicara sebab aku ingin didengarkan. Berita yang ingin kusampaikan adalah terlalu berat bagiku yang kumiliki. Sebab aku hanya penjahit palsu yang bersahaja. Berita ini barangkali penting atau takk berharga, aku tidak tahu, tapi mendengarkan segala bicara yang aku luncurkan adalah lebih berharga tentunya. Aku kemari hanya ingin mengatakan terutama kepada sahabat-sahabat terdekat dari yang wafat. Bahwa baru saja berlangsung sebuah musyawarah di rumah bani Sa’adah, pengikutnya kaum Anshar yang ramah. Aku telah menyaksikan bagaimana telah dinobatkan menjadi kholifah, saudara kita Saad bin Ubaidillah. Demiian harap saudara-saudara maklum, sebab tahu dan maklum selalu membahagiakan kecuali bagi pengecut dan penakut semacam diriku.

Ali
Ha! Benarkah itu?

Usman
Ya, benarkah?

Umar
Benarkah?

Abu Bakar
Benarkah?

Penjahit
Muhammad telah mengajar agar hati dan mulut berkata benar. Aku bukan Nabi tapi lidahku ini berhasrat meniru perbuatan Nabi.

Abu Bakar
Mulialah bagi yang berkata benar. Jadi kau menceritakan apa-apa yang benar apa-apa yang memang kau saksikan?

Penjahit
Aku telah mewartakan apa yang kusaksikan

Abu Bakar
Musyawarah kaum Anshor?

Penjahit
Di rumah bani Sa’adah

Abu Bakar
Dan telah diputuskan sebuah kata sepakat?

Penjahit
Tentang Sa’ad yang telah diangkat menjadi Khalifah sebagai pengganti yang sudah wafat. Itulah semua apa yang sudah kulihat.

Abu Bakar
Subhanallah! Sebuah berita yang menjanjikan bencana.
Saudara-saudaraku. Apa yang baru saja terjadi di rumah Bani Sa’adah sungguh-sungguh mengkhawatirkan ekornya. Dengan diangkkatnya Saad begitu saja menjadi pemimpin tanpa pertimbangan kaum Muhajjirin akan menyebabkan putusnya sebuah ikatan yang telah berpuluh tahun dipatrikan dengan segala perjuangan.
Niscaya bumi akan terbelah sia-sia sementara penghuninya akan terceblos ke dalamnya sebab gegabah dengan tindakannya yang serakah.
Kita yakin Allah selalu melindungi kita sebagaimana telah dilindungi utusanNya dan Abu Bakar di gua Tsur dahulu kala. Sekarang marilah ita kke rumah bani Sa’adah memperbaiki apa yang salah dan kita cegah sebelum parah perpecahan yang merugikan.
Allahu Akbar!
(Semua: Allahu Akbar!)
Sahabat Pergi

ADEGAN 29

Penjahit
Oh, betapa tololnya lidahku, kenapa Cuma itu saja yang sempat keluar dari mulutku. Oh, beginilah kalau gugup menyerang manusia, pikiran tak keruan dan bicara tak beraturan. Tadi sudah kusampaikan berita itu tentang Sa’ad tetapi tentang ak sendiri, lidahku tak sempat menerangkan hingga maksud untukku pribadi masih tergantung jadi persoalan. Sebelum aku kesini aku belum memilih satu diantara dua berita – yang satu tentang Sa’ad dan satunya lagi tentang diriku sendiri – manakah yang nomor pertama, manakah yang nomor dua. Sampai aku dihadapkan Abu Bakar belum juga aku putuskan, manakah yang lebih dulu harus kukatakan. Begitu dihadapan Abu Bakar begitu meluncur kata-kata tentang musyawarah di rumah bani sa’adah. Dan aku lupa mengatakan yang satu lagi yaitu diriku sendiri. o, beginilah kalau lidah tak berisi. Sekarang Abu Bakar sudah pergi, terpaksa aku mesti menyusul ke rumah bani Sa’adah lagi.
(pergi)

ADEGAN 30

Pimpinan Koor
Akankah putus tali ikatan yang telah bertahun dipatrikan dengan segala tenaga yang tak kenal kelelahan?

Koor
Pecah bulatan, luluh kekuatan.

Pimpinan Koor
Apa kata Muhammad Nabi kita melihat buah karyanya disia-siakan orang?

Koor
Bersatu teguh, bercerai runtuh

Pimpinan Koor
Belum sehari ditinggalkan, kota sudah rusak tak berketentuan. Perabot-perabot kotor dibiarkan dan debu dijadikan perhiasan.

Pimpinan Koor
Iman koyakk, semangatpun koyak. Menara mesjid retak, fundamen rusak.


ADEGAN 31
Muncul Thulaihah

Thulaihah
Tatkala itu muncullah thulaihah menolong dan menyelamatkan Madinah.

Koor
Tidak! Kaulah pembawa marabahaya

Thulaihah
Pembawa sejahtera, pembawa gembira

Koor
Kaulah prahara, penyapu kota

Thulaihah
Praharaku prahara bahagia, penyapu air mata. Dengan tenung dan sihirku, kuciptakan surga yang nyata

Koor
Bual dan dusta asal usulmu

Thulaihah
Tak percaya akan mukjizat yang menandakan bahwa aku Nabi yang hebat pengganti yang telah merat? Tunggulah saatnya di mana aku sendiri berbicara. Tunggulah tanggal mainnya!
(pergi)





ADEGAN 32

Muncul Musailamah

Musailamah
Nah, apa kata Musailamah? Kesempatan terbuka betul sekarang dan sekarang aku ingin merancang pekerjaan yang akan datar sambil membelasi kesedihan kalian serta menyisir rambut kusut kalian sebab duka datang menggelut.
Nah, lihatlah. Inilah akku, iblis rajamu. Inilah Nabimu, hahahaaa….! Enak rasanya jadi penguasa bisa memerintah apa saja, bisa tidur seenaknya, uncang kaki setiap saat. Dijamamah orang akan bertambah taat pada perintahku, sebab lidahku lidah Nabi yang harus diturut setiap saat. Dan pengikut-pengikutku akan makin berlipat-lipat jumlahnya. Tersebar seantero jagat, karena orang itu telah minggat tanpa kembali. Lenyap, lenyap. Semuanya tanpa jejak, punah. Kerajaanpun musnah tanpa bekas.
Sekarang marilah kurestui lagi kalian. Selamat dan sentosa. Nabi Musailamah yang ramah. Selamat! Selamat! Muhammad telah binasa!
(pergi)


ADEGAN 33

Pimpinan Koor
Kalau begini gelagatnya, apa jadinya besok dan lusa, orang saling merebut tahta. Dan sebaliknya saling segera melupakan Allah dan utusanNya. Kalau begini gelagatnya, apa jadinya dunia?

Koor
Bagaimana besok, bagaimana lusa?

ADEGAN 34
Muncul penjahit

Penjahit
Aku memang tak mampu bertanya. Kalau aku bertanya pasti ada jawabannya dari Abu Bakar, tapi aku takut kalau jawabannya itu; ya. Aku takut jawaban dan tak berani bertanya apalagi muktamar itu terlampau ramai dengan bicara debat dan debat sehingga ta sempat aku bertanya. Namun memang aku takut bertanya pada dasarnya. Aku takut kalau jawabannya; Ya!. Kalau aku mau, aku bisa tatkala terputuskkan sudah bahwa Abu Bakar sendiri menjadi khalifah.
Ya, sebenarnya aku setelah itu bisa bertanya, tapi toh aku tak bertanya karena takut terus mencegah.

Pimpinan koor
Apa yang kau katakan barusan?

Penjahit
Aku takut jawabannya Ya!

Pimpinan Koor
Bukan itu, sebelum itu. kau berkkata tentang Abu Bakar

Penjahit
Benar, mukatamar telah memutuskan, Abu bakar memegang puncak  pimpinan. Mula-mula kaum Anshar mengusulkan agar ada dua khalifah – satu dari kaum Muhajirin, satunya dari kaum Anshar – dikatakan Abu Bakar itu tidak mungkin, sebab khawatir kalau ada dua kepala, ada pula dua keinginan dan dua barisan yang kelak akan bertikaman. Abu Bakar mengusulkan serta menyarankan agar orang memilih satu diantara dua, Umar bin Khatab dan Amir bin Jarrah!

Lalu tampil Umar dan berkata;
:mustahil aku menjadi khalifah padahal engkau masih hidup dan masih ada. Ya, Abu Bakar tercinta. Tidak, aku tidak patut. Saudara-saudara sendiri melihat sahabat tertua, muslim tertua, sahabat terdekat dari yang wafat. Adalah Abu Bakar sebab itulah pasti saudara-saudara paham apa yang ingin kuusulkan.Ya, aku mengharapkan dan niscaya Nabi yang kita cintai pun mengharap pula agar Abu Bakarlah penggantinya, sebagai penunggang kkuda terdepan dalam kafilah kota, kafilah yang berjalan di jalan Allah!” 

Demikian kata Umar dan apa sikap hadirin waktu itu? suara dari mulut banyak itu terdengar bagai dari mulut satu. Sebab terpadu; setuju!!!.
Setelah peristiwa itu, aku sebenarnya bisa bertanya tapi aku takut, aku memang tak berani bertanya. Nah itulah dia. Aku akan mencoba lagi sekarang bertanya kepadanya supaya semuanya terang. Itulah dia, khalifah Abu Bakar Assidiq r.a. khalifahurrasyidin. Amirul mukminin, pemimpin kita!

ADEGAN 35
Muncul para sahabat

Pimpinan Koor
Ya Amirul mukminin

Abu Bakar
Kenapa kalian menunduk? Aku bukan Raja, bukan penguasa, bukan apa-apa. Aku hamba Allah. Seperti saudara-saudara. Sebab itu tak patut kalian menundu dihadapan orang yang papa dan hina sebagaimana juga halnya saudara.


ADEGAN 36

Penjahit
Aku memang tak berani bertanya
Pimpinan Koor
Memang apa yang akan kau tanyakan sebenarnya?

Penjahit
Kau tahu aku budak asalnya?

Pimpinan Koor
Siapapun tahu.

Penjahit
Kau tahu Nabi telah wafat?

Pimpinan Koor
Itu derita kita sekarang

Penjahit
Nah, bayangkanlah apa nasibku sekarang?

Pimpinan Koor
Kau takut kembali menjadi budak?

Penjahit
Ya. Aku takut tuanku yang dulu akan mengejar dan kembali membuat belenggu untuk kaki dan tanganku.

Pimpinan Koor
Kau yakin benar hal itu akan terjadi? Menimpa dirimu dan tiap-tiap orang yang berasal dari lembah perbudakan?

Penjahit
Cobalah kau tanyai dirimu sendiri, mungkinkah hal itu akan terjadi?

Pimpinan Koor
Aku tidak tahu dan tidak mengerti

Penjahit
Itulah sebabnya aku tidak ingin bertanya padamu. Aku mesti bertanya pada Abu Bakar tapi aku ragu. Kepada Abu Bakar di rumah anaknya, siti ‘Aisyah. Terpaksa aku harus pergi kesana.
(pergi)

ADEGAN 37

Di dalam kegelapan pentas, orang-orang melagukan surat Al-iklhlas, Al-Walad, Al-Annas dan Al-Fatihah

ADEGAN 38
Pimpinan Koor
Huru-hara sudah dimulai

Koor
Huru-hara, di sana-sini. Ya Allah, huru-hara. Ya Allah, huru-hara

Penjahit
Lihatlah! Kau saksikan sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Oh, nasib, apakah yang sedang menanti. Hari depanku yang malang ini?

Pimpinan Koor
Lihatlah. Amirul mukminin akan lewat kemari. Kalau nanti beliau lewat kita dapat bertanya sesuak kita dan kau pun dapat pula menanyakan dan ikhwal tangan kakimu

Penjahit
Tapi aku takut kalau Abu Bakar menjawabnya Ya

Pimpinan Koor
Seorang muslim tak pernah takut pada kenyataan, bukan!?


ADEGAN 39
Munculah para sahabat

Pimpinan Koor
Ya, Amirulmukminin. Bolehkah aku bertanya

Abu Bakar
Siapa yang melarang anak-anak bertanya pada bapaknya. Muslim dan muslim tak ada bedanya. Bertanyalah apa adanya, tentu aku akan menjawabnya selama aku kuasa.

Pimpinan Koor
Orang-orang yang hadir di sini ingin mengetahui tentang musyawarah yang baru berlangsung.

Abu Bakar
Saudara-saudaraku. Begitu wafat junjungan kita Rasulullah SAW, beragam percobaan telah tiba – satu kaum yang keluar dari jalan agama; kaum murtad. Satu kaum yang tak lagi mengeluarkan zakat – keduanya menentang ajaran Islam, agama kita. Agama yang diridhoi Allah. Terhadap keduanya tak ada jalan lain dan tindakan kecuali memeranginya. Sebab jika kita membiarkannya, berarti kita membiarkan bibit kejahatan yang kelak akan makin kuat akarnya dan makin lebat. Kalau kita tak bertindak cepat, harus segera kita tebas semak belukar yang akan ditumbuhkan secara liardi bumi oleh niat nafsu yang liar.
Khalid bin Walid panglima kita akan menghadapi si tukang sihir gila thulaihah bin Khuailid, Ikrimah bin Abu Jahal akan memerangi si angkuh dan pendusta Musailamah di jamamah. Dan beberapa panglima kita lagi yang segera akan menghalangi keruntuhan ahlak dan budi kita harus bersiaga dan sigap.

Pimpinan Koor
Kami siap dan selalu siap ya khalifah.

Koor
Sekarang juga, akan kuambil senjata
(pergi)





Adegan 40

Koor
Allahu Akbar!

Abu Bakar
Kita perangi Thulaihah
Kita perangi Musailamah
Kita perangi setan dan sebangsanya. Allahu Akbar!

Koor
Allahu Akbar!

Abu Bakar
Kita perangi aniaya
Kita perangi dusta
Kita perangi tipu daya
Kita perangi Zinah
Kita perangi kejahatan
Sebagaimana Muhammad telah memeranginya
Allahu Akbar!

Koor
Allahu Akbar!

Abu Bakar
Allahu Akbar!

Koor
Allahu Akbar!

Abu Bakar
Allahu Akbar!

Koor
Allahu Akbar!


Layar Gelap

Postingan Terkait

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter